What Gift to Give!? Help! [IND]

1.9K 29 5
                                    

Malam itu dia masih berada di rumah sahabatnya untuk mengerjakan proyek kecil mereka. Tidak ada suara sama sekali kecuali suara besi dan perkakas yang beradu, keseriusan dalam bekerja sangatlah tinggi agar tidak ada kekeliruan sama sekali.

Hingga istri sahabatnya, wanita berambut merah kepirangan itu masuk ke ruang kerja sembari membawa dua kopi, lalu tiba-tiba bertanya.

"William, bukankah besok hari jadimu dengan Vincent?"

Dan itulah asal muasal dari dia merenung hingga satu jam non stop setelah memutuskan berhenti bekerja secara tiba-tiba tepat pas pertanyaan selesai diluncurkan.

"Kau benar-benar lupa dengan hari jadimu sendiri?" Jane memandangnya dengan penuh kekecewaan, tapi dia mengabaikan wanita tersebut—Henry menatapnya swetdrop. "Apa kau serius, Will? Bagaimana bisa?"

"Aku cukup sibuk bekerja dari beberapa hari yang lalu."

"Kau tidak pernah berubah masalah itu."

Barulah ekspresi wajah pria berambut cokelat itu berubah panik. Dia beranjak berdiri dengan cepat lalu mondar-mandir penuh kegelisahan sembari menggigit kuku jarinya, dalam hati dia merutuki diri sendiri karena telah melupakan hari pentingnya dengan sang suami. Dia akui terkadang dia memang tidak bisa diandalkan dalam mengingat sesuatu, tapi ini sedikit keterlaluan darinya—oh tidak, apa yang harus dia lakukan sekarang? Esok hari akan tiba dalam satu jam dan dia belum mempersiapkan apa-apa.

Henry agaknya merasa iba. "Cobalah untuk tenang, Will," dia berkata dengan harapan agar William berhenti jalan bolak-balik di hadapannya.

"Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa!"

"Itu salahmu sendiri karena melupakannya." Jane menggendikkan kedua bahunya tidak acuh, yang di mana setelah itu Henry menyikut dirinya—dia akan protes tapi Henry memberikan tatapan menegur. Jane mengerucutkan bibir, William tampak sangat kalut, kini dia ikut merasa kasihan. "Apa ada sesuatu di pikiranmu untuk besok?"

William berhenti mondar-mandir dan terdiam selama beberapa saat, sepertinya menyiapkan jawaban. "Hadiah ... aku rasa?"

Jane membulatkan mulut hingga membentuk huruf vocal 'o' dan mengangguk semangat. "Kau bisa membelikan Vincent sebuah hadiah, kalau begitu! Toh Vincent pasti menerima apa pun darimu. Hadiah apa yang kau pikirkan? Besok kau bisa membelinya."

Lantas sang Afton terdiam lagi, berpikir-pikir benda apa yang cocok untuk dijadikan sebagai hadiah.

Vincent sangat menyukai kebersihan, tapi membelikannya peralatan untuk bersih-bersih terdengar tidak menarik sama sekali. Apalagi mereka masih punya suplai sapu dan pel, maupun pewangi lantai. Lagipula, tidak etis jika dia benar-benar membelikan suaminya semua itu. Tidak romantis sama sekali!

Membelikan Vincent sebuah makanan? Tapi Vincent dapat memasak apa saja, itu tak berguna.

Cokelat? Vincent tidak terlalu suka cokelat.

Pakaian baru mungkin sempurna sebagai hadiah, tapi dia tersadar bahwa Vincent mengeluh bahwa lemari mereka penuh dengan setelan baju dan celana yang bahkan jarang mereka pakai—itu karena dia membeli mereka atas dasar keinginan untuk menghamburkan uang semata. Vincent bisa-bisa mengomelinya jika dia membeli pakaian baru meski itu untuk hadiah.

Hadiah lain yang terlintas di kepalanya adalah bunga, tapi terkesan sangat sederhana.

William mengerang kesal dan menarik rambut cokelatnya kesal. "Aku tidak tahu!" dia menahan seruan marahnya agar tidak terdengar keluar, di waktu seperti ini dia merasa sangat tidak berguna. "Apa yang harus aku beli? Semuanya terasa tidak cocok! Tidak mungkin aku menghadiahkan Vincent sebuket kondom!"

Anniversary [VinLiam]Where stories live. Discover now