1. Penentu Kisah

24 8 7
                                    

Pagi itu, sesuatu yang kelabu akan menunjukkan warnanya. Mahasiswa Fakultas Teknik yang mengikuti wawancara open recruitment Staf Magang BEM berharap hasilnya adalah yang terbaik bagi mereka. Yahh walaupun sebenarnya tak semua dari mereka memang berniat untuk mendaftar disana. Nyatanya sebagian hanya ikut-ikutan bahkan ada yang terpaksa.

"Semoga kalo gue lolos, Nina juga lolos, kalo gue ga lolos, tapi Nina lolos itu sih terserah, gue ga perduli, jangan sampek gue lolos tapi Nina ga lolos, ntar pusing sendiri gue ga punya temen," batin cewek berbaju abu yang kita tengah menyapu rumahnya, dengan tangan yang juga fokus membalas pesan-pesan di handphonenya.

Tak lama setelahnya, bahkan kotoran yang disapu baru berpindah 7 cm dari tempat semula, dirinya bernafas lega karena saat membuka hasil pengumuman, tidak ada namanya disana begitupun dengan nama teman dekatnya itu.

Sejak awal dirinya memang tidak terlalu berminat untuk bergabung dalam organisasi tersebut, dirinya mendaftar untuk menemani teman dekatnya yang dipanggil Nina. Melihat dirinya tidak lolos justru membuatnya bersyukur, karena tidak harus membagi waktu kuliahnya. Sayangnya, takdir mempermainkan perasaan leganya itu. Dihari yang sama, ketika menjelang siang hari keadaan menunjukkan hasil yang berbeda.

***On Whatsapp***

+62 85xxxxxxxxx
Save, Vivi KESMA
Lo husnul kan?

Iya, Husnul dari Teknik Kimia

Vivi KESMA
Ouh Gue dari Teknik Sipil

Loh, lo dari Teknik Sipil atau KESMA

Vivi KESMA
Dua-duanya lah

Mana bisa anjir

Vivi KESMA
KESMA tuh departemen di BEM
Lo juga lolos di KESMA:"(

O iya lupa, tapi gue ga lolos
Yang lolos namanya Husna bukan Husnul

Vivi KESMA
Husnul njir, cek aja kalo lo ga percaya

******

"Perasaan tadi ga ada, kok sekarang nama gue malah nangkring disini," batin Husnul saat membuka kembali laman pengumuman itu.

Merasa tak percaya Husnul mencoba membuka laman pengumuman berulang kali, namun hasilnya tetap sama. Bahkan saat dirinya mengkonfirmasi jawabannya tetap sama dan ternyata yang tadi pagi dia lihat ada kesalahan, alhasil diperbarui kembali. Mau tidak mau, suka tidak suka, itu adalah takdir baginya yang harus dirinya terima.

"Nasib jadi orang pinter ngomong ya begini, niat nemenin orang wawancara malah gue yang ke terima," ucap Husnul sembari membenahi tempat tidurnya dan membaca pesan-pesan perkenalan yang telah di buat oleh beberapa mahasiswa yang juga diterima menjadi staf magang BEM. Tak lama dirinya pun terlelap ke alam mimpi.

******

Bagian yang lebih tidak mengenakkan dari kenyataan diterima sendiri tanpa teman dekat adalah nyatanya Husnul tidak membawa motor ke kota tempat mereka kuliah. Masalah yang sederhana tapi sedikit banyak merepotkan ketika harus mengikuti kegiatan yang jauh. Bisa saja menggunakan ojek online, tapi namanya anak rantauan pasti maunya hemat.

"Gila, masak nanti gue harus nebeng mereka. Kenal aja baru beberapa minggu. Temen sekelas yang udah gue kenal cukup lama ga pernah gue nebeng, tapi kalo ga nebeng uang gue abis buat bayar ojol," ucap Husnul kepada dirinya sendiri sembari berganti pakaian untuk bersiap keluar dengan teman sekelasnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sepenggal KisahWhere stories live. Discover now