About Chu! (13) I'm Jisoo Not Okey

705 84 10
                                    
























































































































Jisoo insom malam itu, sampe subuh. Beban pikirnya makin berat. Ada Jennie, Jennie, Jennie dan Jennie.

Ada jutaan Jennie dalam isi kepala Jisoo.

Banyak banget gelisah di dada yang mau Jisoo curhatkan. Bermacam pikiran kacau terlalu penuh dalam kepala. Dia teramat butuh seseorang untuk bertanya, kapan masalahnya ini bakal berakhir.

Tapi, Abi mana bisa ngerti. Abi hanya tau terima. Keluarganya nggak ada yang akan memaklumi. Kata mereka cuma cinta monyet yang iseng. Palsu dan mengandai-andai. Tapi kok ya, dada Jisoo nggak ada habis sesaknya. Hampir kehabisan napas setiap kali mikir cobaannya kenapa harus seberat ini.

"Mau gimana nasib kamu, dek? Berandal penculik kayak dia nggak pantas sama anak Abi!"

Itu suara Abi, siang tadi pas telfonnya diangkat sama Jisoo. Masih terngiang dan bikin dia takut bilang kegelisahannya ini ke Jennie. Udah cukup Jennie dengan beban pikirnya. Pacarnya bahkan buntu, nggak ada opsi selain pura-pura nggak terjadi apa-apa.

Jujur, Jisoo takut Jennie udah dibatas mampunya. Kekhawatiran Jisoo selalu buat mendadak panik, kepikiran tiba-tiba gimana kalo Jennie justru menyerah.

"Nggak mau~!" Begitu rintihan Jisoo, dengan peluk lebih erat jaket jin cokelat kesayangan Jennie. Entah kenapa takut peluk Jennie, takut dia semakin menderita sama rasa sayang sendiri.

"Udah Jiss. Jennie kalo tau lo nangis, pasti tuh anak makin uringan. Tidur ya, lo juga harus istirahat." oh iya, ada Irene yang sebenernya malam itu bela-belain jagain Jisoo. Karna tiba-tiba Moonbyul telepon tengah malam bilang anak-anak lagi ada masalah, Seulgi udah siap gas sendiri, tapi ketika Irene tanya, ternyata ini bukan perkara demo dan baku hantam.

Jadinya Irene ikut. Niatnya datang menghibur, sampe sengaja bawa Egi si lesung pipit mungilnya Seulgi biar Jisoo setidaknya ada pancingan buat bersikap ajaib kayak biasanya.

Berhasil sih, tapi kelar Egi bobo, Jisoo nangis lagi.

"Nggak tau Rene, tapi entah bakal berapa lama bareng Jen. Takut banget tiba-tiba Abi dateng misahin."

Irene paham ketakutan itu. Pernah dia alamin. Rasa resahnya mirip-mirip walaupun latar belakang ceritanya berbeda. "Tapi nggak baik juga nyiksa diri kayak gini, Jiss. Istirahat ya, ntar Egi denger lo nangis, dia ikut nangis kan, dia nggak bisa liat lo nangis soalnya"

"Rene, gue nggak ada abis rasa panik. Gue beneran bingung."

Irene datang, hampirin Jisoo yang terduduk lemas di sudut kamar kos, samping lemari usang. "Gue juga bingung Jiss, demi apapun gua nggak punya saran moril, selain lo harus tetap kuat." Patah hati banget Irene malam itu. Jisoo si sering senyum, kelakuan ajaib, tekun berpikir positif, semangat akan apapun, hari ini sedang jatuh-sejatuhnya.

Sepintas Sehun muncul dalam kepala. Memikirkan gimana kejamnya Papih tiba-tiba bawa Seulgi datang melamar, diatas hubungannya masih terjalin, memang hal tergila dalam hidupnya.

Tapi sakit serapuh Jisoo? Kayaknya nggak segulana ini.

Sehun berengsek di akhir hubungan mereka. Ada alasan kenapa Irene akhirnya bisa rela lepas dia dan menerima Seulgi.

Tapi Jisoo? Kisahnya nggak sesederhana Taeyong kayak Seulgi, terus Jennie kayak Sehun.

Irene melihat Jennie sama terpuruknya. Jennie bukan Sehun, duplikat posisi, tapi perjuangannya berbeda.

About Chu!Where stories live. Discover now