(15) Warta Pancadasa : Sungai Perantara Waktu

115 35 9
                                    

| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

Di batas alam kesadarannya yang begitu kabur tak berbayang, sekujur tubuh Bayu seakan mengambang melayang-layang, terbawa arus deras di tengah-tengah dalamnya sungai tempat ia tenggelam. Helaan napasnya terasa begitu berat hingga menyesakkan dada, kepalanya hampir mati rasa akibat menderita sakit yang terlalu berat. Perlahan lelaki itu mencoba membuka kelopak matanya, dan mendapati dirinya berada di dalam mata air tempat ia bersama Ayuni melompat beberapa waktu yang lalu.

Sekonyong-konyong muncul pertanyaan bertubi-tubi di benak Bayu saat ini. Mengapa ia bisa ada di mata air ini? Apakah dia kembali ke masa depan, dan meninggalkan Ayuni di masa lalu sendirian? Bagaimana mungkin tiba-tiba ia dapat pulang kemari? Bukankah tugasnya sebagai Purnawarman belum selesai? Bagaimana jika Ayuni harus menghadapi permasalahan di zaman Tarumanegara itu sendirian tanpa dirinya? Apa yang sebenarnya telah terjadi?

"BAYU!"

"AYUNI! BAYU!"

Sayup-sayup Bayu mendengar seruan banyak orang memanggil namanya dengan lantang dari atas permukaan air. Ia pun berusaha menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk berenang menuju ke atas, sebelum ia kehabisan pasokan oksigen dari paru-parunya dan membuatnya mati tenggelam. Namun ketika ia hampir mencapai daratan, mendadak kedua kakinya ditarik oleh bayangan gelap yang membuat kembali terbawa ke bawah dalamnya sungai tersebut.

Bayu dengan susah payah berupaya melawan agar ia dapat kembali ke permukaan, tetapi energinya telah terkuras habis, membuatnya menyerah tak berdaya. Tubuhnya kembali kehilangan kekuatan untuk mengayuh, hingga perlahan ia terperosok semakin jauh di dalam mata air tersebut. Seberkas sinar kembali meredup di pandangan Bayu, sebelum akhirnya kedua netra lelaki itu terpejam lagi. Mengambang tenggelam dengan keadaan tidak sadarkan diri.

Bersama jiwanya yang kini ikut terperangkap di sana.

| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

Berita mengenai Putra Mahkota Purnawarman yang jatuh pingsan ketika menyambangi pasar pekan rakyat di Ibukota Sundapura pun menyebar dengan cepat seperti debu yang ditiup angin kencang. Tentu saja kejadian tersebut menimbulkan berbagai tanggapan dan reaksi dari semua orang yang mendengar kabar itu. Bagi beberapa pihak yang bertentangan dengan Kerajaan Tarumanegara, informasi ini mungkin menjadi kabar yang menyenangkan, karena saat ini kerajaan tersebut sedang diterpa masalah secara bertubi-tubi, terjadi penculikan rakyat di daerah pesisir pantai - tertundanya pernikahan Putra Mahkota dengan calon Permaisurinya - prahara kelicikan para Petinggi Kerajaan kubu kiri yang mendapatkan hukuman diasingkan - hingga ambruknya Purnawarman secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya.

Ratungganara sedari tadi duduk di sebelah peraduan tempat Purnawarman berbaring, kukuh menggenggam telapak tangan lelaki itu yang terasa dingin dan kaku, seraya melantunkan do'a yang ia tujukan pada para Dewa agar memberikan keselamatan pada Purnawarman. sedangkan Cakrawarman bersama para prajuritnya sedang berada dalam perjalanan menuju Tanjung Barat untuk menjemput tabib kerajaan, agar Purnawarman bisa segera mendapatkan penanganan tepat dan perawatan khusus. Raja Dharmayawarman selaku Pemimpin Istana pun langsung mengumumkan pembatasan keluar masuknya orang ke dalam Ibukota Kerajaan, sebagai upaya pencegahan terjadi huru-hara yang tidak diinginkan selama proses pemulihan keadaan dari Putra Mahkota, Purnawarman. Seluruh pasukan militer kerajaan dikerahkan untuk menjaga dan mengawasi ketat pintu gerbang Ibukota Sundapura, mengantisipasi adanya serangan mendadak dari pihak musuh. Karena keamanan rakyat tetap menjadi prioritas utama di tengah keadaan genting seperti ini.

The River of The Past & FutureWhere stories live. Discover now