10. BERTIKAI SOAL GAUN

860 67 2
                                    

Darwin membawa Andini ke suatu tempat yang mana jarang orang datang kesana. Selain harga di toko tersebut mahal, kemungkinan juga Darwin memang tidak ingin hubungannya dengan Andini Putri dilihat oleh orang lain.

"Selamat pagi, Tuan, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Pelayan toko yang cantik tersebut ramah menyambut kedatangan Darwin dan Andini. Andini naik kursi roda sebab badannya belum sembuh total.

"Pagi. Apakah barang pesananku beberapa hari lalu sudah sampai?" Darwin bertanya hingga tak lama kemudian atasan dari pelayan toko tersebut datang mendekat.

"Sudah sampai, Tuan Darwin. Kemarilah." Atasan dari pelayan toko tersebut membawa Darwin dan Andini ke suatu ruangan yang sangat nyaman dan bersih.

Rupanya hanya orang-orang penting saja yang datang ke sana. Terlihat ruangan di sebelah ramai pembeli sementara di tempat Andini dan Darwin duduk saat ini sepi dan nyaman. Perabotannya juga sangat mewah nan berkelas.

"Aku ingin memeriksanya." Darwin dengan nada bicaranya yang dingin seperti biasa ingin melihat pesanannya.

"Silahkan." Penjaga toko cantik tersebut menyerahkan dua bungkusan pada Darwin. Isinya dua gaun dengan dua warna yang berbeda. Merah tampak seksi dengan belahan dada agak rendah.

Sementara yang krem panjang di bagian lengan juga kaki. Bagian dada tentu saja tertutup sempurna tapi tak kalah bagusnya sama yang merah. Yang membedakan keduanya hanya seksi dan tidak seksi.

"Sangat bagus. Aku suka keduanya. Bungkus yang merah dengan nama Renata. Sementara yang ini untuk kekasihku Andini tidak perlu ditulis nama. Kami ingin langsung membawanya." Darwin membelikan gaun pada Renata pula membuat Andini lagi-lagi sedih merasa diduakan oleh Darwin.

"Baik, Tuan." Pemilik toko tersebut masuk ke dalam sedangkan Andini Putri gusar menatap pemandangan di luar.

"Kenapa? Apa kau tidak suka? Aku bisa menukarnya, Andini." Darwin takut Andini tidak menyukai gaun pesanannya tadi.

"Tidak perlu. Aku suka apapun itu pemberianmu. Hanya saja ... saat berbelanja dengan Renata kemaren sore. Apakah kau juga ingat padaku? Membelikan gaun dan perhiasan juga untukku? Sepertinya kau sangat memperhatikannya, Darwin. Sebenarnya tidak masalah. Cuma ... Aku sedikit kurang nyaman melihatmu terlalu dekat dengannya." Andini bicara apa adanya membuat Darwin diam sejenak kemudian bicara lagi.

"Renata adalah gadis yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri, Andini." Darwin menerangkan dari hati ke hati pada Andini.

"Menggelikan sekali. Dia yang sudah berusia 23 tahun kau anggap adik. Sementara aku yang masih 20 tahun kau pinta untuk mengerti Renata. Beruntung sekali jadi dia. Jika suatu saat nanti dia bilang cinta, apa kau juga akan menerima cintanya?" Andini semakin resah gelisah menatap Darwin.

"Tidak. Cintaku hanya padamu, Andini Putri." Darwin mendekat ke arah Andini dan membelai pelan kepala Andini.

"Sudahlah. Bungkus saja semua pakaian itu untuk Renata. Kartu ATM ini! Kau juga bisa berikan pada Renata. Aku sama sekali tidak butuh." Andini mengeluarkan ATM dari tasnya dan menyerahkannya pada Darwin.

"Kau tidak mau menerima pemberian dariku?" Darwin bertanya dengan nafas memburu. Terlihat sekali bahwa dirinya tengah menahan amarah.

"Tidak. Lagipula di mata masyarakat kau adalah kekasihnya Renata. Hidupku sudah susah, Darwin. Jangan mempersulitku dengan anggapan masyarakat padaku bahwa aku tengah berselingkuh denganmu. Aku sudah lelah. Bisakah pulang ke rumah?" Andini mengalihkan perhatian tidak mau menerima barang apapun lagi dari Darwin. Toh pada akhirnya akan diambil juga oleh Anggun Sandi saudara sepupunya.

"Tuan. Semuanya 376 juta. Gaun merah 300 juta sementara gaun warna krem 76 juta." Penjelasan pemilik toko tersebut membuat Andini Putri tersenyum pahit melirik Darwin.

RINTIHAN BERBALUT LUKA (21+)Where stories live. Discover now