chapter 16
Di kelas, aku tidak sering melirik ke Negan yang duduk di baris kedua. Aku bukan tipe yang menggembar-gemborkan pada dunia tentang siapa yang aku suka. Aku hanya agak jelas menunjukkannya pada si pemilik hatiku saat itu.
Tidak sering juga aku perlu menyadari kehadiran kami di ruangan yang sama. Selama aku tahu itu terjadi, hanya ketika aku benar-benar merasa hampa dan gundah saja aku menautkan mata padanya. Walau melihat punggung dan rambut belakangnya saja, biasanya perasaanku akan berangsur baik.
Aku bersyukur menyukai cowok itu.
Brigitta dan Agita pergi ke kantin setelah aku menolak ajakan mereka. Aku memerlukan istirahat dibanding mengisi perut yang tidak lapar-lapar amat. Penyebab lainnya karena pikiranku sedari malam tidak bisa berhenti dari obrolanku kemarin dengan Negan.
Tentang kami yang tak pernah sepatah kata pun bicara sewaktu di kelas.
Lirikan matanya padaku pun tak pernah terjadi. Yah, dia memang seorang aktor sejati.
Tapi itu juga menyakiti hatiku.
Seolah berteman denganku adalah aib baginya.
Kenapa sih, Negan.
Mataku sedikit mengantuk saat dagu kutempelkan ke lengan di meja. Suasana kelas sepi karena sebagian besar penghuninya menepi ke kantin atau koperasi. Bisa-bisa aku ketiduran.
"Gue serius waktu gue bilang mau deketin Rayu. Dia pasti udah notis gue di teater, kan? Belum tahu aja gue pimpinan produksi pas demo kemaren."
"Jangan deh, Gar. Kayaknya dia udah punya pacar."
Aku membuka mata dengan malas.
"Tahu dari mana lo?"
"Lihat aja sikapnya selama ini judes. Apalagi kalau bukan karena dia nyuruh cowok-cowok buat jauhin dia secara nggak langsung?"
"Sok tahu."
Biar tahu salah satunya suara Negan, aku tetap memutar kepala ke depan, ke barisan nomor dua. Di tengah kantuk yang belum sirna, sosok keduanya terlihat tak jelas dalam pandangan lemahku.
"Gue bilangin jangan. Waktu itu gue pernah lihat dia nolak cowok luar kelas yang tiba-tiba nembak dia. Kesempatan lo kecil."
Lho. Negan tahu ya waktu itu ada cowok sinting yang nembak aku sepulang sekolah di lab kimia?
"Gue jamin lo bakal ditolak."
Yes, because I like you.
Tapi dia tidak mungkin sadar sih dengan kepribadiannya yang seperti itu. Rendah diri terhadap perempuan.
Padahal kalau Negan sedikit percaya diri seperti ketika dia tampil di teater, pasti bakal ditaksir banyak cewek. Cowok underrated.
Dengan kondisiku yang setengah sadar setengah didera kantuk hebat, kuhampiri meja belakang mereka berdua. Kedatanganku langsung membuat keduanya menoleh dengan terkejut seolah tak tahu sedari tadi aku berada di kelas.
Dan kutangkap pula eskpresi kejut pertama Negan mengetahuiku terang-terangan mendekatinya di depan saksi lain berupa teman sekelas.
Tamat sudah riwayatmu, Murid Teladan.
Aku menyunggingkan senyum. "Tadi ada yang bilang naksir gue?" Yang kulirik adalah Negan. "Lo naksir gue?"
Situasi mendadak ini tak dapat diselesaikan oleh kemampuan aktingnya yang biasa. Negan gelagapan sampai tak mampu melepas tatapan dari senyum miringku untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Her to The Saturn [end]
Teen FictionRayu tak suka saat papanya menikah lagi. Pindah rumah, pindah sekolah, kehadiran ibu tiri, saudara tiri, karenanya Rayu jadi lebih sering bertindak merepotkan. Lalu ketika Negan, si saudara tirinya itu terlalu perhatian ke Rayu, salahkah ketika seb...