ENORIA : satu

191 21 4
                                    

"Gue paling ngga suka sama Halston! Apa apaan anjir, sekarepe dewe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Gue paling ngga suka sama Halston! Apa apaan anjir, sekarepe dewe."
*suka suka sendiri*

Sena menoleh kepada Noah dengan alis yang berkerut.
"Belajar bahasa dari mana lo?"

"Tetangga."

"Tapi, bisa jadi kalo cerita ini bukan cuma dongeng." Aksa menatap kedua temannya.

"Etalan kota maju, Sa! Sedangkan Enoria biasa biasa aja." Noah membantah. Etalan dan Enoria itu sangat berbeda.

"Semuanya hancur waktu si Juan ngeledakin semuanya. Ngga ada yang tersisa."

Mereka bertiga terdiam.
Bisa jadi apa yang di katakan Aksara benar juga.

------

"Tonight, Geoul sok eojewaneun dalla~"

"Ck, dosen sialan. Ngasih tugas ngga ngotak. Dia ngga pernah kuliah apa?" Gerutu Arkana membuat Ethan yang sedang bernyanyi sembari bermain game di handphone nya menoleh.

"Nikmatin aja kali Ar," Ucap Kenzie yang bosan mendengarkan keluhan kawannya setiap detik, menit dan jam.

"Mana bisa ya anjing! Nanti kalo gue jadi dosen, terus anak dosen yang ngasih gue tugas banyak sekarang kuliah dan gue dosennya, gue kasih tugas segunung deadline nya besok!" Sudahlah. Arkana benar benar stress rupanya.

"Emang lo mau jadi dosen?"

"Ya engga sih."

Tak.

"Nih minum. Ngeluh mulu lo," Rafa datang dari dapur dengan bebetapa kaleng colla.

Setelahnya hening beberapa saat. Semuanya sibuk dengan kesibukannya masing masing.

"Et-than."

Ethan menoleh kepada Rafa.
"Kenapa Fa?"

Rafa menggeleng cepat. Ethan kembali sibuk dengan game nya.

Ethan memakai kostum peri? Kenapa bayangannya di tembok memiiki sayap?

Tapi setelah di lihat lagi, Ethan tidak memakai kostum apa apa. Dia sedang duduk dengan kedua kaki yang di angkat ke atas sofa dan bermain game.

Masa Rafa salah lihat?

"Gue juga liat."

Rafa menoleh. Kenzie juga melihatnya? Jadi ini bukan sekedar halusinasi. Mana ada halusinasi janjian berdua.

------

"Yo! Aksara. Masih punya muka ternyata. Gimana keadaan ayah lo pas tau dia bangkrut? Megang dada terus sesek napas? Hah hah hah gitu?" Terdengar suara tawa setelahnya.

"Heh Hartono!-"

"Nama gue Haruto ya bangsat!"

"Ya itulah pokoknya! Balik sana ke negara asal lo! Ngapain sih kesini." Teriak Sena dengan mata yang mendelik.

"Awas tu mata keluar." Itu kata seseorang di belakang Haruto.

"Udah udah! Ngapain sih. Ayo Sen pulang," Aksara menarik tangan Sena untuk pergi bersamanya.

Jika ada Noah, Haruto pasti sudah di tendang. Sayangnya Noah baru saja di jemput oleh kakaknya.

"Yee, si Aksa. Jangan main mulu Sa! Nanti kalo ayah lo di rumah sekarat gada yang tau kasihan!"

Aksa berhenti. Tangannya terkepal mendengar ucapan Haruto.

"Ssh."

Sena ikut meringis karena genggaman tangan Aksa pada tangannya menguat.

"Heh Sa. Lepasin Sa tangan gue mau putus."

Setelah Aksa melepaskan tangannya, Sena lengusap tangannya yang memerah.

"Udah Sa, pulang yu mendung," Benar saja, awan yang tadinya cerah menjadi gelap. Banyak petir bersahutan.

"Gue udah cukup diem ya ngadepin orang kayak lo. Tapi makin lama lo makin kurang ajar! MATI LO ANJING!"

JDAR!

"AKSA!"



Ketika Aksa mengacungkan telunjuknya menunjuk Haruto, petir keluar dari telunjuknya mengarah ke arah Haruto membuat pemuda itu tak sadarkan diri di tempat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ENORIA : The New Etalan | EnhypenWhere stories live. Discover now