Between Brien And Dylan

43.2K 3.1K 34
                                    

Awal pekan, Lani berniat memberanikan dirinya untuk kembali bekerja. Tapi Dylan bersikeras menahannya.

"Lani, dengar aku. Kamu nggak boleh lagi bekerja di sana selama seseorang yang bernama O'NEIL masih berkeliaran di sana. Oke, kemarin mungkin dia baru menciummu dengan brutalnya. Lalu apa kabar hari ini dan esok seterusnya? Kamu mau diperkosa sama dia? Daripada diperkosa sama dia, mending kamu nurut sama aku. Aku mau kok perkosa kamu."

Apa katanya? Lani menghentikan kunyahannya, menatap Dylan lebar-lebar. Dylan tetap cuek malah seolah tak merasa ada yang salah. Ia mengangkat alisnya sebelah.

"Kamu mau perkosa aku?!!" desis Lani tak habis pikir dengan ucapan konyol Dylan pagi ini.

"Emang kenapa? Nggak aku perkosa juga kamu pasti bakal nurut sama aku. Apalagi kalau aku manis-manisin pasti langsung nyerah."

"Mana ada!!"

"Oya? Masa kamu nggak tertarik sama aku?"

"Enggak tuh." Lani mengangkat bahunya masa bodoh, menyudahi sarapannya. Dylan kembali menggodanya, menarik Lani hingga berpindah di pangkuannya.

"Yakin? Nanti kalau aku ada yang lain, jangan nangis ya?"

"Nggak lucu!!" Lani mencebikkan bibirnya sebal sambil merapikan simpul dasi berwarna abu-abu terang itu.

"Tapi itu nggak akan terjadi kok. Kan kamu yang terbaik." goda Dylan lagi, mengetatkan tangannya yang melingkari pinggul Lani yang tengah sibuk merapikan dasinya di pangkuannya.

"Lani.."

"Apa sih?"

"Kamu pernah kepikiran nggak kalau suatu saat nanti kita bukan lagi sahabat?"

Lani terbungkam. Ia menatap manic kelabu milik Dylan. Mata yang sukses membuatnya jatuh cinta.

"Kamu nggak mau lagi ya jadi sahabat aku." tanya Lani sendu.

"Nggak. Tapi aku maunya jadi suami kamu. Gimana?"

"Ish!! Dylan!!"

"Kalau aku bilang, aku jatuh cinta sama kamu, kamu percaya nggak?"

"Enggak!" Lani menggeleng cepat, lebih tepatnya untuk mengendalikan perasaannya bahwa Dylan tidak bersungguh-sungguh.

"Kenapa?" Satu tangan Dylan kini menyentuh lembut bibir Lani.

"Kamu pasti becanda. Udah sana berangkat ngantor."

"Kalau ini serius?"

"Dylan!! Ntar kamu telat!"

"Nggak bakal. Ini masih pagi kok."

Dylan kini menatapnya intens. Dalam sekejab Lani merasa malu.

"Lani.."

"Hm.."

"Lihat aku."

"Nggak mau."

"Aku nggak gigit kok. Aku serius, Lan. Aku ingin menjagamu, mencintaimu, menjalani hubungan normal. Bukan kayak gini. Kita sahabat tapi ini lebih dari sahabat, Lani."

"Dylan.." Lani menatap mata kelabu Dylan, mencari celah dimana kebohongan Dylan tersimpan. Tapi sedikitpun ia tak menemukan.

"Nggak bohong, Lani-nya Dylan."

"Ish! Kamu cuma mau bikin aku terbang aja."

"Jawab dulu. Aku tau kita sama-sama saling memiliki rasa itu. Jadi untuk apa kita bohongin perasaan kita masing-masing, Lani? Nunggu dari masing-masing diri kita buat ngungkapin tapi nggak ada satupun yang berani duluan? Buat apa kita menyiksa diri kita? Kita sama-sama merasakannya. Lani, bisakah kamu menghapus status sahabat itu menggantinya jadi our Love? Bisa, Lan?"

Adorable Ugly ManWhere stories live. Discover now