Bagian 30

1.3K 197 11
                                    

"Aku tidak melihat apa bagusnya melamun sambil menerjang angin. Apakah kau tidak kedinginan?"

Suara berat itu berasal dari Jisoo yang baru saja tiba bersama seseorang di sampingnya. Mereka berpegangan tangan sambil menguatkan diri melawan angin kencang. Sementara Jisoo menatapnya dengan tatapan setengah khawatir setengah jengkel, Lisa hanya tertawa kecil.

Sepulang dari kediaman Jennie, alih-alih menemui keluarganya di tempat makan malam Lisa berakhir di sini dengan beberapa botol minuman keras sebagai gantinya. Ia tak sempat mandi atau bahkan memikirkan tentang mandi. Kemudian ketika akan menenggak botol ketiganya, ia merasa seperti tidak sanggup lagi menahan semuanya sendirian, maka ia menelepon Jisoo dan memintanya untuk datang.

Memang sungai Han, malam hari, dan angin dingin bukanlah kombinasi yang baik untuk menghabiskan malam. Akan tetapi tidak ada tempat lain yang tenang dan sepi untuk mencurahkan isi hati selain di sini.

"Kau datang pada saat yang tepat, aku baru saja berpikir untuk menenggelamkan diri di sana." Ujar Lisa.

"Idiot. Kuharap kau tidak sungguh-sungguh," Jisoo menampar kepalanya sebelum duduk di sampingnya. "Kau terlihat seperti sampah."

Lisa nyaris tertawa kencang, ia juga tahu itu.

"Hai Lisa, lama tidak bertemu." Bona, kekasih Jisoo melambaikan tangan dan tersenyum padanya.

Ia balas tersenyum. Pada awalnya ia memang sedikit terkejut Jisoo datang bersama Bona, selama ini gadis itu selalu terlihat seperti perempuan single abadi karena Bona sering absen dengan alasan kesibukannya. Kehadiran Bona memang mengejutkan tapi tak masalah, ia kenal Bona cukup dekat, jadi meski kondisinya terlihat tak karuan dan nyaris tak ada bedanya dengan sampah, ia tak merasa malu. Selain itu, dia yakin bahwa mulut Jisoo yang ceroboh pasti telah memberi tahu Bona semua tentang masalahnya.

"Berapa banyak yang kau minum?" Jisoo bertanya.

"Tiga botol."

"Okay, itu sudah cukup. Waktunya untuk berhenti. Ada presentasi penting yang harus dilakukan besok." Jisoo merebut botol alkohol dari tangan Lisa dan menyingkirkannya.

Mata Lisa menatap botol itu, ada perasaan tak rela berpisah dengan teman baik yang telah bersamanya selama sekitar tiga jam. Tapi Jisoo benar, dia harus berhenti atau mungkin ia tidak akan bisa bangun besok.

"Ya tuhan, lihat dirimu. Kau yakin kondisi ini tidak akan merusak hari penting besok? Kenapa kau minum? Tanggung jawab, Li. Apakah kau lupa itu?"

"Aku baik-baik saja. Aku bahkan tidak mabuk. Hanya saja, ada banyak hal di kepalaku."

"Aku bisa menebak apa itu," Jisoo mendesah. "Apakah semakin buruk?"

Menundukkan kepalanya, Lisa menggertakkan giginya dan mengangguk. Ia tidak pernah merasa selemah ini, tapi sekarang ia tidak berdaya bahkan untuk menerima konsekuensi dari tindakannya. Tidak tahu apa yang harus dilakukan telah menjadi bagian dari dirinya sejak lama, sering kali begitu setiap kali dia menghadapi sesuatu, tapi sekarang jauh lebih buruk.

"Aku...aku tahu apa yang salah, dan aku sekarang tahu bagaimana cara memperbaikinya. Tetapi aku hanya tidak siap untuk perasaan yang akan datang setelah itu. Aku masih egois setelah semuanya." Ia tertawa getir.

"Dan menurutmu apa yang salah?"

Ia berhenti sejenak, memikirkan kembali segala sesuatunya dan ya, pemikiran itu tidak berubah. Karena memang begitulah adanya.

"Aku," bisiknya lembut. "Kesalahannya terletak pada diriku, Chu. Kau benar, akulah yang kacau." lanjutnya setelah menghembuskan napas.

"Kapan pikiran ini menghantammu? Kau tahu, selama yang kuingat, kau bisa menjadi sangat keras kepala dan menyangkalnya."

Stuck In Her Shadow || Jenlisa ✔️Where stories live. Discover now