Amarah Muizea

537 21 0
                                    

Raka kembali tersungkur dengan darah yang mengalir deras dari hidung mancungnya dan wajah yang sudah lebam dimana-mana. Seragamnya berantakan dan terlihat kusut, bahkan sedikit kotor karena terjatuh dilantai yang berdebu. Tubuhnya yang lemas mulai kehilangan kesadaran, Raka berusaha untuk terus tersadar dan melawan orang yang memukulinya.

Orang dengan bahu lebar itu kembali melayangkan pukulan kepipi Raka membuat cowok itu kembali terjatuh. Tubuhnya benar-benar lemas, ia sudah kehabisan tenaga, ia masih sadar hanya saja ia tidak dapat bergerak karena seluruh tubuhnya terasa sakit. Dengan mata sayunya ia mendongak menatap orang yang memukulnya.

"Jauhi Muizea," ucap Raka terbata.

Cowok yang berdiri dengan pongah itu terkekeh sinis, dengan angkuhnya ia mengangkat dagu Raka menggunakan ujung sepatunya.

"Jangan ngimpi!" Tekan cowok itu.

"Lo emang bajingan Jev."

Ya, cowok itu adalah Jevano. Saat kejadian di perpustakaan kemarin ternyata Raka sempat mendengar pembicaraan antara Jevano dan Muizea, walaupun tidak bisa melihatnya setidaknya Raka bisa mendengar dengan jelas bahwa Jevano meminta ciuman kepada kekasihnya. Jelas, Raka yang tidak terima pun berencana untuk menegur Jevano. Saat Raka menegurnya hanya lewat kata-kata, Jevano sudah naik pitam sampai ke ubun-ubun yang membuatnya memukuli Raka sampai babak belur. Salahkan saja ketua OSIS lemah ini yang berani memamerkan kemesraannya dengan Muizea, pikir Jevano kesal.

Melihat Raka yang sudah tak sadarkan diri, membuat Jevano mendengus. Tanpa rasa bersalah cowok dengan bahu lebar itu meninggal gudang, biarkan saja mayatnya membusuk, pikir Jevano.

•BELENGGU•

Muizea duduk di kantin dengan gelisah, matanya menatap kesana-kemari mencari seseorang. Makanan yang ada didepannya teracuhkan karena sang pemiliki tak segara menghabiskannya.

Mika dan Listia saling pandang. Mereka tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Muizea, pasti gadis itu tengah menunggu kekasihnya. Mika menghela nafas panjang sembari menatap makanan milik Muizea, gadis itu belum menyentuh makanannya sama sekali bahkan miliknya saja sudah hampir habis.

"Ze makan dulu kek, itu baksonya udah dingin," titah Mika.

Muizea tersadar, lantas ia langsung menatap bakso miliknya. Dengan malas ia pun memakan baksonya, rasanya untuk mengunyah saja ia tidak berselera. Yang ia pikirkan sekarang Raka, tidak biasanya cowok itu menghilang tanpa kabar begini, hal itu tentu saja membuat Muizea cukup khawatir. Saat Muizea dan kedua temannya tengah khidmat memakan makanan mereka tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan sikembar yang nampak panik.

Seneo dengan nafas terengah menggebrak meja kantin yang membuat Muizea, Mikaela dan Listia tersentak kaget.

"Raka ada di uka'es, dia pingsan!" Seru Seneo yang masih berusaha mengatur nafasnya.

"Mukanya babak belur, kayaknya dia habis berantem," tambah Sean.

Tentu saja ketiga gadis itu terkejut terlebih Muizea, bahkan beberapa warga siswa yang mendengar juga ikut terkejut. Tanpa pikir panjang Muizea langsung berlari menuju UKS, sungguh kali ini ia benar-benar khawatir pada Raka, langkah seribu Muizea disusul oleh mereka. Sesampainya disana Muizea langsung mendudukan dirinya disamping brangkar, menatap kekasihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Raka, cowok itu masih memejamkan matanya. Setelah pemeriksaan kondisinya memang dikatakan cukup buruk, luka lebam tak hanya ada diwajahnya. Perut, dada dan betisnya juga terdapat luka lebam yang cukup parah membuat kondisinya hampir kritis.

BELENGGUWhere stories live. Discover now