DIHYAN & PASQUE

14.3K 2.3K 406
                                    

Hampir lupa kudu update, pfftt. . .

hari ke-14 di 2023, kalian sudah bikin resolusi apa? Line 93 terasa mulai gelisah yagesya, akhirnya ganti angka depan, wakakakaka anyway apapun resolusinya, semoga kesehatan fisik & mental tetap terjaga yhaa ... Aamiin

Yeap, sesuai judul bakal ada Red Pasque, sayangku sebelum memilih Hiza 🥰

🌸

DIHYAN & PASQUE


"Ah, Hiza ..."
Suara lirih berbalut desah lembut itu seakan enggan menghilang dari pikiran Hiza, termasuk rasa tubuh telanjang perempuan yang sepanjang malam melekat padanya. Tubuh Tallulah Riley sangat hangat, lembut, memiliki wangi lily of the valley yang khas, sedikit aroma lime yang segar, membuat jenis wangi itu tidak hanya terkesan feminim namun juga energik. Bahkan setelah dua kali memuntahkan isi perut, membuat keringat membanjir di wajah hingga bagian depan rambut Tallulah basah, wangi parfum perempuan itu masih tercium, menyamankan Hiza yang memeluknya hingga terlelap.

Hiza berbohong ketika mengaku salah mengambil bungkus pengaman sebagai plester untuk merawat luka gores di lutut Tallulah. Yang sebenarnya terjadi adalah, pada detik-detik terakhir sebelum melakukan persetubuhan itu, Hiza sadar diri dan begitu saja berhenti, terutama ketika Tallulah mengulurkan tangan dan meminta pelukan. Hiza segera menenangkan diri, bergeser dari atas tubuh perempuan itu, beralih ke samping dan memeluknya dalam posisi seaman mungkin.

"Thank you, Hiza ... thank you for coming, thank you for being here with me." Itu kalimat terakhir yang sempat Hiza dengar, sebelum Tallulah mendongak untuk mencium pipinya dan mereka tertidur tidak lama kemudian.

Ttok... Ttok...
Suara ketukan membuat Hiza bergegas bangun dari tempat tidur. "Ya," sahutnya.

Daun pintu bergerak membuka, Hiza nyaris menjengit ketika sang ibu melongokkan kepala. Pasalnya di wajah Julien Mayrose itu terdapat olesan masker warna hijau tua yang tampak akan mulai mengering, "Udah tidur? Ibu bikin Aa kebangun?"

"Belum ngantuk-ngantuk banget, kenapa?"

Mayrose mendekat, antusias mengulurkan sebuah map tipis, "Ini ada profil anaknya teman Ibu, Aa kenal 'kan? Tante Briana yang rumahnya di Pasteur, anak bungsunya udah balik dari Aussy, bisalah Aa kenalan sama dia."

"Ibu..." sebut Hiza, sejujurnya keberatan.

"Jangan ogahan begitu."

"Bukan ogahan, buat acara Rave aja aku udah banyak ubah jadwal, geser ini itu biar bisa ikuti rangkaian adatnya... bingung mesti menyela acara yang mana buat ngurus beginian."

Mayrose memahami kesibukan anaknya, apalagi sekarang ini Senior Living Group sedang sangat tersorot. "Jangan khawatir, minggu depan anaknya Tante Briana ada wawancara apa gitu di Sampoerna Jakarta, Aa bisalah sempatin makan siang bareng, kenalan sama dia."

"Kenalan sekalian di acara pernikahan Rave—"

"Ih, Aa! Itukan Ibu minta cepat-cepat ketemu sama kenalan, biar Aa punya pendamping buat acaranya Rave, enggak sendirian nanti waktu terima tamu."

"Emerald juga sendirian, enggak masalah."

"Emerald jadinya sama Hiroshi... Aa kudu usaha biar begitu juga, memangnya enggak kepengin bisa kayak Rave?"

Hiza menghela napas, "Iya, kepengin tapi—"

"Aya kahayang bari jeung teu dibarengan ku usaha mah sarua jeung ngabodor," sela Mayrose lagi, sambil meraba area masker kering di bawah dagu. "Ini Ibu udah bantuin usahanya, Aa tinggal ikutin aja, enggak ada susahnya kenalan gitu. Apalagi anaknya Tante Briana juga cantik."

THE DEAL WITH EXWhere stories live. Discover now