PART 45

317 15 4
                                    


Paginya, Rei terbangun lebih dulu. Pria kecil duplikat ayahnya itu kini terduduk sambil melamun. Matanya masih belum fokus, karena ada easa kantuk yang tertinggal. Menoleh kearah kedua orang tuanya, Rei menghela nafas pelan. Orang tuanya begitu nyenyak tertidur dan dia tidak ingin mengganggu.
Pria kecil itu turun perlahan tanpa mau membangunkan orang tuanya. Setelah berhasil keluar, Rei berlain disekitar mansion. Para pelayan yang baru saja akan mulai bekerja terkejut melihat Rei yang berlarian dengan baju tidur serta rambut acak-acakan.
"Tuan muda," panggil salah satu pelayan.
Rei berhenti dan memiringkan kepalanya, menunggu pelayan itu berbicara. "Tuan muda kenapa sudah bangun? Ini masih pagi sekali." tanyanya pelan.
"Aku tidak mengantuk lagi. Mommy dan Daddy lama tidurnya, Rei bosan." ucapnya sambil menghentakkan kakinya.
"Lalu tuan muda ingin apa sekarang?"
"Berlarian," jawab Rei kembali berlarian ke seluruh penjuru mansion.
Ketua pelayan datang dan melihat kelakuan Rei dan berkata, "awasi tuan muda. Pastikan dia tidak jatuh atau terluka," ujarnya.
***
Satu jam setelahnya, barulah Sean dan Fiona bangun dari tidurnya. Awalnya Fiona terkejut karena ingat putranya tidur bersama dengan mereka.
Setelah telinganya mendengar suara Rei yang tertawa dari luar, barulah Fiona tenang. Sean yang tahu kekhawatiran istrinya terkekeh geli.
"Apa yang kamu khawatirkan?" tanya Sean sambil menata rambut Fiona yang mencuat kemana-mana.
"Rei sedang di incar oleh dewa, aku khawatir jika mereka nekat mengambil Rei saat kita tidak sadar." khawatir Fiona.
"Tenanglah. Penjaga Rei ada banyak, aku, kamu dan seluruh warga pack dan jangan lupakan siapa kakeknya," ucap Sean menenangkan Fiona.
"Aku tahu. Tapi para dewa sangat suka melakukan hal nekat. Kemarin saja aku habis memberantas lara hantu demigod yang menginginkan Rei," beritahu Fiona dengan emosi.
"Kamu berada di sekitar pack kemarin?" tanya Kala. Fiona mengangguk membenarkan.
"Kenapa aku tidak tahu? Aku bahkan tidak mencium aromamu," bingung Sean dengan alis mengkerut.
"Tentu saja kamu tidak mencium bauku. Aku sedang tidak dalm bentuk seperti sekarang, aku dalam bentuk Dewi Kematian yang bertugas. Tentu saja hawa keberadaan ku tidak akan tercium oleh siapapun termasuk dirimu. Pengecualian jika dewa membiarkannya." jelas Fiona.
"Dunia kalian terlalu rumit untuk kami," ucap Sean sambil membawa Fiona pada pelukannya.
"Aku tidak akan mengatakan tidak, karena memang serumit itu," jawab Fiona yang teredam pelukan Sean.
"Kita harus bangun sebelum putramu berteriak mencari kita," Fiona menepuk punggung Sean.
Pria itu mendesah malas. Putranya itu benar-benar suka sekali mengambil jatah Sean untuk berdua dengan Fiona. Padahal waktu Fiona dengan Sean sudah tergolong sedikit, masih saha harus di bagi dengan bocah itu.
"Sepertinya Rei memang sudah membutuhkan teman agar tidak menggangu kita," ucap Sean.
"Bagaimana kalau sekali lagi?" cengir Sean.
"Itu sih memang mau kamu," Fiona memukul dada Sean dan segera kabur ke kamar mandi, tak lupa juga untuk mengunci pintu agar Sean tidak masuk.
***
Pagi itu Sean benar-benar tidak mendapatkan jatah dari Fiona. Bibir Sean sudah maju cukup panjang karena tidak di turuti oleh Fiona. Wanita itu hanya bisa menghela nafas melihat tingkah suaminya.
Kenapa setelah dia tinggal selama 5 tahun, suaminya itu begitu berbeda dari saat mereka mengenal dulu. Bahkan wanita itu seperti melihat orang yang berbeda, seakan suaminya terlahir kembali.
Fiona mencoba menghiraukan pria itu dan fokus pada Rei, namun sayangnya Fiona tidak bisa. Wajah cemberut Sean terus terbayang.
"Mommy, Rei mau main sama Vance," ijin Rei.
"Baiklah. Hati-hati, jangan merepotkan Bibi Ital ya!" Fiona terpaksa harus berteriak karena putranya itu sudah berlari cepat.
Sean yang baru saja akan menghampiri mereka berdua jadi bingung. "Ada apa?" tanyanya.
"Rei pergi ke rumah Kai," jawab Fiona.
"Anak itu suka sekali berkeliaran," heran Sean.
Rei memang tidak pernah mau berdiam diri dirumah. Ada saja yang dia lakukan, seakan energinya tidak pernah habis. Sean dan Fiona yang memiliki banyak energi saja kalah dengan putranya.
"Biarkan saja. Lagipula ada Krystal di sana. Mereka akan aman selama Krystal yang mengawasi." ucap Fiona.
"Kamu sudah lama tidak datang ke camp Halfblood, apa tidak masalah?" tanya Sean.
Pasalnya Fiona, Felycia dan Krystal sudah hampir tidak pernah kesana sekarang. Dulu mereka akan pergi ke camp Halfblood sekitar satu minggu sekali.
"Banyak hal yang harus aku kerjakan, lagipula aku bukan Halfblood seperti dulu. Mungkin di saat sudah waktunya Rei yang akan tinggal disana. Apa kamu tidak masalah? Mau bagaimanapun Rei setengah dewa. Dia harus tinggal dan berlatih disana." ungkap Fiona.
"Aku tidak masalah. Biarkan Rei memperkuat dirinya, dia akan menjadi penerusku." sambut Sean.
Pria itu tidak mempermasalahkan jika putranya harus berlatih di camp Halfblood. Lagipula jika memang seperti itu, maka putranya akan menjadi seorang Alpha yang tidak tertandingi.
***
Fiona dan Sean yang di tinggal berdua oleh Rei kini sedang asik bermesraan. Sean merasa ini waktu baginya memonopoli Fiona selama Rei pergi bermain.
Fiona sendiri tidak keberatan akan hal itu. Sang Dewi merasa jika dirinya sudah lama tidak menghabiskan waktu berdua, meskipun hanya berpelukan di atas ranjang.
"Suasana tenang yang aku rindukan," ucap Fiona.
"Apa selama ini kamu tidak mendapatkan nya?" tanya Sean.
"Bukan tidak, hanya saja selama 5 tahun aku menjadi Dewi Kematian tidak ada kata tenang di Underworld. Setelahnya pun sama, ketenangan seperti ini biasanya aku dapat di camp Halfblood, tepatnya di belakang pondok Poseidon." beritahu Fiona.
"Belakang pondok Poseidon adalah laut, sayang. Tentu saja kamu suka," decak Sean.
Fiona tertawa, memamg tidak hal yang paling menyenangkan bagi anak Dewa Laut selain air. Fiona maupun Felycia akan sangat betah jika sudah terkena air.
"Kamu benar juga," sahut Fiona.
"Sayang sekali disini lait cukup jauh, " ujar Sean.
Fiona menggeleng, wanita itu tidak mempermasalahkan semua itu. Lagipula dia bisa terbang kemanapun jika dia mau.
"Kamu yakin akan memberi bocah itu adik?" tanya Sean tiba-tiba.
"Kenapa tidak?" jawab Fiona.
"Aku hanya khawatir jika bentukan anak kita nanti sama persis seperti Rei," ucap Sean dengan di akhiri ringisan.
Fiona mencubit pinggang suaminya. Bisa-bisanya suaminya itu mengatakan seperti itu tentang anaknya.
"Bukan aku tidak suka, aku khawatir kamu akan capek menghadapi mereka. Kamu tahu sendirikan bagaimana aktifnya Rei?" sanggah Sean.
"Aku tidak masalah kok. Aku senang," ucap Fiona.
"Kalau begitu kita lakukan sekarang!" semangat Sean.
Pria itu langsung membuat Fiona terlentang, istrinya itu malah tertawa dengan aksinya. Mereka berdua akhirnya melakukan lagi di terangnya hari.
***
Fiona dan Sean sedang asik dengan dunia mereka, jatuh berbanding terbalik dengan keadaan Krystal dan Kai.
Kai harus mengurus semua pekerjaan Sean, wajah pria satu anakn itu bahkan sudah kuyu karena lelah. Krystal sendiri merasa akan meledak melihat tingkah kedua bocah di hadapannya. Semua mainan mereka berserakan di seluruh penjuru rumah.
Vance, putranya yang tahu jika Rei berkunjung untuk bermain langsung mengambil semua mainannya. Dia begitu senang saat bermain dengan Rei, hingga membuat kepala ibunya pening.
Karena jika sudah seperti ini, bisa di pastikan putranya tidak akan mau membereskan semua mainan yang berserakan karena capek.
"Kai Wilson, putranu benar-benar sesuatu!" geram Krystal.
"Sean sialan! Tahu sekali dia jika aku tidak bisa memarahinya!" umpat Kai
***
To Be Continued

My Mate Daughter of Poseidon (Slow Update)Место, где живут истории. Откройте их для себя