BAB 5

475 28 1
                                    

Haiii typo tandai!!!

"Bi Atun ini tomatnya enak banget" ucapku kesenangan.

BI Atun menoleh ke arahku sembari tersenyum."pasti enak dong non. kan bibitnya pilihan terbaik. dan ya non ini tuh den Aiden sendiri yang milih bibitnya loh" ujar BI Atun.

Aku pun terkejut, dan terkagum-kagum."benarkah? Mas Aiden sendiri yang milih bibitnya?" tanyaku beruntun.

BI Atun mengangguk."iya non. Mas Aiden yang milih sendiri. padahal ya non. pas itu den Aiden lagi sibuk-sibuknya loh." ujarnya lagi.

Setelah selesai memanen tomat cukup banyak. kami pun menuju bangku dekat gazebo yang ada di kebun tomat tersebut.

Aku memakan sebagian tomat yang tadi aku petik sendiri dengan lahap, bahkan bi Atun pun sampai tertawa, terheran-heran dengan cara makan ku.

"Pelan-pelan non makannya, nanti keselek" ucap bi Atun.

Dan benar saja detik berikutnya Riana terbatuk-batuk karna makan tomat yang di lahapnya tanpa henti."uhuk-uhuk.bi..., bii..., tolong bi..., uhuk" katanya.

Bi Atun pun dengan cepat mengambil air untuk majikan mudanya tersebut."ini non minumnya " kata bi Atun sambil menyerahkan air putih tersebut.

Riana pun meminumnya sampai tandas. "alhamdulillah. hehehe"katanya diakhiri cengiran kudanya.

BI Atun geleng-geleng kepala melihat Riana."ya kan non. udah di bilangin juga"tuturnya kepada Riana.

"Ouh ya non. bibi boleh nanya?"ucap BI Atun.

Riana pun menoleh, dan mengangguk."boleh bi. apa ya?"

"Non Riana kan kerjanya sebagai Dosen kan"ucapnya.

"Iyaa...,terus?"

"Ngajarnya setiap hari ya?"tanya bi Atun.

Riana tersenyum. "saya memang kerja sebagai Dosen bi. tapi, saya juga ngajarnya di bagi jadi sesi....,"

"Sesi?sesi apa non?"

"Jadi gini. Saya, setiap hari senin-rabu ngajar secara online atau daring, lah. kalau hari Kamis-Jumat saya ngajar secara langsung di kampus, kalau hari Sabtu itu bisa bebas buat saya bi. karna kadang ada jadwal saya kadang ngak ada"jelas Riana Kepada bi Atun.

Bi Atun mengangguk-angguk kan kepalanya."ouh gitu ya non"

"Iya bi"

"Lagi ya bi"ucap Riana lagi.

Bi Atun pun memajukan badannya supaya lebih dekat dengan Riana. "Jadi kalau saya lagi ngajar lewat daring berarti saya bakal di kamar terus sampai belajar mengajar saya selesai"ujar Riana.

"Tapi. kalau saya ngajarnya secara langsung bi Atun tolong siapin sarapan bekal buat saya makan di kampus yaa...."pinta Riana di akhir kalimat.

"Siap noooon"ujar bi Atun mantap

"Non. Mau tau keanehannya den Aiden ngak?" ucap bi Atun tiba-tiba.

Aku terheran-heran, tapi tak urung aku pun menanggapinya dengan antusias karna ini sudah berkaitan dengan suamiku sendiri. "Apa itu biiii....,"

"Den Aiden itu sukaaaaaaa banget yang namanya tumis kangkung. Tapi, ya non. Non mau tau?"tanya bi Atun.

Aku pun mengangguk. " Apa bii. Jangan bikin saya kepo,"

Nampak bi Atun sesekali menahan tawa. Seperti akan menceritakan hal lucu. "Tapi. Den Aiden ngak suka sama kangkungnya" lanjutnya.

Riana terdiam mencerna ucapan bi Atun tadi. Apa barusan suka tumis kangkung. Tapi, ngak suka kangkungnya. Lah ini gimana konsepnya.

Detik berikutnya mereka berdua tertawa. Riana dengan tawa yang sudah paham. Bi Atun yang emang sudah sedari tadi ingin tertawa teringat dengan keanehan majikannya.

"Hahahaha. Yang bener bi? Kok bisa si? Sejak kapan keanehan itu adaaa?"tanya Riana beruntun.

Bi Atun pun berhenti tertawa. "Iya non. Saya juga ngak tau. Kalau sejak kapannya saya kurang paham banget non. Cuman, sejak awalan mau masuk SMA atau SMK ya saya lupa, hari itu bibi di suruh buat tumis kangkung sama ibunya den Aiden. Saya emang satu-satunya bagian memasak. sebenernya bukan saya doang si. Cuman yang sudah lumayan lama ya non. Saya buat lah itu tumis kangkungnya. Saya sajikan, dan sekeluarga makan lah non. Saya ke dapur lagi buat nyelesain masakan yang mau di bawa sama den Aiden. Pas waktu itu juga ya non. Saya lupa naruh sambal di meja alhasil saya kan kembali ke meja lagi" jelasnya panjang lebar.

BI Atun menarik nafas sebelum akhirnya melanjutkan sesi ceritanya. " Dan. Pas itu juga saya lihat den Aiden lagi sibuk misahin bumbu kangkungnya sama sayur kangkungnya biar pisah gitu non." lanjutnya.

Riana yang mendengarnya hanya bisa diam seperti orang yang lupa jalan. " Lama juga dong bi"ucapnya

"Iya non. Udah lamaa"

"Non udah tau makanan sama minuman favoritnya den Aiden belum?"tanya bi Atun.

Aku menggeleng. Memang benar aku belum tau entah itu makanan, minuman, warna favoritnya  dan lain-lainnya pun aku ngak tau. "Ngak tau bi" jawabku jujur.

Bi Atun pun menuju lemari samping pintu dan menyerahkannya kepadaku. Aku menerimanya dengan bingung. Coklat tua itulah warna buku yang sedang aku pegang. "Ini...., Buku apa bi?"tanyaku.

"Ini...., "Jedanya. " Buku tentang kesukaan, ketidaksukaannya den Aiden non. Dari apapun hal kecil maupun besar" jelasnya.

"Ini bi Atun tau dari siapa?"

"Ini saya dapat dari den Aiden sendiri yang bilang. Tapi, ini tidak semuanya non"

"Tapi lumayan tebel loh ini bi " ucapku sambil membolak-balikkan buku berwarna coklat tua tersebut.

Drtd..., Drtd..., Drtd....

Fokusku teralihkan oleh suara dering ponsel milikku. Aku  pun meraihnya dan melihat nama yang tertera di layar.

"Bentar ya bi. Saya mau ngangkat telfon ini dulu" pamitku kepada bi Atun.

Dirinya pun segera manjauh dari bi Atun untuk mengangkat telepon dari seseorang. Jari jempolnya geser tombol hijau untuk mengangkat telepon tersebut. Dan ku taruh di sebelah telinga kananku.

"Hallo"

****

Sementara di ruangan tengah yang sedang di duduki oleh sahabat beda kelamin sedang berbincang-bincang dengan nikmat tanpa ada ganguan. Siapa lagi kalau bukan Aiden dan Alin. Yah, Alin sampai sekarang belum pulang-pulang dari kediaman Aiden yang notabenenya sudah memiliki seorang istri.

"Besok aku main kesini lagi ya. Aku belum bicara banyak sama Riana istri kamu soalnya" ujarnya.

Aiden mengangguk. "Tentu boleh Lin. Main aja biar akrab" balas Aiden.

Alin pun kesenangan mendengarnya.

_tbc_

holla azzy hhh

Part-nya pendek ngak kaya biasanya tapi. Tenang in syaa Alloh bab selanjutnya agak banyakn

papay.....

A & R. [ On Going ]Where stories live. Discover now