BM 9

3.4K 265 17
                                    

Lavanya mendadak ada meeting penting pagi ini, dia bahkan tidak sempat membuatkan Alister sarapan.

Hanya meninggalkan note bertuliskan,

Alister, maaf ya sayang, bunda buru-buru ke kantor. Maaf gak bisa buatin kamu bekal, pagi ini sarapannya di buatin bibi dulu, kamu juga bunda ijinin jajan di kantin. Tapi jangan beli makan sembrangan.

From :
Bunda lavanya paling cantik.

Alister yang membaca bahkan berdecih pelan untuk kalimat terakhir, namun tak menyangkal karna bundanya memang sangat cantik bahkan diusia yang tak lagi muda.

Dan kini Lavanya sedang berada di ruang meeting bersama beberapa klien dan juga model dari perusahaannya.

“Maaf saya terlambat” Lavanya menegang, mendengar suara serak yang berhasil membuat ia mengingat kejadian lampau yang merenggut nyawanya.

Itu suara Liam, mantan suaminya. Sekaligus orang yang menembaknya tepat di hadapan Alister, anak mereka.

Sial, bajingan itu. Kenapa kita harus bertemu disaat seperti gini. -Rutuk Lavanya, dia tak berani mendongak, bahkan hanya untuk menatap kedua netra kelam yang sialnya begitu menurun pada Alister.

Lavanya berusaha mati-matian menahan segala jenis umpatan serta rasa ingin menghajar wajah datar dari mantan suaminya itu.

“Baik rapat saya akhiri, ada pertanyaan?” Suara Lavanya menggema, beberapa kolega nampak terdiam sibuk dengan kertas di depan mereka. Berusaha mencari kesalahan yang harus di revisi agar project kali ini bisa berjalan dengan lancar.

“Bagaimana?, apa ada yang harus di perbaiki atau semuanya sudah cukup?”

“Saya rasa semuanya sudah benar”

“Yang lain?”

“Kami setuju” Meeting pun di tutup dengan kepuasan yang tercetak jelas di raut wajah Lavanya.

Mereka saling berjabat tangan, namun saat Liam datang Lavanya mengubah raut ramahnya menjadi datar sempurna.

“Saya tidak menyangka bahwa perempuan tidak berpendidikan seperti kamu dapat mengembangkan agensi sebesar ini”

Sialan, cari perkara mulu hidupnya.

“Ahh, tentu saja. Karna perempuan tidak berpendidikan ini mempunya otak yang cerdas”

Tidak seperti mu, bodoh. -Lanjut Lavanya dalam hati.

“Ya, dengan rendah hati saya akui anda memang cukup pintar” Liam dan Lavanya saling menatap tajam.

“Saya harap anak sialan itu juga berotak cerdas, mau bagaimana pun dia membawa darah saya. Agak malu untuk mengakuinya, ya tapi mau bagaimana-

PLAK!

PLAK!

Dua tamparan sekaligus Lavanya layangkan, dia memandang puas sudut bibir lelaki itu yang kini berdarah.

“Sekali lagi saya dengar anda menjelekan dan menghina anak saya, saya tidak segan untuk membuat anda tidak dapat menggunakan mulut anda lagi. Ayo kita pergi Albert” Lavanya dan Albert meninggalkan ruangan yang terdapat Liam serta sang sekretaris dengan aura yang begitu suram.

“Wanita sialan itu” Geram Liam.

“T-tuan?”

Liam memandng perempuan bertubuh molek itu, dia Arini. Sekretarisnya, Liam mengembangkan senyum miring.

“Temani saya malam ini” Arini hanya mengangguk, tahu betul arti menemani dari sang tuan.

Jika saja Alister mengetahui hal ini, mungkin dia juga tidak akan merasa sudi mempunyai ayah dengan kelainan jiwa seperti Liam.

“Nyonya, anda baik-baik saja?”

“Kamu pikir sendiri saja Albert, apa saya masih bisa di anggap baik-baik saja setelah kejadian tadi?”

Albert mengatup bibirnya, tidak berani mengeluarkan suara apapun lagi.

“Chek semua data project yang menyangkut nama Liam Arlan, putuskan semua kontraknya. Persetanan sama kerugian, saya lebih tidak sudi bila pria sialan itu menginjakan kakinya lagi disini. Mengerti Albert?”

“Mengerti nyonya” Albert mengangguk patuh, mereka kembali keruangan Lavanya. Dan Albert segera melakukan pekerjaannya.

Lavanya melamun, memandang pada kaca yang menampilkan kondisi jalanan di atas gedung itu.

Bohong bila dia tidak takut menghadapi Liam tadi, bayangan masa lalu sekaligus kejadian yang terjadi dimasa depan membuat Lavanya benar-benar trauma.

Kdrt, pemaksaan dalam berhubungan suami istri, hingga ia yang di tembak mati tepat di depan anak mereka sendiri.

Menyesal, Lavanya merasa menyesal karna dulu mengikuti perkataan mendiang kedua orang tuanya untuk menikahi Liam.

Liam itu lelaki baik, pun dia lahir dari keluarga baik-baik juga terpandang. Bersyukur dia mau sama kamu yang cuman gadis desa tamatan sma’

Lavanya menunduk, memilih diam dan mendengarkan nasihat sang ibu.

‘Terima saja lamarannya, itung itung memperbaiki ekonomi keluarga juga. Anggap saja sebagai bentuk balas budi pada ibu dan bapak yang bersedia membesarkan kamu’

Citra, sang ibu pergi, meninggalkan putri satu-satunya itu kini yang tengah menahan tangis.



-TBC

maaf atas keterlambatan up

harusnya tiga hari sekali, ehh malah bablas ampir dua minggu gak up 😩

harusnya tiga hari sekali, ehh malah bablas ampir dua minggu gak up 😩

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Best momWhere stories live. Discover now