Part 6

21K 119 24
                                    

Hari ini, kak Fauzi akan pulang. Dia bilang akan naik kereta dan sampai Jakarta pukul 3 pagi. Aku berinisiatif untuk menjemputnya di Stasiun. Aku memang sangat menantikan kepulangan kak Fauzi. Mengingat bagaimana cara kami berpisah sebelumnya, aku masih tidak terima.

Pukul 00.00, alarmku berbunyi. Aku ke kamar mandi dan hanya membasuh wajahku agar terlihat lebih segar. Tadinya aku ingin mengenakan pakaian casual biasa. Tapi setelah kupikir2, seragam slave untuk menyambutnya di stasiun terdengar lebih menyenangkan. Aku lalu mengambil satu set seragam slaveku. Aku memakai seragam olahraga SD ku terlebih dahulu. Sejujurnya, seragam SD ini sudah sangat sempit dan kekecilan di tubuhku. Namun aku menikmati rasa sempit, sesak dan memeluk dari seragam olahraga SD ku. Belum cukup sampai disitu, aku menambahkan seragam olahraga SMP ku dulu. Rasa hangat, tebal, dan sesak bercampur menjadi satu. Apalagi kedua seragamku ini adalah lengan panjang. Aku lalu bercermin, dan melihat diriku sekali lagu mengenakan seragam slave ini. Seragam yg akan kupakai untuk menyambut tuan Fauzi. Aku lalu memakai hoodieku untuk menutupi identitas sekolahku, mengambil tas tanganku dan memesan ojek online.
Saat ojeknya tiba, abang ojek menatapku penuh tanya. Mungkin dia heran kenapa tengah malam begini ada perempuan yg memesan ojek online untuk pergi ke stasiun.

"Malem-malem gini ke stasiun ngapain neng?". Tanyanya sambil menyetir

"Mau jemput abang saya bang, baru pulang dia dari Surabaya". Jawabku.

"Ohh... Kirain mau itu neng hehehe". Ujarnya sambil tertawa.

"Ahaha... Ya kagak lah bang, saya mah masih perawan"

Sejujurnya, ada perasaan kesal kepada abang ojek ini. Pakaianku saat ini sangat bertolak belakang dengan apa yg abang ojek ini maksud. Namun perasaan kesal itu perlahan berubah jadi perasaan nikmat karena aku merasa dihina. Aku merasa aneh pada diriku sendiri kenapa aku menyukai saat diriku disangka kupu-kupu malam. Akupun terpikir untuk menggoda abang ojek ini.

Aku lalu memeluknya. Lenganku sengaja aku letakan di sekitar perut, dekat dengan harta karunnya. Payudaraku jelas menempel di punggungnya. Aku menggeliat, seolah aku mengantuk

"Pelan-pelan aja bang, saya masih mengantuk". Bisikku pelan di telinganya.

Abang ojeknya jelas terkejut, namun ia tidak menunjukan reaksi menolak. Alih-alih menolak, ia justru mengarahkan tanganku ke selangkangannya. Di balik celananya, dapat kurasakan penisnya menegang. Aku lalu sengaja menggerakan tanganku seolah memberikannya handjob.

"Lu beneran lonte ye?, idep banget tangannye"

"Engga bang, saya lebih rendah dari itu". Jawabku dengan mendesah.

"Jangan berhenti yaa, anggep aj ini emg rejeki abang". Tambahku

"Iya iyaa... Gw paham kok".

Aku terus memberikan 'service'ku sampai abang ojek itu minta berhenti. Padahal aku ingin membuatnya orgasme, tapi sepertinya dia enggan. Jarak antara rumahku dan stasiun tempat kak Fauzi tiba nanti cukup jauh. Namun seharusnya kami bisa tiba lebih cepat mengingat lalu lintas di malam hari yg sepi. Setelah perjalanan yg memalukan ini, kami akhirnya sampai di stasiun.

"Nih, bang. Makasih yaa..."

"Eh neng, kembaliannya nih"

"Gapapa bang, ambil aj. Anggep aj uang tutup mulut"

"Hahaha... Biasanya mah lonte yg dibayar neng, ini malah kebalik". Ujarnya sambil tersenyum.

"Gw minta kontak lu dong, kali aj nanti gw pen BO". Tambahnya

"Gaboleh bang, maaf yaa... Udah yaa saya pergi dulu"

"Ahaha... Ywdh neng, skali lagi makasih yaa".

"Iya sama-sama"

A Little Masochist GirlWhere stories live. Discover now