13. Permohonan

2.5K 427 11
                                    

Seminggu sebelum natal, keluarga Jung benar-benar pergi berlibur ke luar negeri, kecuali Jin Ho. Para pekerja juga diliburkan oleh ayahnya, seolah dia ingin membuat anak tidak sahnya itu benar-benar sendiri di saat natal.

Si anak mencibir, tetapi tidak protes.

Tidak apa-apa. Dia bersyukur ayahnya mau membawanya pergi dari ibunya. Jika tidak, dia mungkin masih akan dilecehkan. Jadi, dia baik-baik saja.

Dia baik.

Dia oke.

Dia...

Jin Ho yang sedang terbaring di kamar, langsung menggulung tubuhnya seperti siput. Hatinya sakit. Hatinya luar biasa sakit. Dia jelas tidak baik-baik saja.

Dia bukan anak yang berhati dingin. Perasaannya lembut seperti kapas, rapuh seperti porselen. Layaknya seorang anak kecil, jelas dia ingin diberi kasih sayang juga. Hanya tepukan di kepala, misalnya.

Dalam kesepiannya, yang terpikirkan olehnya hanya satu orang—Lee Hwan. Pemuda yang sama dilecehkan juga, pemuda yang sama tidak dianggap juga, pemuda yang sama menyedihkan juga.

Jin Ho tidak yakin bagaimana sebenarnya dia memandang Lee Hwan. Awalnya dia hanya ingin membantu, tetapi dia jadi ketagihan karena dia merasa nyaman di dekatnya. Apakah aneh jika dia merindukan pemuda itu? Apakah aneh jika dia ingin memeluknya dengan erat?

Dengan menahan perasaannya malam itu, dia tertidur, sendirian, kesepian.

.

.

.

Tiga hari sebelum natal, Jin Ho yang keluar untuk mencari makan, dihadapkan dengan hujan salju yang cukup lebat. Tidak tahan dingin, dia meneduh di kafe, memesan segelas minuman hangat.

Dia hampir menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian tebal; mantel hitam andalannya, syal rajut berwarna coklat, topi, juga sarung tangan. Meski hampir tertutup sempurna, tetapi aura kerennya masih terasa. Ketika dia masuk, semua remaja perempuan langsung menoleh kepadanya, terpesona.

Jin Ho sama sekali tidak memperhatikan sekitarnya. Otaknya sedang penuh dengan pengandaian ini dan itu. Seandainya Lee Hwan ada di sini. Seandainya mereka bisa kencan juga seperti orang-orang. Jika mereka bertemu, dia akan menggenggam tangan pemuda itu, lalu menghangatkan diri dengan nyaman.

Ponsel di sakunya tiba-tiba bergetar.

Semoga Lee Hwan.

Jin Ho sudah berharap nama itu akan muncul sebagai si pemanggil. Sayang sekali bukan dia.

"Seo Ra Yi."

Suaranya langsung ketus di kata pertama.

Seo Ra Yi terkekeh. Dia adalah kenalan Jin Ho sejak hampir dua tahun yang lalu. Usianya masih di pertengahan dua puluh, dan kebetulan dia seorang programmer di sebuah perusahaan cukup besar. Tetapi, karena kebutuhan yang terus meningkat (dia kecanduan pergi ke club), sedangkan gaji tidak ada peningkatan, dia lantas membuka iklan di sebuah situs.

Anda ingin melacak seseorang? Meretes? Ponsel, laptop, komputer, dll, semua bisa!!!

Segera hubungi nomor di bawah ini:

82284-880-413

Jin Ho melihat iklan (norak) itu, menghubungi nomor yang tertera, mencoba jasanya, karena dapat diandalkan, dia memakainya terus sampai sekarang.

"Jangan ketus begitu. Aku sedang ingin memberimu kabar baik, nih," kata Ra Yi. Dia sebenarnya tahu kliennya yang satu ini tidak suka basa-basi, tetapi dia suka menggodanya.

[BL] Even You're Not a God [END]Where stories live. Discover now