BAB 6. TAKUT

32 16 2
                                    

Siang hari ini, Kayla tidak keluar dari kamar apartemen miliknya, sampai sahabatnya mengunjunginya karna takut Kayla terluka. Muka Kayla pucat, pandangannya kosong.

"Kay, Lo beneran ngga mau cerita?" Ucap Maya, gadis itu duduk di samping Kayla sambil mengusap lembut punggung sahabatnya itu.

"Kay, denger deh, kita disini ada sama lo, Kay. Ini karna Devan? kalau iya mau gue marahin!" Ucap Sheila perempuan itu menelusuri ruangan kamar Kayla, ia kemudian membuka jendela dan membuka nakas untuk mencari obat yang bisa menyembuhkan sakit Kayla.

"Kay, lo ngga punya obat? badan lo lumayan anget." Ucap Sheila. Akhirnya, jam menemukan sebuah plastik hitam, Sheila membuka plastik itu, detik kemudian ia melotot kaget dengan apa yang ia temukan.

"Kay, jangan bilang kalau lo.." ucap Sheila ia berdiri kemudian menghampiri Kayla yang berbaring dikasur.

"Itu obat apa, narkoba? astagaa Kay," ucap Maya, namun mulutnya di pukul oleh Sheila karna Maya asal berbicara.

"Ini obat buat mencegah kehamilan kan? Jangan bilang Lo sama Devan kaya gitu? terus dia nyuruh lo buat minum ini," ucap Sheila, gadis itu menatap gadisnya dengan tatapan butuh jawaban serta tatapan khawatiran.

"Diliat dari bungkusnya, Lo baru minum satu." Ucap Maya menambahkan.

"Kay, jawab anjing." Ucap Sheila. Kayla hanya terdiam matanya memerah menahan tangis nya, ia baru sadar ia melakukan hal yang bodoh kemarin. Kayla menyenderkan tubuhnya pada senderan kasur.

"Kay, jelasin. Please, kita khawatir." Ucap Maya.

Kayla tiba tiba mengangguk, setelah itu menunduk, ia malu, ia merasa bodoh, banyak hal yang terlintas di otaknya.

Apakah Devan akan menikahi nya jika ternyata obatnya tidak bekerja dan ia hamil?.

Atau justru..

Sebaliknya?

Sheila dan Maya yang melihat Kayla menganggukan kepala hanya menghembuskan nafas prustasi.
"Its ok, lah Devan bakalan tanggung jawab kalau ada apa apa." Ucap Maya, ia tetap berusaha berfikir positif.

"Maaf, sebenernya gue nolak tapi..gue sayang banget sama dia, Shel, May. Gue ngga mau dia ninggalin gue. Ngelakuin ini , kata dia, gue bisa jadiin dia milik gue. Gue yakin, dia ngga bakalan ninggalin gue." Ucap Kayla dengan suara rapuh, terdengar bahwa Kayla sedang meyakinkan dirinya sendiri, karna ia tau Devan sudah mulai berubah sikapnya.

"Kalau dia justru ninggalin lo?" Ucap Sheila.

"Lo jangan gitu, lo juga tau Devan bucin banget sama Kayla." Ucap Maya.

Maya merangkul kedua sahabatnya, Sheila mengeratkan pelukannya kepada kedua sahabatnya.
"Gapapa, Kay. Jangan terlalu dipikirin, gue yakin kok dia ngga bakalan pergi," Ucap Maya dan diangguki Sheila.

"Eh, Lo ada latihan buat acara kampus kan, mau pergi? kita anter." Ucap Maya ,ia melepaskan rengkuhan kepada Kayla.

"Atau mau sama Devan?" ucap Sheila.

"Ngga deh, gue sendiri aja. Thanks ya kalian padahal lagi sibuk, tapi kalian kesini, Maya lo lagi sibuk, Sheila lo juga sibuk persiapan nikah." Ucap Kayla.

"Kay, Lo kan sahabat gue sama Maya,  Lo nemenin kita dari awal, jadi lo itu yang paling terpenting." Ucap Sheila.

Kayla terkekeh, dan kedua sahabatnya itu tersenyum.
"Gue mau siap siap, deh." Ucap Kayla ia kemudian berdiri dari posisinya.

"Kalo gitu, gua sama Sheila balik ya." Ucap Maya.

"Iya, bye, hati hati." Ucap Kayla ia melambaikan tangan dengan tersenyum begitupun dengan sahabatnya.

BERTAHAN TERLUKA Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt