bagian 04

291 40 12
                                    

Seohyun membuka matanya, langit telah menjadi terang namun suram karena hujan yang turun. Beranjak dari tempat tidur, pergerakan Seohyun tertahan, dan melihat selang infus yang tertancap di punggung tangan. Tanpa mengubah wajah, Seohyun mencabutnya dan darah keluar dari sana, tapi dia tidak peduli.

Dengan darah yang mengucur di punggung tangannya, Seohyun berjalan menuju jendela bersekat setinggi langit langit.

Melalui kaca jendela dia melihat tetesan air hujan yang turun.

Pemandangan di luar adalah kehijauan  yang di terpa oleh derasnya tetesan air yang turun.

Tangan Seohyun terulur akan menyentuh kaca, namun tertahan oleh suara pintu terbuka di ikuti oleh suara rendah yang familiar.

"Kau bangun."

Menyembunyikan tangannya, Seohyun berbalik. Penampilan Kyuhyun telah kembali pada kesopanan yang biasa.

Siapa yang akan mengira, bahwa pria dengan penampilan seperti pria terhormat dan pantang ini, adalah pria yang sama yang mengamuk di antara kedua kakinya tadi malam.

Penglihatan Kyuhyun sangat tajam dan dia melihat penyembunyian Seohyun. Belum lagi tetesan darah yang bercecer di lantai.

Melihat Seohyun yang begitu tenang. Wajah Kyuhyun berubah menjadi dingin sekilas.

Menghampiri Seohyun dan menjadi khawatir.

"Kenapa kau begitu ceroboh."

Bergerak menyentuh tangan Seohyun yang berdarah dengan sangat hati hati, Kyuhyun membawa Seohyun kembali ke tempat tidur. Membersihkan luka di tangannya dengan sangat terampil.

Seohyun melihat itu dalam diam. Dan seolah mengartikan tatapannya. Kyuhyun tersenyum lembut.

"Aku sangat terampil bukan." Mengambil jeda sebentar dia melanjutkan, "Dulu setelah ibuku gagal bunuh diri, dia masih tidak menyerah dan sering kali melukai diri sendiri. Karena situasi darurat, dan penanganan medis tidak bisa dengan cepat datang. Jadi kemudian aku menjadi sangat terbiasa menangani berbagai luka."

Nada bicara Kyuhyun sangat ringan seolah dia menceritakan orang lain bukan dirinya sendiri. Tangan Seohyun yang tidak terluka diam diam mengepal, membuang muka, ketenangan di wajahnya terganti oleh raut wajah bersalah.

Kyuhyun seolah tidak melihatnya. Sementara dia menunduk, sudut mulutnya naik dan ada kilatan gelap di matanya.

"Bagaimana dengan keadaan adikku?" Seohyun tiba tiba bertanya.

Menatap Seohyun, Kyuhyun tersenyum lembut dan membujuk. "Kita akan membicarakannya nanti setelah kau makan, oke?"

Seohyun tidak banyak bertanya lagi dan mengangguk. Melihat Seohyun begitu patuh, Kyuhyun mengusap kepalanya lembut.

Nafsu makan Seohyun selalu sangat kecil, dan di bawah desakan Kyuhyun dia makan satu sendok lebih banyak.

Setelah selesai makan. Pelayan menyajikan teh untuk Kyuhyun, dan air jahe panas yang di campur dengan madu untuk Seohyun.

Kyuhyun mengambil gelas Seohyun, setelah memastikan bahwa suhu panasnya pas. Dia meletakan kembali di depan Seohyun.

"Ini hangat, minum segera. Baik untuk tubuhmu."

Seohyun mengambilnya dan menyesap sebentar di bawah pengawasan Kyuhyun. Tersenyum puas, Kyuhyun mengambil cangkir teh miliknya tapi tidak terus minum.

"Kau pasti berpikir bahwa aku menjebak adikmu."

Kyuhyun bisa dengan mudah menebak pikiran Seohyun.

"Tapi Seohyun kau mungkin tidak akan percaya, tapi aku tidak pernah menjebak adikmu."

Untuk saat ini hanya itu. Setidaknya Jeno masih berguna. Mengusap cangkir di tangannya, Kyuhyun tersenyum melihat perubahan raut wajah Seohyun.

"Cukup." Seohyun berkata dengan tidak senang. Jelas tidak percaya, dibandingkan dengan adiknya yang berharga. Kata kata Kyuhyun sebagai orang luar terdengar seperti sengaja menuduh untuk mengacaukan hubungan keduanya.

Jeno adalah adik Seohyun, mereka berbagi setengah darah yang sama. Wajar jika Seohyun sebagai kakak perempuan sangat menyayanginya. Tapi Kyuhyun benci itu.

Seohyun adalah miliknya. Dan dia tidak suka berbagi miliknya dengan orang lain, bahkan jika itu adalah keluarganya.

Membayangkan tahun tahun Seohyun tanpa kehadiran dirinya, dengan banyak orang di sekelilingnya terutama pria. Kyuhyun dipenuhi dengan kesuraman dan posesif yang kuat, melihat Seohyun sekarang dia tidak sabar ingin mengurungnya. Menguncinya agar dia tidak bisa pergi kemana mana untuk di lihat orang lain dan hanya Kyuhyun yang bisa melihatnya.

Bahkan dengan kegilaan semacam itu, permukaan Kyuhyun tanpa cela.

Seohyun melihat Kyuhyun.

"Kyuhyun bukankah semuanya telah berlalu. Aku minta maaf karena aku pernah sangat menyakitimu. Tapi sekarang, bukankah semuanya baik baik saja."

Dua orang telah hidup dengan jalan masing masing, jadi kenapa repot repot terjerat. Seohyun tidak mengerti kenapa Kyuhyun seperti ini, dia hanya berpikir bahwa Kyuhyun membalas dendam. Melihatnya sebagai masa lalu yang sangat tidak menyenangkan jadi dia perlu membalas untuk menebus harga dirinya yang pernah terluka. 

Meski begitu, Seohyun merasa bahwa semua ini sangat berlebihan. Mereka adalah orang dewasa yang mengerti dan stabil, yang telah melewati pasang surut kehidupan dengan banyak pelajaran hidup. Menjadi begitu pendendam seperti Kyuhyun sungguh membuang buang waktu.

"Kau telah menikah, dan saat aku mengetahuinya. Sungguh aku ikut bahagia untukmu."

Tangan Kyuhyun mencengkram kuat cangkir di tangannya dan air teh di dalamnya telah lama menjadi dingin.

Untuk siapa dia menikah bukankah untuknya. Beraninya kau bahagia!

Seohyun tidak memperhatikan dan masih melanjutkan. "Ini sangat terlambat, tapiㅡselamat untuk pernikahanmu."

Prang!

Suara dari pecahan cangkir porselen yang di lempar Kyuhyun ke lantai sangat keras.

Seohyun tidak terkejut dan hanya melihat dalam diam pecahan cangkir dan air yang terciprat ke mana mana di lantai.

Kelembutan Kyuhyun terdistrosi. Melepas kaca mata yang dikenakannya, dia membuang semua kepalsuan. Ini adalah Kyuhyun yang Seohyun temui malam tadi.

Mencibir, Kyuhyun masih tersenyum lembut hanya saja semakin lembut permukaannya semakin kuat bahaya yang terpancar.

Tahu bahwa apa yang dikatakannya tidak berguna. Seohyun dengan tenang bangkit dan mendatangi Kyuhyun yang ada di sebrangnya, masuk ke dalam pelukannya dan melingkarkan tangannya di pinggang pria itu, dan menyandarkan kepalanya di dada bidangnya.

"Aku salah." Meski singkat, suara Seohyun sangat lembut dan itu ampuh membuat Kyuhyun yang baru saja meledak perlahan kembali tenang.

Balas merangkul Seohyun sangat erat, Kyuhyun mencium puncak kepalanya. Menghirup dalam dalam puncak rambutnya dan menekan kuat tubuh Seohyun di tubuhnya.

Melepasnya, Kyuhyun meraih wajah Seohyun dan mengusap pipinya dengan lembut. "Jangan menantang batasku Seohyun. Selama kau selalu patuh, adikmu akan baik baik saja."

Seohyun mengangguk. Melihat wajah Kyuhyun mendekat, dia memejamkan matanya dan bibir keduanya bertemu.

Awalnya ciuman itu kejam seolah melampiaskan, lama kemudian menjadi lembut dan terkendali. Membawa Seohyun kedalam pangkuannya, lengan Seohyun secara alami mengaitkan leher Kyuhyun.

Lama sekali bibir keduanya bermain main, dan saat akhirnya pagutan terlepas, nafas terengah dua orang bertabrakan dengan dahi yang saling menempel.

Bibir Seohyun agak bengkak, terlihat merah dan mengkilat karena air liur. Dia terlihat tak berdaya dengan mata yang berair. Membuat Kyuhyun gatal ingin mengganggu, membuatnya menangis dan memohon di bawahnya.

Kyuhyun terkekeh, menekan panas yang naik di tubuhnya. Tidak sekarang, pikirnya.

-to be continue

jan lupa vomen ya ges.

AFTERTASTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang