Bab 28 - Tiba-Tiba

884 62 7
                                    

Vista hamil anaknya Elard.

Berulang kali kalimat itu muncul di kepalaku. Membuat fokus bercabang. Tadi, berulang kali aku ditegur tante Andini karena melamun.

Ngomong-ngomong soal tante Andini, wanita itu memang sungguh baik. Dia menerima permintaan maafku. Walau katanya merasa sangat kecewa, karena akan batal punya menantu lagi.

Balik ke masalah yang tadi aku dengar di butik. Sumpah. Aku penasaran. Rasa ingin tahu itu diperparah dengan perasaan sedih dan kecewa.

Bukan aku tak memperkirakan hal ini. Di mana-mana, kalau sudah tidur bersama, risiko hamil itu pasti ada. Apalagi, pasangan yang punya hubungan panas dan bergairah seperti Elard dan Vista.

"Kamu pikir saya gak memperhitungkan semua hal?"

Apa mungkin Elard lengah? Lupa pakai kondom atau dia lupa minum pil anti kehamilan?

"Mbak, sudah sampai."

Pemberitahuan dari supir taksi mengoyak lamunanku. Tersenyum sopan, aku mengucapkan terima kasih, kemudian turun.

Berjalan masuk ke rumah, aku memanggil kakakku. "Mas Daru!"

Sepertinya aku butuh sesuatu. Mungkin mendengar Mas Daru bercerita.

"Mas Daru!"

Atau minta diajak jalan-jalan naik motor?

"Mas Daru!"

Panggilanku itu melengking di ruang santai. Sebab tak dijawab dan luapan perasaan dongkol.

Aku terdiam. Mataku membola. Wajahku kaku. Di ruangan itu, tak hanya ada Mas Daru. Namun, juga ada ayah dan Elard.

Elard. Laki-laki yang sejak tadi mengisi kepalaku.

"Apa, sih, teriak-teriak?" Mas Daru menghampiri. Untuk pamit. "Mas El mau ngomong. Kamu temuin dulu."

Kakakku itu pergi usai mengacak rambut. Sama sekali tidak membantu. Berikutnya, aku melihat ayah yang pergi. Sekarang, tinggal kami berdua saja di sini.

Tidak mau bersikap kekanakan, aku duduk di sofa. Sengaja tak menatap dia. Aku berdeham sekali.

"Mau ngomong apa?"

Dari lirikan mata yang sekilas, kudapati dia menyorot serius kepadaku. Kembali aku berdeham.

"Menurut kamu, kita gak pantas bicara setelah kamu memutuskan hubungan secara sepihak?"

Aku menghela napas. "Kamu mau ngomong apa? Mau bilang kalau kamu akan nikah sama Vista dalam waktu dekat?" Di kalimat tanya terakhir, aku memelankan suara.

"Menikah dengan Vista? Gila kamu?"

Kok aku yang gila? Dia yang gila.

"Kamu yang gila," kataku sambil mengangkat wajah, menatapnya. "Bisa-bisanya hamilin anak orang, padahal belum nikah."

Mata pria itu makin menajam. Alisnya berkerut. "Beneran gila kamu?"

"Kamu yang gila!" Lepas sudah kesalku. Siapa suruh dia memancing. Toh, dia memang pantas disembur.

"Ngatain aku bocah. Padahal, kamu yang enggak ada otak! Apa kamu bilang kemarin? Udah perhitungkan semua? Bacot! Buktinya? Cewekmu itu hamil sekarang! Gara-gara kamu, dia jadi harus resign, padahal dia suka kerja di sana!"

Napasku ngos-ngosan karena bicara panjang dengan letupan amarah. Di depanku, Elard malah menampilkan wajah ditekuk. Seperti marah atau mungkin heran. Dia kurasa heran, sebab tak menyangka aku akan tahu keadaan Vista sekarang.

I Love You, Om Pacar! Where stories live. Discover now