Stubborn

240 20 8
                                    

"Nih baca"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nih baca".
Laki-laki itu menyodorkan sebuah flashdisk dihadapan Naren.

"Saya ngga punya laptop mas".
Ucap Naren bingung.

"Lan temen Lo ini asalnya dari mana sih? Sopan amat sama gue".
Teriak Sadam pada Erlan yang berada di dapur apartemennya. Semua anak Jordana memiliki apartemen sendiri untuk ditinggali. Mereka bebas pulang pergi ke rumah kapan saja.

"Ngomong biasa aja sama gue".
Ucap Sadam kembali fokus terhadap Naren.

"Naren emang gitu kak. Lo juga sadar diri deh. Udah tua ya pantes aja Naren sopan sama Lo".
Erlan datang dengan beberapa minuman di nampan. Cowok itu meletakkan minuman itu di atas meja dan duduk di single sofa yang ada di sana.

"Sorry mas, udah kebiasaan".
Naren berucap sopan. Sadam hanya berdecak mendengarnya.

"Terserah deh. Ngga peduli gue. Capek juga benerin bahasa Lo".
Sadam mengambil segelas orange juice dan segera meminumnya.

"Emang ini isinya apa mas?"
Tanya Naren sedikit penasaran.

"Lo bisa coba buka lewat hp Lo. Flashdisk itu juga udah ada otg nya".
Naren mencoba memasangkannya. Dia yang akan membuka beberapa file di dalam flashdisk itu, harus terhenti karena teriakan Dante.

"Ren, gips Lo kapan dilepas?"
Dante yang baru selesai dari kamar mandi segera menghampiri Naren dengan penuh semangat. Sudah 2 Minggu dia lebih banyak bersinggungan dengan Sadam. Laki-laki terlihat santai dan mampu mengobrol tanpa rasa kaku dengan Naren.

"Mungkin setelah ujian kenaikan. Kenapa?".
Tanya Naren bingung. Dante dengan semangat menunjukkan ponselnya pada Naren. Di sana terdapat sebuah poster yang mengumumkan beberapa lomba.

Erlan yang penasaran segera merebut ponsel milik Dante. Dia membacanya dengan serius. Setelah itu, Erlan menatap tajam pada Dante.

"Lo gila ya?"
Teriak Erlan cukup keras.

"Lan tenang. Kamu ngga perlu emosi".
Naren berusaha meredakan amarah Erlan yang akan meledak. Dia biasa menghadapi situasi ini. Dimana Erlan dan Dante akan ribut. Tunggu saja beberapa detik lagi.

"Kenapa sih Lan. Gue kasih solusi buat Naren. Kenapa Lo marah-marah".
Dante masih berucap santai. Sadam yang melihat itu segera melirik sekilas apa yang berada di ponsel Dante. Laki-laki itu kemudian mengangguk paham setelah mengerti.

"Ini pertandingan bukan main-main. Banyak risikonya. Gila aja Lo".
Erlan melempar ponsel Dante yang dengan cepat Dante tangkap.

"Hadiahnya lumayan Lan. Naren bisa buka usaha dari duit itu".
Dante terlihat tidak tersulut emosi akan kelakuan Erlan. Cowok itu masih bersikap biasa. Naren memang berniat untuk membuka usaha, paling tidak memiliki penghasilan sendiri. Di sini mereka semua membantu Naren mencarikan solusi.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now