Part 15 - Closer to Me

306 47 12
                                    

Seokjin sedang sendirian. Namjoon pergi bekerja hari ini. Yah, bukan hal aneh kalau Seokjin sering ditinggalkan oleh si workaholic Namjoon. Bedanya, Seokjin tidak perlu khawatir kelaparan atau kesepian seperti hari-hari yang lalu. Jika lapar, Seokjin bisa memasak sendiri. Jika ingin membunuh suntuk, Seokjin bercerita saja pada dua pohon bonsai yang didapat dari arboretum kemarin. Oh iya, mereka berdua juga sudah mendapat nama. Awalnya Seokjin ingin menamai mereka Namu dan Ttalgi. Namjoon menggeleng cepat, tidak setuju. Pada akhirnya, nama mereka adalah Ttalgi dan Jjin. Itu nama pemberian Namjoon. Ada-ada saja!

Ttalgi dan Jjin diletakkan di ruang kerja Namjoon. Nantinya bunga-bunga apel akan mekar begitu pula kuntum-kuntum azalea merah muda. Mereka akan menemani Namjoon. Bentuk serta aroma mereka mungkin akan membuat Namjoon merasa lebih baik jika sedang dilanda kesedihan. Anggap saja mereka pengganti kehadiran Seokjin.

Beralih ke meja kerja Namjoon, bermacam gambar yang kemarin mengisi kamera Namjoon rupanya sudah tercetak. Ah, sayangnya, Seokjin tidak ada satupun di sana. Menyebalkan!

Di atas meja, di sebuah wadah alat tulis, Seokjin menemukan beberapa spidol warna juga pena. Dibanding disergap kejenuhan, Seokjin tandai saja foto-foto itu.

Pada foto pertama, oh, Seokjin ingat! Dirinya saat itu berpose mengikuti torso marmer di sebelahnya dan Namjoon pun tertawa. Menggunakan spidol, Seokjin memberi bentuk seorang manusia yang merefleksikan dirinya, dengan gaya yang hampir mirip juga sebuah kalimat; Seokjin ada di sini!

Berlanjut ke foto-foto lain. Entah sampai berapa lembar. Ada yang berupa foto-foto kosong. Oh, laki-laki itu ternyata diam-diam memotretnya.

Dasar penguntit! Seokjin menuliskan kalimat itu pada foto-foto yang serupa. Boleh saja tubuhnya tidak nampak di dalam foto, tapi yang namanya privasi tetap harus dihormati. Setidaknya, Namjoon harus meminta izin dulu pada Seokjin. Siapa tahu Seokjin sedang berwajah jelek saat Namjoon memotretnya.

Hingga sebuah foto terakhir.

Itu foto Namjoon dari sisi depan yang berfokus pada wajahnya. Oh Tuhan! Dia tampan sekali. Karena gemas, Seokjin memberi bentuk telinga dan kumis kucing pada wajah Namjoon menggunakan spidol warna kuning. Di baliknya, Seokjin menulis sedikit pesan. Mudah-mudahan Namjoon membacanya suatu saat nanti.

Ada derum kendaraan yang memasuki lorong rungu Seokjin. Namjoon sudah pulang? Cepat sekali? Jam digital pada meja menunjukkan pukul lima tiga puluh delapan. Padahal biasanya Namjoon pulang pukul sepuluh. Apa Namjoon sengaja pulang cepat karena rindu Seokjin? Ahh! Jadi begini rasanya sedang dirindukan seseorang. Kalau begitu—sebagai pacar yang baik dan penyayang—Seokjin harus menyambutnya dengan senyum paling manis.

Tulisan yang sedang dirangkainya dirampungkan lekas. Lembaran foto-foto itu Seokjin simpan dalam sebuah kotak kecil dan menaruhnya di sebuah laci. Pun membereskan spidol dan pena yang kocar-kacir. Seokjin kalah cepat, ternyata. Pasalnya laki-laki itu punya langkah-langkah yang terlampau lebar hingga cepat sekali sampai di ambang pintu ruang kerjanya.

"Jin." Senyum lebar merekah di bibir Namjoon. Sepasang matanya menyempit dan binar-binar bahagia muncul di sana.

"Nam? Kamu pulang cepat?" sambut Seokjin seraya menjauhkan tubuhnya dari kursi yang biasanya Namjoon duduki.

"Sengaja. Ayo melakukan kencan yang sebenarnya nanti malam!"

Mata Seokjin membesar dan dua kali berkedip bingung. Kencan lagi? "Bukannya kemarin itu sudah cukup?"

Namjoon menunjukkan gelengan serius. "Tentu saja belum!" Kemudian tas belanja yang dibawanya di tangan kanan disodorkan pada Seokjin. "Nah! Ini pakaian yang harus kamu kenakan."

"Eh? Memangnya kamu mau melakukan apa denganku? Makan malam romantis di suatu tempat?" Sejenak Seokjin mengintip isi tas yang tidak begitu bisa diterka. Ketika fokusnya kembali pada Namjoon, anggukan cepat dan terlampau yakin tengah ditunjukkan oleh laki-laki dengan helai-helai cokelat agak berantakan itu. Ck! Dia terlampau polos atau apa sih?! Mengajak Seokjin ke tengah-tengah khalayak?

Finding Light - NamjinWhere stories live. Discover now