Chapter 20 "Keadilan?"

299 11 1
                                    

.o0o.

Kami kembali ke Telawang, ditelusurinya masa lalu yang telah kami alami. Dan dilacaknya kembali lokasi tempat penampungan dimana aku dan rekan-rekanku melewati hari-hari yang kelam.

Akhirnya Bukti-bukti telah didapatkan melalui salah satu Penelitian seorang ahli sejarah dari Universitas Chou DI Jepang yaitu Yoshiaki Yoshimi.

Daampak dari bukti-bukti yang ditemukan dan kesaksian kami sebagai eks Jugun Ianfu yang berasal dari Indonesia, Korea, Cina dan lain-lain membuat masyarakat Luas mengetahui tentang adanya perekrutan kaum perempuan yang dijadikan sebagai pemuas nafsu orang-orang Jepang biada itu.

Tidak berhenti sampai di situ saja, hingga saat ini, aku bahkan harus berkeliling ke luar negeri untuk membeberkan kisah dan perjuangan yang telah kami lewati.

Namun sayang Jepang sendiri yang menyatakan bahwa praktik Jugun Ianfu itu tidak ada, kalaupun ada wanita-wanita tersebut adalah pelacur. Tapi Pernyataan tersebut selanjutnya dibantah dengan ditemukannya dokumen komando militer tahun 1938 dan berbagai alat kesehatan (jarum suntik, kondom, obat KB, serta alat yang digunakan untuk aborsi) yang digunakan pada saat di Ianjo. Dengan ditemukannya bukti-bukti tersebut, pemerintah Jepang tidak bisa mengelak untuk bertanggung jawab. Pada tahun 1992 Perdana Menteri Jepang Miyazawa meminta maaf soal keterlibatan militer Jepang atas kejahatan yang dilakukan dan berjanji akan menyelidikinya.

Pada tahun 1996, para eks Jugun Ianfu Indonesia datang ke Jepang untuk mengikuti pertemua bersama dengan wakil-wakil eks Jugun Ianfu yang berasal dari Berbagai negara. Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh AWF (Asian Women Fund) atas perintah/mandat dari pemerintah Jepang.

Pertemuan tersebut bertujuan membahas masalah Jugun Ianfu dan memberikan dana kompensasi kepada para eks Jugun Ianfu di seluruh wilayah jajahan Jepang. Hasil pertemuan tersebut menyatakan bahwa Jugun Ianfu yang diakui hanya dari daratan Korea, Filipina, dan Taiwan yang jumlahnya sekitar 300 orang, Sebaliknya para eks Jugun Ianfu Indonesia dan Cina tidak diakui sebagai Jugun Ianfu Jepang. Para Jugun Ianfu dianggap sebagai wanita penghibur yang diambil dari tempat pelacuran yang sebelumnya bekerja secara sukarela bukan dipaksa.

Mendengar itu, kami marah? Tentu. Mereka dengan mudahnya berucap bahwa kami sukarela melakukan itu semua? Hati kami benar-benar sakit. Sampai akhirpun mereka adalah orang-orang yang keji.

Meminta bantuan pada pemerintah Indonesia pun dua-dua saja, karena Pemerintah Indonesia terlihat tidak bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi dan seakan lepas tangan soal praktik Jugun Ianfu, akan tetapi pada tanggal 25 Maret 1997 Pemerintah Indonesia justru menandatangani MoU dengan AWF organisasi yang selama ini mewakili para eks Jugun ianfu dengan memberikan dana sebesar 380 juta yen (kurs 1 yen = 19,0708 rupiah tahun 1997) yang diangsur selama 10 tahun. Adanya perjanjian ini membuat semua pihak menjadi bingung karena pemerintah Indonesia dari awal tidak memberikan dukungan atas nasib soal Jugun Ianfu tetapi kemudian malah menerima dana kompensasi dari pemerintah Jepang tersebut.

Dan ternyata pemerintah Indonesia mengambil kebijakan tersebut dengan maksud ingin memanfaatkan dana tersebut guna membangun tempat penampungan atau panti sosial (panti wreda) sebagai tempat tinggal para eks Jugun Ianfu yang telah dimakan usia ini. Banyak pihak tidak setuju dengan kebijakan tersebut, karena dana tersebut harus langsung diberikan pemerintah Jepang kepada para eks Jugun Ianfu.

.o0o.

JUGUN IANFU : Aku Bukan Misaki Where stories live. Discover now