18 - Rindu

1.3K 220 36
                                    

"Dua atma yang gulana merajut bait-bait nestapa. Dua daksa yang aksa menunggu janji untuk saling temu. Sekumpulan elegi di ruang memori menjelma menjadi litani. Mengharap sang waktu berjalan cepat demi sebuah dekap."

- Arnav dan Lautan -

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Detik jam dinding menjadi suara satu-satunya di kamar ini. Pria yang baru saja selesai membersihkan diri itu mulai membaringkan tubuhnya. Baru saja akan memejamkan mata, ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Mau tak mau ia harus mengangkatnya, siapa tahu ada hal penting yang ingin disampaikan padanya.

"Halo, kenap-" kalimat Arnav dipotong begitu saja oleh seseorang di seberang sana.

"Zu, lo lagi sama Nara?" tanya Chio begitu khawatir.

"Enggak lah. Gue di kos, Nara kenapa?" Arnav praktis bangun dari posisi tidurnya.

"Nara belum pulang dari tadi siang-" panggilan Chio diputus begitu saja oleh Arnav.

Pria itu beranjak dari tempatnya lantas meraih jaket jeans yang ia gantung di dinding. Tanpa berpamitan pada Irham, ia langsung meninggalkan kosan begitu saja. Dengan kecepatan tinggi Arnav membawa motornya menuju ke tempat-tempat yang biasa Nara kunjungi. Tapi, dari sekian tempat yang Arnav tahu tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan gadis itu di sana.

Seraya berpikir tempat mana lagi yang belum ia kunjungi, Arnav mencoba menghubungi nomor Nara. Sial, ponsel perempuan itu tidak aktif. Tanpa berpikir panjang Arnav lantas menunggangi motornya lagi. Ada satu tempat yang belum ia datangi, tapi terdengar tidak mungkin jika Nara ada di sana. Merasa tak ada salahnya untuk dicoba, Arnav semakin mempercepat laju kendaraannya.

Berhenti di depan sebuah bangunan tanpa lampu, Arnav mencabut kunci lantas berjalan perlahan ke dalam. Dengan jantung yang sedikit berdebar Arnav mulai mengedarkan pandangannya dengan bantuan cahaya senter HP.

"Nara," lirihnya saat melihat sosok perempuan duduk memeluk tubuhnya sendiri di depan teras rumah yang begitu kotor.

Gadis itu tampak terkejut dengan kedatangan Arnav. Awalnya Nara tidak mau diajak pergi dari rumah itu. Namun, setelah beberapa saat membujuk akhirnya gadis itu berhasil Arnav bawa ke luar. Kini keduanya sudah ada di taman, laki-laki itu sedang berusaha menenangkan sang gadis.

"Kamu kenapa, Ra?" tanya Arnav lembut saat melihat sang gadis lebih tenang.

"Aku rindu mama," jawab Nara dengan suara yang bergetar.

"Kalau rindu mama kenapa malah pergi ke rumah itu malam-malam begini?" tanya Arnav lagi seraya menggenggam tangan Nara.

"Itu rumah mama, Nav." Balas Nara lalu terisak.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang