Third

16 5 0
                                    

═══════ ♢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═══════ ♢.✰.♢ ═══════
Chapter 3 : Ketua Sementara?
═══════ ♢.✰.♢ ═══════

   "Minggir ga? Gue mau masuk kelas," protes Alina saat Kezia bersama salah satu temannya menghadang jalan di depan kelas. Bukannya merespon Kezia malah hanya tersenyum membingungkan, membuat Alina kembali bertanya,
   "Lo mau apa dari gue?"
   "Gue mau lo tanggung jawab!" jawab Kezia spontan. Tentu mendengar itu, Alina menjadi tambah bingung dengan maksud wanita yang satu ini. Namun, seperkian detik kemudian dia menyadari bahwa pasti telah terjadi sesuatu kemarin di antara Kezia dan Kavi.

   Karena tak kunjung mendapat respon, Kezia pun marah dan mencengkeram kerah seragam siswi di depannya itu sambil terus saja membentak Alina. Tiada perlawanan dari Alina, ia hanya terdiam dengan wajah yang tertunduk karena takut.

   Tiba-tiba seorang laki-laki bermasker hitam datang. tanpa berucap apapun, ia langsung melepas tangan Kezia dari kerah Alina. Kezia tentu protes, tapi orang tersebut tiada menanggapi dan pergi begitu saja membawa Alina bersamanya. Kedua siswi itu sempat mengejar mereka berdua, tapi kehilangan jejak di tengah jalan sehingga terpaksa membiarkan kepergian mereka dengan sangat kesal.

...

   Bingung, hanya itulah yang dipikiran Alina. Ia tidak tahu siapa orang itu dan akan dibawa ke mana dia saat ini. Ia sempat memberontak dan melontarkan beberapa pertanyaan padanya. Jangankan menjawab, mendengar suara datang dari mulutnya yang tertutup masker itu saja sepertinya tidak mungkin. Dari situlah, Alina semakin takut jika orang itu akan melakukan hal yang buruk padanya.

   "Gue gatau punya salah apa sama lo, jadi please lepasin gue."

   Sudah berkali-kali dihempas, tapi tangan tersebut masih kuat menggenggam tangan Alina. Hingga di perjalanan menuju gudang sekolah wanita itu merasa genggamannya semakin erat. Ada apa ini?

   Tanpa berpikir panjang. Dengan cekatan ia tundukkan kepalanya dan menggigit tangan laki-laki itu hingga membekas di sana. Sudah begitu, orang itu sama sekali tidak goyah. Justru ia malah memasukkan Alina ke dalam dan mengunci pintu itu dari dalam.

   "Tolong!"

   Hanya ada kegelapan di sejauh mata memandang, padahal di dalam sana ia yakin ada orang yang saat ini mengawasinya.

   "Kalau lo berani, sini muncul. Bilang gue ada salah apa. Jangan kaya gini caranya."

   Alina terus-terusan berteriak dan memancing orang itu muncul. Jangankan muncul di hadapannya, orang itu bahkan tidak bergerak dari posisinya. Tak begitu lama) ada sebuah suara yang menyeruak di telinga wanita itu yang ia yakini itu suara Kavi.

   "Kavi? Itu lo kan? Tolong gue, gue di dalam sini. Tolong, Ka!" teriak Alina sembari matanya menatap pintu yang tertutup rapat.
   "Iya, gue di sini Alina. Gue akan bantu lo kok," kata Kavi yang ternyata sudah lebih dulu berada di gudang itu. Alina langsung celingukan begitu mendengar balasan Kavi, sayang hanya kegelapan yang tampak. Namun, ia mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin dekat. Ia yakin orang itu adalah Kavi, yang akan menyelamatkannya dari orang mencurigakan itu. Mata Alina pun dibuat silau, karena ada senter yang menyala secara tiba-tiba. Ternyata senter tersebut milik Kavi yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Kau BintangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang