8. Kota Bandung

81 4 0
                                    

Hallo!

Jangan lupa vote dulu yaa..

🦋

Maaf kalo ada typo
.
.
.

Kalimat terakhir yang Raka ucapkan di dalam mobil mampu mengusik pikiran Rara semalaman. Degup jantungnya berdebar sangat cepat, rasa ingin memilikinya begitu tinggi. Rara terus berpikir bagaimana caranya untuk terus menarik perhatian Raka.

Rara membuka buku diary kuningnya. Menulis tujuh keinginan bersama Raka. Setidaknya dari tujuh keinginan ini dia bisa lebih dekat dengan Raka, memahami laki-laki itu dan mencari tahu kehidupannya dengan cara Rara sendiri.

Ditengah menulis keinginannya sebuah notifikasi masuk di layar ponselnya. Rara beranjak dari kursi mengambil benda canggih itu di atas laci. Matanya langsung membelalak detik kemudian dia berteriak dan membantingkan tubuhnya ke kasur setelah mendapat pesan dari seseorang yang sedari tadi menyita pikirannya.

Kak Raka 🦔 :

Mulai sekarang aktivitas kamu kakak pantau. Tidak boleh telat minum obat. Harus makan yang sehat, ya dik kecil?

Iya Pak dokter.🙄
Mau kasih hadiah apa kalo Rara nurut?

Kak Raka 🦔 :

Apapun kamu mau kakak ikutin sebagai gantinya.

Beneran?
Kalau gitu hari minggu Rara pengen jalan-jalan! Gak boleh nolak. 😠

Kak Raka 🦔 :

Oke minggu pagi kakak jemput jam 10.
Udah malem sekarang istirahat.
Good night.

Night to kak.


Ini menjadi hal pertama bagi Rara jalan keluar tanpa bunda atau kakaknya. Selama ini ke mana pun dia ingin keluar selain dengan teman-temannya Rara selalu di temani Raihan. Dia benar-benar tidak di perbolehkan keluar sendiri.

Pintu bercat putih itu terbuka dibarengi suara ketukan pintu, ternyata itu Bunda. Nina membawakan segelas susu ke kamar gadisnya yang belum tidur. Rara masih setia duduk di kursi belajarnya.

"Bunda..."

"Minum dulu masih anget Ra."

Rara menerima gelas itu dari tangan Bundanya. "Makasih bunda."

"Ra, bunda denger tadi kamu pingsan, bukannya sebaiknya kamu perlu jalani kemoterapi?" Rara mengira bundanya akan marah karena dia tidak memberitahu bundanya langsung, tapi di luar dugaan ternyata bundanya tidak mempermasalahkan hal itu.

"Bunda tenang aja ya, Rara pingsan karena kepanasan aja. Bukan karena monster itu, Rara kuat kok bun." Rara tersenyum lembut ke arah Nina.

"Biaya kemoterapi itu enggak sedikit bunda. Ayah sama bunda kasian, belum lagi biaya kuliah kak Rai sama sekolah Rara."

"Tapi Ra—"

"Bunda percaya sama Rara ya, Rara anak kesayangan bunda ini sehat kok tenang aja." Nina memeluk tubuh kecil Rara. Sebagai seorang Ibu, Nina berharap untuk kesehatan anaknya. Nina ingin Rara sembuh dan beraktivitas seperti remaja pada umumnya tanpa merasa kesakitan.

Kenapa Bandung? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang