Ep. 24

7.7K 930 81
                                    








Dua minggu pasca siuman, Jaemin merasa badannya sedikit membaik, jahitannya juga mulai mengering namun dirinya diam diam mengalami insomnia yang lumayan parah. Jaemin benar benar takut untuk tidur, dirinya khawatir bahwa apa yang dia alami sekarang hanyalah mimpinya. Kembali menjadi arwah dan berpisah benar benar suatu hal yang menakutkan. Meskipun akhirnya beberapa kali dirinya berakhir terlelap dengan sendirinya.

Mata sipit itu mengrenyit tak sengaja terbangun ditengah malam mendapati sosok disebelahnya terbaring menatap langit langit. Bukankah tadi Jaeminnya tidur lebih dulu? Jaemin selama dua minggu terakhir sering pura pura tidur hanya karena tidak ingin membuat Jeno khawatir apalagi Jeno juga lelah karena bekerja seharian.

Tangan besar itu menggerayang naik dibawah selimutnya, mengusap telapak tangan lentik yang membuat si empu menoleh terkejut.

"Kenapa? Hm?" Jeno bahkan sudah mengeluarkan suara huskynya padahal baru dua jam dia tertidur.

Dadanya berdesir entah karena dirinya kepergok belum tidur atau karena suara sexy Jeno Lee. Laki laki manis itu memiringkan tubuhnya menghadap Jeno, mereka saling beradu netra hingga

Cup

Punggung tangan lentik itu dikecup dan diletakkan atas dipipi sang suami.

"Is something bothering you, hun?"

Jaemin bimbang haruskah ia mengatakannya pada Jeno. Jaemin memang lemah kalau dihadapkan dengan sikap Jeno yang benar benar lembut seperti ini, wajah polos ngantuknya benar benar membuatnya tidak tega. Jaemin mendekat menubruk dada bidang didepannya, mendusalkan seluruh wajahnya, dan melingkarkan sebelah tangannya dipinggang kokoh itu. Jeno merasakan dadanya basah.

"You crying?" Tak ada jawaban, Jeno menimang nimang apa yang terjadi dengan Nananya. Pasalnya istrinya ini terlihat baik baik saja sebelumnya.

"Mau cerita?" Jeno ajak bicara sembari mengusap punggung sempit itu.

"A-aku tidak bisa tidurr hiks, a-ku tidak mau tidur. Takut"

"Habis mimpi?" Jaemin menggeleng.

"Aku takut jika aku terbangun, ternyata cuma mimpi. A-aku takut aku benar benar pergi. Bagaimana jika aku bangun dan kalian tidak bisa melihatku, bagaimana jika aku tidak bisa memeluk kalian huaaaa" tangisnya semakin kencang namun teredam karena dekapan eratnya.

"Ssushhh kenapa tidak bilang Na? Sejak kapan?" Jeno terus mengusap punggung Jaemin, menenangkan.

"Dua ming-"

"Astagaa, kenapa baru cerita? Jadi kau hanya pura pura tidur selama ini? Terbangun karena tangisan Minho itu juga bohong? Kau memang tidak tidur sejak awal?"

Jaemin mengangguk ragu.

"Sayaaang, jangan diulangi yaa? Beritahu aku apapun itu. Kalau kau tidak bisa tidur, aku juga tidak akan tidur" mendengar ucapan Jeno, Jaemin menjadi merasa bersalah. Mendongak dan merenggangkan pelukannya, Jaemin menatap Jeno dengan mata basah dan bibirnya yang melengkung kebawah.

"Apa yang bisa aku lakukan? Besok kedokter ya? Jangan jangan masih ada effect bawaan operasinya"

"A-aku ingin bertemu Lucas"

"Laki laki itu lagi? Dia yang membuatmu tidak bisa tidur? Eoh?" Jaemin menggeleng.

"Tidak tidak, hanya... aku ingin memastikan saja"

"Lucas tidak mengenalnya. Aku sudah dua kali bertanya, aku juga diam diam menstalking sosial media Lucas tak ada nama laki laki itu dimanapun"

"Benarkah?"

"Naa, kau itu nyata. Kau ada disini, disampingku bersamaku bersama Minho. Kau tidak bermimpi atau halusinasi. Apa kau tidak merasakan saat Minho memelukmu? Saat aku memelukmu seperti ini? Jadi kumohon lupakan ya?? Kasian dirimu, kasian Minho. Dia tidak mau melihat bunanya bermata panda seperti ini"

My Ghost Wife | NOMINWhere stories live. Discover now