Bukan Keputusan

246 16 3
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







"Kenapa malah berhenti di sini? Ayo masuk".
Dante merangkul Naren untuk menemui Erlan. Kini kedua orang yang tadinya berbicara, seketika berhenti.

"Gimana hasilnya?"
Tanya Erlan pada Dante yang sudah duduk di sebuah sofa.

"Aman. Kata om gue sih rajin-rajin aja nih anak buat checkup dan ngga banyak gerak.

"Udah makan belom?"
Erlan kembali bertanya.

"Saya ngga sempet makan Lan. Dante juga tadi mau ngajak kita makan".
Jelas Naren.

"Bagus deh. Makan sini aja lah. Gue tadi baru pesen, Lo berdua tinggal nyusul aja mau pesen apa. Kak Sadam yang traktir".
Sadam yang sejak tadi hanya diam mengamati Naren, seketika menoleh mendapat pernyataan dari Erlan itu.

"Eh anjing, sejak kapan gue mau traktir Lo pada. Bayar sendiri. Gue bukan anak sultan. Tuh Dante aja suruh bayar".
Tunjuk Sadam pada Dante.

"Kak Lo lupa apa gimana sih. Bahkan tempat ini aja punya keluarga Lo".
Dante merubah duduknya tidak lagi bersandar pada sofa. Cowok itu memangku kedua tangannya pada masing-masing kakinya.

"Itu usaha bokap gue yang rintis, bukan gue. Gue cuma numpang nama karena lahir dari benih berkualitas bokap gue. Kalo Lo cowok sejati, sukses dari tangan Lo. Bukan nama bapak Lo".

"Bener ngga Ren?"
Sadam yang bertanya pada Naren membuat Naren terkejut. Dia pikir kakak dari Shakila itu tidak akan mengajaknya mengobrol.

"Saya setuju mas. Tapi bukan berarti orang yang melanjutkan usaha keluarga itu hanya numpang nama. Kalo mereka ngga pinter buat urus usaha keluarganya, usaha itu juga akan bangkrut".
Ucap Naren. Cowok yang duduk di sebelah Erlan itu memberikan sedikit pendapatnya.

"Tck gila ngga nyangka gue. Ngomong sama Lo berasa habis lakuin ospek buat adik tingkat njir. Terus, kalo menurut Lo, cowok sejati dalam urusan cinta itu gimana?"
Sadam mencondongkan tubuhnya. Laki-laki itu kembali mengambil satu batang rokok dan menghisapnya kuat. Bahkan asapnya kini mengenai Dante, membuat cowok itu terbatuk karena tidak suka.

"Kak, asep Lo tuh".
Dante masih terbatuk. Sedangkan Erlan diam-diam menyunggingkan senyumnya di balik ponsel yang dia mainkan.

Sadam setuju. Laki-laki itu setuju untuk membantu dirinya. Semua sudah dimulai sejak detik ini.

"Asep lagi motongin rumput depan rumah gue".
Lawak Sadam membuat Dante ternganga karena jokes garing cowok berumur 27 tahun itu.

"Serah deh".
Pasrah Dante kini mengambil remot tv yang ada di atas meja. Daripada kesal mendengar perkataan Sadam, lebih baik dia melihat tv sambil menunggu makanannya datang.

"Gimana Ren?"
Sadam kembali fokus pada Naren. Remaja itu memang tidak gentar, hanya saja Sadam merasa Naren segan padanya.

"Seseorang yang memperjuangkan. Dia yang tidak akan merasa gentar akan apapun yang ada disetiap langkahnya".

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now