Ribut

249 22 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







"kamu bilang mau kerja kelompok kan? Kenapa kita ke sini?"
Naren masih mengikuti langkah Sharon. Cewek itu terus saja menarik tangan kirinya.

"Kita mampir dulu ngga papa kan? Aku lagi butuh sesuatu".
Sharon tersenyum manis. Perasaannya berbunga-bunga saat ini. Tidak disangka dia bisa satu kelompok dengan Naren. Tanpa mau membuang kesempatan, Sharon harus bisa jalan dengan Naren.

"Saya ngga bisa lama-lama Sha".

"Aku suka deh kalo kamu panggil Sha begitu. Keliatan spesial".
Naren yang mendapatkan perkataan seperti itu jadi teringat seseorang yang juga memiliki nama yang mirip dengan Sharon.

Keduanya memutari mall untuk mencari sesuatu yang dimaksud oleh Sharon. Naren tidak bisa mengelak. Sebenarnya dia merasa kegiatan ini cukup membantunya untuk menghindari Shakila. Sejak kecelakaan yang membuatnya mengalami patah tulang, dirinya tidak bisa lagi menghabiskan waktu dengan bermain basket. Ya, Erlan tidak salah. Naren memang sedang menghindari Shakila. Mungkin dia akan mulai menjauh dari perempuan itu.

Sharon menarik Naren menuju sebuah toko pakaian wanita. Cewek itu melepaskan genggaman tangannya dan segera memilih beberapa baju.

"Naren, coba sini".
Sharon memanggil Naren untuk mendekat ke arahnya.

Dengan lesu Naren mendekat ke arah Sharon.

"Kamu suka yang ini ngga?"
Dua baju model sabrina yang diperlihatkan Naren membuat cowok itu bingung.

"Dua-duanya bagus".
Ucapnya agar semua cepat selesai.

"Menurut kamu bagus yang mana?"
Sharon kembali memilih baju lainnya.

Berbeda dengan cewek itu, Naren malah merasa deja vu. Dia seperti pernah berada di posisi ini.

Se simple itu seorang Shakila bisa memenuhi pikiran Naren. Apapun hal yang berhubungan dengan perempuan itu membuat Naren merasa Shakila selalu berada di dekatnya.

"Naren!"
Teriak Sharon membuat Naren tersadar dari lamunannya. Cowok itu menatap Sharon yang terlihat cemberut.

"Kenapa malah ngelamun. Udah yuk. Aku udah dapet bajunya".
Sharon terlebih dahulu menuju kasir untuk membayar baju yang dia beli.

Keduanya kembali berjalan mengitari mall. Beberapa kali Naren meringis saat merasakan nyeri di tangan kanannya. Mungkin karena sudah seminggu dia mangkir dari jadwal checkup yang sudah ditentukan.

"Eem Ren, kalo kita nonton dulu gimana? Kamu mau kan. Mau yaaa".
Pinta Sharon dengan wajah memohon.

"Saya ngga bisa lama-lama. Kamu sudah bohongin saya kan? Kamu ngga berniat mengerjakan tugas sama saya".
Naren tidak marah. Dia hanya merasa dibohongi dan dia tidak suka itu. Sharon yang melihat itu menundukkan kepala sedih.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now