There is No Reason

33.7K 2.3K 10
                                    

"Aku pernah meninggalkanmu. Dan sekarang aku membawamu dalam keadaan yang sangat kubenci. Seseorang ingin menghancurkanku lewat dirimu," ucap Dylan dengan suara berat.

Lani mengerti. Lagi-lagi ini tentang Ruli dan O'neil. Ia membungkam mulutnya, membiarkan pikiran-pikiran tentabg Ruli dan O'neil kembali mempermainkan otaknya.

Aku harus menemui O'neil tanpa Dylan tau. Dan juga Ruli, untuk memperjelas apa hubungan mereka. Kenapa O'neil ingin menghancurkan Dylan? Kenapa Ruli bisa mengenal O'neil karena setahuku teman kuliah Ruli itu Rexan bukan O'neil.

Lani menghela nafasnya, masih membiarkan dirinya terkubur dalam dekapan Dylan yang memabukkan. Ia juga membiarkan pria itu memberikan kecupan-kecupan kecil di kepalanya bahkan terkadang di pelipisnya. Rasanya Dylan mengecupnya dengan begitu dalam seolah tak ingin terpisah untuk kedua kalinya dengannya. Sikap-sikap kecil Dylan membuat Lani menahan napasnya sejenak. Sesak itu menyelinap diam-diam seiring dengan ciuman-ciuman kecilnya.

"Apa aku salah jika aku cinta sama kamu?" gumam Dylan lebih pada ke dirinya sendiri.

Lani tetap diam. Ia kini memejamkan matanya, menutup kedua telinganya. Ia tak ingin sesak itu semakin menghimpitnya. Tapi di dalam hatinya ia menyahuti ucapan Dylan.

Lalu bagaimana denganku? Apa aku salah mengagumi dan mencintai pria sepertimu? Pria dengan segala kesempurnaannya yang ia tunjukkan hanya padaku? Pria yang dulunya selalu tak terlihat di mata orang lain?

"Apa aku egois jika aku ingin memilikimu dengan segala keterbatasanku? Apa aku egois jika aku hanya ingin memilikimu?" gumam Dylan lirih.

Lani merasakan pria itu tengah meredam segenap emosinya. Lani melirik dari sudut bulu matanya. Pria itu kini menengadahkan wajahnya, matanya terpejam. Bibirnya membuat garis lurus. Ia bisa melihat bagaimana sexy-nya leher Dylan yang sedikit tertarik. Tatapan Lani kini jatuh pada lengan Dylan yang membungkus tubuhnya. Jemarinya mengusap pelan lengan Lani.

"There is no reason to loving you, Honey. Lalu apa kamu masih mau menjadi wanitaku?"

Sekalipun Lani tidak menjawab atau menyahuti setiap kalimat Dylan. Ia lebih memilih terkubur dalam dekapan Dylan, menghirup wangi tubuh itu yang membuatnya sangat nyaman. Tangannya berada di dada kiri Dylan. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang cukup cepat lalu kembali tenang saat Lani memberinya usapan-usapan kecil.

"Say something, Honey..,"

"There is no reason to loving you, Dylan."

"Kamu membajak kalimatku, Sayang," kekeh Dylan.

Lagi. Dylan tetap berusaha baik-baik saja ditengah kelelahannya. Lani tersenyum tipis, mengangkat wajahnya. Matanya bertemu dengan manic mata kelabu itu.
***

"Sayang, aku ada meeting direksi kayaknya bakalan seharian. Kalau kamu bosen di kantor, kamu boleh ketemu teman-teman kamu. Tapi harus dengan Deny ya?" ucap Dylan sambil menutup macbook-nya setelah hampir setengah jam ia memulai pekerjaannya. Lani hanya menganggukkan kepalanya, tersenyum tipis saat Dylan menciumnya lalu bergegas pergi bersama Rexan yang sudah siap menunggunya di ambang pintu sejak beberapa menit lalu.

-Kamu boleh ketemu teman-teman kamu.-

Ia segera mengirimkan pesan pada seseorang. Ia merasa semuanya harus diselesaikan secepatnya. Setelah mendapat pesan balasan ia segera meninggalkan kantor Dylan dengan meninggalkan pesan singkat di meja kerja Dylan.

Aku ke Cafe Rumi, Sayang.

Tidak ada Deny bersamanya. Karena ia berusaha menyelinap, memberhentikan sebuah taxi yang kebetulan melintas di depannya. Ia mengatur nafasnya yang sedikit memburu karena gelisahnya. Gelisah jika Deny menemukannya di depan lobby tadi.

Adorable Ugly ManWhere stories live. Discover now