02 || Masih Membekas

26 0 0
                                    

Allo efribadiiiiiiiiiiii

Ketemu lagi sama aku si maniak strawberry, hehehe.

Langsung aja baca ceritanya.

Enjoy guys🍓

________

Jangan risau dengan urusan duniawi karena semuanya sudah punya porsinya masing-masing_Queenstrawbery_3

Tinggal seorang diri di kota baru dikunjunginya tanpa kenal siapapun memang terasa sulit dan menyakitkan, apalagi dihantui oleh bayangan masalalu kelam. Namun, berpindah mungkin salah satu alternative untuk membuat trauma itu menghilang.

Tunggu, bukan menghilang. Setidaknya, menjauhi hal-hal membuat ingatan menyedihkan itu kembali.

Seorang gadis manis nan cantik dengan pipi bolongnya itu sudah menetap satu bulan lamanya. Usai mendapat banyak timpaan masalah di Jakarta dia lebih memilih merantu ke Malang dengan bermodal nekat dan uang tabungannya.

Tujuannya simpel, hanya ingin menyembuhkan luka dan memulai kehidupan baru.

Suara tangisan terdengar cukup keras dari sebuah rooftop rumah bernuansa serba ungu.

Terdengar begitu menyedihkan kala siapa saja mendengar dan melihat keadaannya.

Dia adalah Ghania Nayara Maheswari, gadis yang setiap harinya cuma mengeluarkan air mata dengan harap-harap rasa sakitnya berkurang. Namun, semuanya sama saja dan rasa itu semakin menyakitkan.

Ingatan tentang tragedi satu bulan lalu masih tersimpan rapi didalam benaknya. Mama dibunuh oleh ayahnya di depan mata kepala sendiri, lalu kekasih yang tega mengkhianati dia dengan sahabatnya.

Rasanya seperti mimpi buruk bagi Ghania, tetapi kenapa selama ini impinya.

“Aaaa ....!” teriak Ghania mengacak rambut lurus berwarna hitam pekat miliknya.

“Gue cape rasanya pengen udahin semuanya!”

“Sebercanda ini kah, dewasa? Kenapa terasa sangat menyakitkan?!”

“Kenapa semua kejadian secepat itu!”

“Kenapa Papah jahat sama Nia? Kenapa Papah bunuh Mama? Kenapa Papah tega banget sama orang yang selalu ngurusin Papah? Nia benci Papah!” teriaknya penuh kebencian dan kekecewaan mendalam.

“Mama, Nia mau ikut mama aja di surga!” serunya sambil menatap ke arah langit yang hanya terlihat beberapa bintang di sana dengan mata yang sudah bengkak karena terlalu lama menangis.

“Nia bakalan bikin Papah nyesel udah lakuin semuanya, Nia bersumpah, Pah!” teriaknya dengan penuh amarah dan dendam didalam tubuhnya serta tak lupa tatapan menyeramkan bagi siapa yang melihatnya.

Bulir air mata terus mengalir dari netra cokelatnya seperti tidak akan habis. Mulutnya menyumpah serapahi lelaki terjahat dihudupnya.

Ghania juga mengadu pada Sang Pencipta agar mengembalikan sang mama, walaupun dia tahu ini hal bodoh dan sebanyak apapun dia menangis semua akan tetap sama.

Mama tetap pergi dan pengkhianatan itu tidak berubah.

Ketenangan. Mungkin itu akan hadir sejenak setelah dirinya menangis, tetapi tak apa dia butuh itu walau sebentar.

“Capek ya Allah," lirih Ghania di sisa tangis terakhirnya.

“Nia capek dihantui bayangan masalalu itu. Gimana cara lupainnya?"


***

Sudah dua jam gadis dengan memakai hoodie dan celana pendek selutut berada di atas rooftop, akhirnya dia mulai tenang dan tangisannya juga sudah mereda,


Menumpu tangan pada lantai rooftop dia bangkit dari duduknya, lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci rapat-rapat pintunya.

Usai mengunci benda persegi itu dia berjalan ke kamar mandi guna membersihkan tubuh dan wajah yang terdapat bekas tangisan.

Berdiri di depan cermin sambil menatap pantulan dirinya dari sana, lalu pandangannya turun dari atas hingga ke bawah seluruh tubuhnya.

“Kumel.” Satu kata yang keluar dari mulu Ghania saat menatap dirinya.

Tentu saja karena dia tidak merawat tubuhnya lagi. Tak ada kesempatan untuk mengurus badannya seperti dahulu, semua waktu dia selalu digunakan menangis dan menyembuhkan trauma.

Sampai saat ini semuanya masih sama saja. Tidak ada luka yang sembuh, tidak ada tawa seperti dahulu, tidak ada kebahagiaan, dan yang ada sekarang hanya tangisan.

Tangan mungil itu terulur menyalakan kran, lalu mengambil air yang mengalir dan membasuh ke wajahnya dibarengi sedikit pijitan pada bagian pipi dan mata yang membengkak.

Baru beberapa detik air mata itu kembali mengalir serta tangan melempar semua barang yang ada didekatnya.

Napasnya memburu dengan tatapan dingin menyeramkan. Seketika dia berteriak sangat kencang.

“Reyhan, Shintia, Hendri!” teriaknya mengambil pisau kater tak jauh dari tempatnya berdiri.

Tanpa disangka benda tajam itu menyayat lengan mulus nan putih dirinya sendiri. Saat itu juga darah segar mengalir dari sana.

Tak cukup lengan kirinya saja. Ghania juga melukai kedua pahanya tanpa rasa sakit sedikitpun. 

“Hahaha ....!” Tawa keras disertai tangisan keluar dari mulut Ghania dan tangan terus menyayat tangan kiri tanpa memperdulikan darah yang sudah berceceran di lantai.

“Ini yang kalian sebut sayang sama Nia, tapi kalian malah bikin Nia hancur!”

“Rasa sayang kalian selama ini palsu!” 

“Omongan kalian hanya buaian semata!”

Flashback on

Tepat jam 00.00 wib tengah malam, di kediaman rumah mewah seorang keluarga kaya raya terdengar sangat ramai.

“Rey, kamu udah yakin kalau Nia udah tidur?” tanya gadis yang memiliki paras cantik dengan rambut diikat satu.

“Udah, Sayang. Nia udah tidur dari jam 10,” sahut pria paruh baya yang tengah sibuk menyiapkan kue dengan sang istri tercinta.

“Bagus, artinya gak akan gagal,” timpal Reyhan dengan tangan yang sibuk merapikan kado dan bunga untuk sang kekasih.

Mama, Papah, sahabat, dan juga kekasih Ghania akan buru-buru naik ke atas lantai dua untuk langsung memberikan kejutan untuk Ghania yang tengah terlelap di dalam kamarnya. Ya, hari ini tepat tanggal 25 November dan hari ini tepat ulang tahun dia.

Tiba di depan kamar dengan pintu berwarna abu-abu dan terdapat nama Ghania dia depan pintu itu, mereka langsung saja membuka dengan kunci cadangan.

Pintu langsung bisa terbuka dan menampilkan suasana kamar yang gelap dengan hanya sedikit cahaya dari lampu tidur. Hendri papah Ghania berjalan di depan dengan memimpin ketiga orang di belakangnya, lalu tepat di samping ranjang putrinya dia langsung saja memberi kode untuk ketiga orang tersebut agar menyanyikan lagu happy birthday.

Happy birthday to you ....

Happy birthday to you ....

Happy birthday ... happy birthday ... happy birthday to you ....

Yeyeyey ....

Nyanyian happy birthday langsung membuat sang gadis yang sedang berada di alam bawah sadarnya itu tersadar karena suara nyanyian itu memang sangat keras.

“Kalian,” gumam Ghania dengan suara manjanya, lalu mendudukkan tubuhnya.

“Selamat ulang tahun anak Mama,” ucap Marlina, lalu mencium pucuk kepala sang putri.

“Selamat ulang tahun anak Papah,” sambung Hendri, lalu mencium pucuk kepala dan seluruh wajah sang putri.

Tidak lupa sahabat dan juga sang kekasih mengucapkan selamat ulang tahun juga kepada Ghania.

“Kalian sweet banget, Nia jadi terharu,” tuturnya manja dengan bibir berwarna pink sedikit dimajukan.

“Iya dong, kita sayang sama kamu pasti kita bakalan jadi orang pertama yang kasih kejutan buat kamu,” sahut Shinta sang sahabat satu-satunya itu dan langsung dapat pelukan manja dari Ghania.

“Bener tuh, kita sayang banget sama kamu, Nak,” timpal Hendri dan dapat anggukan dari ketiganya.

“Makasih banyak, Nia lebih sayang sama kalian,” akunya sangat tulus.

Flashback off

“Nia benci, Papah!”

“Nia benci, Shintia!”

“Nia benci, Reyhan!”

“Kalian jahat!” teriaknya.

Ghania terus berteriak seperti itu dengan paha dan lengan dipenuhi sayatan serta darah. 

Rasa benci di dalam tubuhnya sudah benar-benar besar. Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras dibarengi dengan suara-suara orang berteriak memanggil namanya.

“Ghania keluar kamu!” Terdengar suara teriak seorang pria.

~~~~
TBC!!

Makasih yang udah baca part ini!!
Jangan lupa vote dan komen!!

See you next part

100 day to be with youWhere stories live. Discover now