•Chapter 1

88 9 8
                                    

Disclaimer Naruto from Masashi Kishimoto-sensei

Pair : Sasusaku and other

Rated : T-M (maybe lemon)

Alternatif Universe, Slice of Life

Romance, Hurt/Comfort

A/N :
Latar cerita fantasi dari author.

Don't like, don't read!
No silent reader! Yuk votemen!

1

2

3

Happy Reading~

•••

Tiga puluh menit lagi sebuah kereta DEC-Train yang bertujuan ke wilayah Freenzy akan segera datang. Di kursi tunggu, seorang perempuan trendy dengan rambut pendek sebahu sedang sibuk menyentuh layar ponsel. Penampilannya terlihat santai dengan kaos putih lengan panjang dan celana straight jeans berwarna biru muda.

Barang bawaannya juga simple, hanya sebuah jaket goodfellow berbahan Corduroy dan tas punggung berukuran sedang berwarna mint. Tak lupa earphone yang selalu tercantol di telinganya.

Ketika satu lagu tiba-tiba memutar nada yang familiar, cepat-cepat dia keraskan tombol volume. First Love - Utada Hikaru. Lagu favoritnya dari jaman pertama kali dia bekerja. Pun lagu galau nomer satu yang selalu diputar saat galau melanda.

"Uchiha."

Perempuan yang berperawakan mungil itu menaruh senyum simpul kala menggumamkan nama Uchiha.

"Permisi nona," satu suara samar terdengar oleh si perempuan.

Dengan cepat dia melepaskan earphone nya. "Iya, kenapa ya pak?"

"Maaf, apakah nona sudah boarding tiket?"

Gadis itu sibuk membuka resleting tasnya. "Iya pak, sudah."

Sakura menyerahkan selembar kertas.

"Sebentar saya lihat dulu," ucap si petugas stasiun sembari menerima tiket tersebut.

"Baik Nona Haruno Sakura, tujuan kota Freenzy dengan kereta DEC Train akan sampai sekitar setengah jam lagi ya," ucap petugas tersebut menjelaskan. "Nanti lima menit sebelum kereta datang akan saya arahkan."

Gadis yang dipanggil Sakura mengangguk. "Iya pak. Terima kasih."

•••

Di kereta.

"Gerbong 5 kursi 4A." mata Sakura tak henti melihat deretan angka kursi kereta. "Ah, ketemu!"

Sakura lekas menghampiri dua buah kursi bernomor 4A dan 4B. Lalu menghempaskan bokongnya pada kursi dekat jendela. Arah keberangkatan kereta adalah menuju ke timur. Tak heran jika sorot mentari di jam 08.30 pagi cukup menyilaukan. Sakura sedikit menarik tali pada tirai roller blind chain di sampingnya.

Tujuannya jelas, kota Freenzy. Sekitar lima jam dari stasiun Grilkh tadi.

"Kak Uchiha..." lagi, dia menggumamkan nama Uchiha. Namun kini netranya mulai terpejam, seolah sedang mengingat sesuatu.

"Freenzy ya?" dengan netra masih terkatup, perempuan berambut curly akibat catokan itu menarik napas pelan. Lalu menghembuskannya dengan pelan juga, seperti tersirat akan sesuatu. Dia mulai merasakan gugup.

"Silakan, kereta kami menyediakan berbagai makanan. Jika Anda ingin memesan menu spesial kami, maka kami ada di gerbong nomor dua, sebelum gerbong ketiga. Atau barangkali Anda sekalian ingin memesan kopi atau snack?"

Suara dari pramugari kereta yang baru saja membuka pintu depan gerbong 5, sedikit menarik perhatian Sakura. Dengan mata menyipit karena terkena silau mentari, dia bisa melihat seorang perempuan dan laki-laki khas dengan seragam kereta api sedang menawarkan dagangannya. Si lelaki mendorong troli yang berisi dagangan lalu si perempuan yang menjadi juru bicara.

Emerald hijau Sakura kembali terpejam. Rupanya dia sedang tidak ingin makan sekarang.

"Maaf, saya tidak sengaja. Saya ingin pergi ke toilet."

Seorang lelaki tak sengaja menyenggol troli si pramugari.

"Iya, tidak apa kak," balas pramu perempuan.

"Silakan kak, lewat saja tidak apa," timpal pramu laki-laki.

'Eh? Wangi ini?'

Sakura begitu familiar dengan bau parfum yang sekilas menyeruak di indra penciumannya.

'Bau siapa ini? Pramugari tadi, atau?---'

Sesegera mungkin Sakura menggeser duduknya pada bangku dekat jalan yang menjadi lalu-lalang di dalam kereta. Dia menelisik pandangannya ke belakang, mencari seseorang yang sudah berhasil meninggalkan bau parfum misterius. Walau memang ada beberapa bau parfum dari para pramugari kereta tadi, tapi bau ini cukup dominan. Dan sangat dikenali Sakura.

Saat kepalanya suskes menengok, sialnya dia hanya melihat dua pramugari tadi sedang melewati pintu gerbong.

'Ah tidak mungkin. Pasti ada banyak yang memakai parfum itu. Lagipula dia kan....'

Sakura menggeleng. Pemikirannya barusan sungguh tidak masuk akal. Mana mungkin dia bisa melihat lelaki itu kembali.

Sakura menghela napas berat. Matanya kembali terpejam. Namun pikiran itu justru terus memenuhi isi otaknya.

"HAH!"

"Oh iklan."

Dia lupa, earphone nya masih terpasang. Nada horor iklan di salah satu aplikasi pemutar musik cukup membuat Sakura terkejut.

Sakura melepaskan benda yang menyumpal telinganya. "Sebaiknya aku cuci muka."

Pelan-pelan, langkah kaki Sakura tertuju ke toilet. Tempat itu terletak di tengah-tengah gerbong lima dan enam. 

Pelan-pelan juga dia menutup pintu gerbong agar tidak berbunyi. Dengan wajah lesu dan kaki yang masih menjaga keseimbangan di dalam kereta yang berjalan cukup laju, dia mencoba membuka pintu toilet.

Pintu itu ternyata cukup susah di buka. Sakura tetap berusaha membukanya dengan menarik-narik gagang pintu. Mendorongnya ke dalam, lalu sedikit mendobrak.

"Ini rusak kah?" pada akhirnya dia menyerah juga.

Sakura terpaksa mengurungkan niatnya untuk sekadar cuci muka. Belum genap selangkah dia beranjak, tiba-tiba saja terdengar seperti seseorang yang membuka kunci.

CEKLEK!

'Eh masih ada orang di dalam?'

Rupanya benar, itu suara kunci yang dibuka dari dalam.

Saat terbuka, Sakura mendapati seorang lelaki yang berusaha keluar dari pintu yang tidak terlalu lebar untuk ukuran badan si lelaki.

"Kau---"

TBC

•••

Minna-san, konbawa.
Aku bawain fanfict pelepas penat dengan alur ringan seperti biasa. Jangan lupa vote dan komen di bagian favorit kalian ya, share ke temen kalian juga kalo kalian suka. Aku bakal lanjutin kalau ada yang komen dan vote :D

Sebagai penulis abal-abal baru, aku mau nantangin diriku buat bikin ff yang banyak chapter. Karna aku memang suka bikin oneshoot dan ini adalah ff yang bakal aku urus sampe tamat.

Nah, minna-sanmata ashita~
Sampai ketemu di chapter berikutnya.

Cipok manja,

Ay

Finally, Aishiteru Sasuke-kun| Sasusaku  Where stories live. Discover now