LMV - Graduation Love (1)

94 17 100
                                    

♡ Story Menu - 1 ♡

♡ Story Menu - 1 ♡

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

♡♡♡

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

♡♡♡

♡♡♡

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

.
.
.

Naia menatap Haykal tak percaya. Rahang gadis itu mengeras menahan amarah.

"Jadi, kau menikahi adikku hanya karena kau tak bisa melupakanku. BRENGSEK!" teriak Naia.

Haykal memijat dahinya pelan.

"Nai, aku ...,"

"Aku tak apa jika kau menikah dengan orang lain. Namun, tidak dengan adikku. Kau egois, Kal!" potong Naia dengan tatapan tajamnya.

"Kamu yang egois, Nai. Memutuskan hubungan tanpa masalah, kamu kira itu tidak egois?" tanya Haykal. Pria itu mengusap wajahnya kasar.

"Satu lagi, jangan memanggil saya dengan sebutan nama. Umur kita selisih lima tahun," ujarnya lagi menatap Naia dengan sabar.

Hal ini sesuai dengan perkiraan Haykal jika Naia pasti marah setelah ia mengetahui kenyataan ini.

Naia memalingkan muka. Entah mengapa hatinya sakit sekali.

Ia pikir dengan kembali ke kota kelahirannya, Bandung, hatinya akan senang. Namun, nyatanya tidak sama sekali. Air matanya menitik perlahan, tetapi cepat diusapnya.

"Tidak ada masalah kau bilang? Kau terlalu mengatur hidupku dan posesif. Aku tidak suka dikekang, harusnya kau tahu itu," pungkas Naia.

"Itu karena saya sayang padamu, Nai. Terlebih saat kamu dimutasi ke Jakarta enam bulan yang lalu. Jakarta itu kota besar. Saya takut waktu itu kamu terjebak hal-hal yang tidak saya inginkan," tutur Haykal.

"Kalau begitu kenapa kamu mau saja sewaktu aku memutuskan hubungan? Kenapa tidak mempertahankan hubungan kita waktu itu?" tanya Naia dengan suara serak.

Haykal terdiam. Gadis berambut pendek dengan topi hitam di kepalanya itu tampak menatapnya sendu.

"Nggak bisa jawab, kan?" ulang Naia.

"Saya capek, Naia. Kamu maunya dingertiin terus, tetapi kamu nggak mau mengerti saya. Dua tahun kita menjalin hubungan, saya mencoba memahami kamu, tetapi nggak bisa," tutur Haykal.

Naia menundukkan kepalanya.

"Saya memang sayang sama kamu. Namun, itu dulu," ujar Haykal lagi.

Naia mengangkat kepalanya. Ia tersenyum, hampir tak terlihat.

"Aku ngerti kok, Kak Haykal. Aku memang salah."

Naia meraih tas ransel hitam miliknya di bangku taman dan menyampirkan di bahu kanannya.

"Bahagiakan Raia ya, Kak. Dia satu-satunya adik yang kupunya. Aku pergi," ujar Naia sembari membalikkan tubuhnya dan perlahan melangkah. Namun, langkahnya tertahan.

"NAIA!!!"

Naia terdiam mematung saat ia melihat kembarannya, Raia, berdiri menatapnya pada jarak sekitar 10 meter lalu berlari dan kini memeluknya erat.

"Kamu kapan pulang ke sini. Kenapa nggak bilang-bilang. Aku rindu sama kamu, Naia," ujar Raia hampir menangis.

Naia menghela napas berat. "Lepas Ra. Aku nggak bisa napas."

Raia melepaskan pelukannya dan menatap kembarannya itu dengan tatapan bahagia.

"Kamu pulang kapan?" ulang Raia.

"Pagi tadi," jawab Naia datar.

"Ayo pulang ke rumah. Mama sama papa juga rindu sama kamu," ajak Naia.

"Cihh .... Aku sudah diusir dari rumah. Lagipula aku sudah punya rumah sendiri. Aku harus pergi sekarang," tolak Naia sembari melangkah, tetapi lengannya ditahan oleh Raia.

"Nai, sebelum kamu pergi. Aku mau bilang sesuatu. Aku ...,"

"Tahu, kok. Kamu sudah menikah," potong Naia. Sebenarnya ia rindu dengan Raia dan sejak pergi ke Jakarta, ia tak pernah lagi bertemu dan bertukar kabar dengan adiknya itu, tetapi ia tak mau berlama-lama di sini.

Gadis itu dapat mendengar dehaman pria di belakangnya.

Raia menarik lengan Naia untuk berhadapan dengan Haykal. Naia menatap pria yang kini juga sedang menatapnya. Gadis itu mengalihkan atensinya dan menatap Raia.

"Mas Haykal kenalin ini Naia, Kakak kembarku. Nai, ini Mas Haykal, suamiku," ujar Raia.

Haykal terdiam di tempatnya berdiri. Naia berusaha bersikap dewasa.

"Kenapa, Mas? Nggak mirip, ya? Kami memang kembar, tetapi tak seiras," jelas Raia sembari tersenyum.

Haykal berusaha tersenyum. Ia tak tahu harus berbuat apa. Entah mengapa ia merasa bersalah.

"Oh iya, sepertinya tadi kalian sempat bicara atau aku salah lihat. Ehm ... Atau mungkin kalian sudah saling kenal?" tanya Raia.

Naia melipat kedua tangannya dan menghela napas kasar.

"Kau salah lihat. Aku tidak mengenalnya," jawab Naia lalu berbalik arah dan melangkah cepat meninggalkan tempat itu. Tak memperdulikan teriakan Raia yang berulang kali memanggil namanya.

.
.
.

♡♡♡

Next Part - - - Graduation Love (2)

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Next Part - - - Graduation Love (2)

.
.
.

Salam,
Alita Jung 🐻

Love Menu Variations [Kumpulan Cerpen]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ