Chapter 3

274 25 41
                                    

"WTO!"

WHO berusaha mengejar WTO, tapi sial, langkah sang organisasi perdagangan itu terlalu cepat.

"Haah... Haahh.... AGH, WTO KAMPRET!!"

"DOKTER WHO, GAWAT!"
Seorang karyawan WHO berlari mendatanginya.

"Ada apa?"

"Baru saja terjadi kericuhan di sebuah restoran yang ada di jalan xxxx, alhasil banyak orang terluka parah dan banyaknya korban jiwa berjatuhan"
Jelas karyawan itu.

"Hah?! Astaga... Apa semua sudah dibawa ke IGD?!"

"Sudah dok"

"Berapa jumlah korban yang terluka dan tiada dari kericuhan ini?"
Tanya WHO sekali lagi.

"Jumlah korban yang terluka kurang lebih 17 orang"
Jawabannya.

"Bagaimana dengan yang tiada?"

"..... Kurang lebih 30 orang"

*Deg

"Ka- kau bercanda kan...."

"Maaf dok, tapi anda tahu kan selera humor saya rendah..."

Lagi-lagi tubuh WHO gemetar tak keruan bahkan setelah rapat tadi. Jujur saja, WHO akhir-akhir ini lebih sibuk dari biasanya. Dari semua organizations, dia dan NATO lah yang dipanggil oleh UN lebih awal dikarenakan jumlah korban yang memuncak tiap hari.

WHO merenung sesaat, lalu menatap karyawannya yang ada di hadapannya.

"Jangan-jangan...."

"Ya, menurutku juga begitu. Kericuhan ini sama seperti kasus-kasus sebelumnya.... Himanitions menggila tanpa sebab"

WHO menggigit bibir bawahnya serta mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia benci... Ia sangat benci pertengkaran. Setiap kali melihat pasiennya yang terluka akibat perkelahian, ia menatap sendu melihatnya.

"Barusan pun pak NATO juga dikirim dalam kasus ini"
Ucap karyawan itu.

"Ck- hubungi pihak rumah sakit kalau aku akan segera tiba! Ini jelas luka parah seperti kasus-kasus sebelumnya yang perutnya hampir terbelah kan?! Siapkan mereka ruang operasi dan alat bedah ku segera!!!"
Perintah WHO pada karyawannya.

"Siap dok"

"Oh iya, Nix masih ketinggalan di ruang rapat dikarenakan bosan sampai ketiduran. Tolong bawa ia ke kantor WTO agar ia bisa menjaganya sementara"

Karyawan itu mengangguk. Setelah WHO pergi, ia pun pergi ke ruang rapat dan melihat Nix yaitu ular yang disebutkan tertidur pulas di meja rapat WHO. Karyawan itu terdiam sejenak, lalu menghela nafas.

"Aku takut ular"

__________________________________________

DIINGATKAN BAHWA CERITA INI HANYA FIKSI DAN TIDAK ADA YANG NYATA SAMA SEKALI!
JUGA TIDAK BERMAKSUD MENJELEKKAN PIHAK
MANAPUN!!
JIKA ADA KESALAHAN ATAU KESAMAAN ITU KETIDAKSENGAJAAN!

Happy reading~
___________________________________________

Chapter 3
Kasus yang janggal
.

.

.

"..... WHOOO!!!"
Teriak WTO ketika mendapati seekor ular putih tengah duduk santai di meja kerjanya.

"Ssssshh!"

Nix yang menyadari kedatangan WTO pun teringat akan sesuatu, lalu memberikannya padanya, yaitu sebuah lipatan kertas yang dititipkan seseorang pada Nix untuk WTO.

Our Memories {Organization}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang