【 O3 】

560 89 0
                                    

Senyum tipis yang seakan mengintimidasi terpampang pada wajah pemuda bersurai biru gelap, menatap intens ke arah lawan bicara yang baru saja melontarkan sebuah pertanyaan.

"Daritadi pandanganmu tak fokus, pasti karena sedang tenggelam dalam pikiranmu."

Pemuda bergestur kecil itu mengangkat selimut yang menutupi sebagian kakinya, perlahan mulai menurunkan kedua kaki untuk menapakkannya ke lantai.

Masih terduduk diam dengan kondisi saat ini,  (Name) sampai terheran bagaimana bisa tiba-tiba pasien yang selama ini ia rawat bahkan seakan memojokkannya sekarang.

Hatinya seketika bergetar. Nampaknya aura intimidasi yang dikeluarkan oleh pemuda itu telah berhasil membuat (Name) kini terpojok layaknya tikus yang tak memiliki jalan ke luar.

"Baiklah akan ku beritahu jawaban dari pertanyaan yang sedaritadi mengganjal dalam pikiranmu."

Tak memotong atau merespon perkataan yang pemuda itu ucapkan, untuk saat ini (Name) lebih memilih untuk diam dan mendengarkan.

"Alasan mengapa aku tak memiliki sedikit pun luka di sekujur tubuh ku.."

Yang berbicara menggantung kalimatnya untuk sementara, membuat sang pendengar dikuasai oleh rasa penasarannya.

"Karena aku ini boneka."

"Apa itu sudah menjawab pertanyaanmu?"

Tak membuat jeda dan melanjutnya dengan sebuah pertanyaan. Pemuda bersurai biru gelap melipat tangannya di depan dada, memberi sedikit jangka agar sang insan yang ada di hadapan merespon dirinya.

Di lain sisi, (Name) hampir tak percaya dengan ucapan yang baru saja dikeluarkan oleh pasien yang ada di depannya.

Apa ini sebuah guyonan? apa seseorang yang ada dihadapannya sedang ingin bersenda gurau dengannya?

"Boneka?.." Hanya bisa melepas apa yang ada dalam pikiran, masih terheran dengan situasi yang diri ini terjebak di dalamnya.

"Aku memberitahu mu hanya agar aku tak merasa berhutang lagi dengan manusia."

"Kalau begitu aku pergi."

Membalik badan tanpa menunggu lagi jawaban yang ada. Pemuda itu perlahan berjalan menuju pintu ke luar tanpa memperdulikan apa pun lagi, termasuk gadis yang sedaritadi menjadi lawan bicaranya.

Tersadar. (Name) segera menghampiri dengan langkah cepat, berniat mencegah pemuda yang masih berstatus 'pasien' pergi tanpa seizinnya.

"Tunggu! kamu belum boleh pergi!"

Terkejut dengan aura yang dipancarkan juga intimidasi kuat yang dikeluarkan, tangan yang digunakan (Name) untuk sekedar menyentuh bahu pemuda itu seketika terlepas begitu saja tanpa bisa dihitung dalam detik.

"Jangan pernah kau berani menyentuhku."

Satu kalimat. Beribu intimidasi. Juga banyaknya aura kebencian yang terpancar ke luar dari satu kalimat tersebut berhasil membuat bulu kuduk (Name) naik beberapa.

Telah pergi. Hilang dari pandang sang gadis. Kini (Name) hanya bisa terdiam dengan posisinya yang masih belum berubah.

Tak berselang lama Qiqi──sang gadis kecil yang bersedia menyiapkan makanan baru saja kembali dari pencariannya. Entah apa yang makanan yang ia siapkan sampai berhasil membuat pasien yang telah dirawat itu kabur tanpa bisa dihentikan.

Tidak sendirian, Qiqi kembali bersama seorang lelaki dengan dominan warna hijau yang memenuhi tubuhnya. Seekor ular putih dengan netra merah turut menyertai leher lelaki tersebut.

"(Name), apa yang terjadi dengan pasien kita? apa dia menghilang?" Lelaki dengan surai hijau berdialog sambil berjalan mendekat.

Gadis itu Mengalih pandangnya pada sosok yang memberikannya pertanyaan. "Baizhu-sensei.."

"Apa yang terjadi, (Name)?" Tanya Baizhu lagi──seseorang yang sedari awal juga mengurus pemuda yang baru saja kabur dari pengobatan yang belum sepenuhnya terselesaikan.

"Aku harus mengejarnya, Baizhu-sensei!" (Name) berbicara dengan mantap, seperti seseorang yang baru saja bertekad.

"Aku bisa merasakannya.. perasaan benci dan dendam yang tersimpan di hatinya."

,TRUE LOVEWhere stories live. Discover now