-48- Always Be Mine

550 71 17
                                    

Semenjak Jisoo terbaring koma di rumah sakit, Tuan Kim membebas tugaskan Seokjin dengan urusan kantor. Semua urusan kantor kini di handle oleh Tuan Kim sendiri.

Tuan Kim memberi waktu bagi Seokjin agar bisa menemani Jisoo di rumah sakit. Terlebih saat malam hari Seokjin juga harus menjaga Yoonseon.

Setiap hari Seokjin datang ke rumah sakit. Setiap kali datang, Seokjin selalu mengajak bicara Jisoo. Meski ia tau obrolannya hanya satu arah dan tidak mendapat respon, Seokjin tetap saja mengajak Jisoo bicara. Ia yakin dalam tidurnya Jisoo masih bisa mendengarkannya.

Sejenak Seokjin menatap sang istri yang terbaring di atas brankar. Tubuhnya dipenuhi oleh selang-selang untuk menopang agar bisa tetap bertahan hidup.

"Halo, sayang.. Bagaimana kabarmu hari ini?" Ucap Seokjin saat baru saja masuk ke dalam ruang tempat Jisoo dirawat lalu mengecup kening sang istri.

"Hari ini aku kesini naik bis. Mobilku masuk bengkel."

Seokjin mengambil waskom berisi air hangat kemudian memeras handuk kecil yang ada di dalamnya. Dengan perlahan Seokjin mengusap tangan dan kaki Jisoo.

"Ah.. Yoonseon sudah bisa tengkurap, sayang. Semalam saat dia terbangun, aku melihatnya sudah tengkurap." Seokjin menceritakan putranya dengan mata berbinar sambil mengusap tangan dan kaki Jisoo dengan air hangat tadi.

"Dia juga semakin cerewet dan mengoceh tidak jelas. Pipinya juga semakin gembul."

Beberapa detik setelah mengatakan hal itu, Seokjin meneteskan air matanya. "Kapan kau bangun, sayang? Aku sudah sangat merindukanmu. Aku rindu memelukmu. Aku rindu jika kau sedang bermanja padaku. Aku rindu menghidu aroma tubuhmu. Aku rindu jika kau selalu cerewet padaku. Aku merindukan semuanya yang ada pada dirimu."

Beberapa saat, Seokjin berhenti bicara. Ia hanya terisak pelan sambil menghapus jejak air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Maaf, sayang.. Aku menangis lagi." Seokjin terkekeh. "Aku pria yang sangat cengeng, bukan?"

Setelah selesai mengusap tangan dan kaki Jisoo, Seokjin meletakkan kembali waskom itu ke bawah brankar. Kemudian ia menarik kursi dan mengambil duduk di sebelah ranjang.

Seokjin meraih satu tangan Jisoo kemudian mencium punggung tangan yang terlihat kurus itu. "Cepat bangun ya, sayang. Yoonseon ingin sekali bisa segera bertemu dengan ibunya. Bahkan sejak ia lahir dia belum sempat meminum asimu. Apa kau tidak kasihan padanya? Cepatlah bangun! Dan beri dia asimu."

Setiap berkunjung, Seokjin selalu saja bercerita tentang perkembangan putranya pada Jisoo. Berharap jika suatu saat nanti terbangun, Jisoo sudah tidak asing lagi dengan Yoonseon, darah dagingnya sendiri.

Tak terasa sudah berjam-jam Seokjin menemani Jisoo. Langit sudah menggelap. Kini waktunya Seokjin pulang ke rumah dan menggantikan ibunya menjaga Yoonseon.

Kedua orang tua Jisoo juga hampir setiap hari datang menjenguk putri mereka. Mereka merasa iba jika melihat Seokjin yang selalu setia menemani Jisoo meski istrinya itu terbaring koma sudah berbulan-bulan lamanya.

"Sayang.. Aku pulang dulu, ya. Besok aku akan kesini lagi. Sekarang waktuku untuk menjaga Yoonseon. Kasihan Eomma seharian menjaga putra kita."

Sebelum keluar dari ruang itu, Seokjin lebih dulu mengecup kening sang istri. "Aku pulang. Kuharap besok kau sudah bisa bangun. Saranghae."

***

Sesampainya di rumah Seokjin langsung mencari keberadaan sang putra.

Setelah membersihkan diri, Seokjin menghampiri Yoonseon yang berada di stroller bayi di depan televisi bersama Jungkook dan ibunya.

Always Be Mine (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang