Cantik

15 12 3
                                    

Hai!!! Pelangi dan Langitnya masih lanjut lohhh. Gimana kabar kalian di tahun baru ini?

Happy reading semua!

Sang surya telah terbit. Langit kini berada di halaman samping rumah Danar menikmati udara segar pagi hari.

"DANARR!!" suara memanggil nama Danar dari luar pagar.

"DANARR. MAIN YUU... !!" teriak salah satunya seperti anak kecil sedang mengajak main temannya sembari mengetuk-ketuk kunci gerbang.

"YUHUUU... DANAR!!!"

Dari dalam rumah, Danar dan orang tuanya mendengar suara memanggil-manggil nama Danar sehingga membuat kebisingan.

"Itu suara siapa ya mah?" tanya papahnya Danar, Pak Teo yang saat ini sedang membantu istrinya di dapur.

"Iya suara siapa ya pah?" jawab Bu Laras

Danar yang baru saja keluar dari kamar mandi pun mendengar namanya di panggil. "Danar coba kamu cek keluar ada siapa dari tadi manggil nama kamu." pinta Pak Teo. Danar pun keluar rumahnya melihat siapa yang sedari tadi berteriak memanggil namanya.

"DANARRR!!!"

"DANAR, DANAR MAIN YUKK..."

"Woy, lo pada kagak ada sopan-sopannya di rumah orang teriak-teriak" ucap Langit yang menghampiri mereka bertiga.

Agi,Jerry dan Iwan terlihat bingung dengan adanya Langit di rumah Danar. "Loh. Kok ada lo di sini Ngit?" tanya Iwan.

Danar keluar rumah menghampiri Langit dan ketiga temannya itu. Sekarang dia tahu siapa yang memanggil namanya berulang kali hingga membuat gaduh, itu adalah mereka. "Lo bertiga ngapain pagi-pagi ke rumah gue?" tanya Danar pada ketiga temannya.

"Bukain dulu kali pintu gerbangnya!" pinta Jerry. Kemudian Danar membuka pintu pagar rumahnya dan mempersilahkan Agi, Jerry dan Iwan masuk.

"Nah gitu, Ayo-ayo masuk silahkan anggap aja rumahnya Danar!" kata Agi bercanda.

"Ini emang rumah gue." sahut Danar.
Lalu kedua orang tua Danar keluar.

"Eh, kalian yang datang?" ujar Laras sembari tersenyum menyapa Agi Jerry dan Iwan. Lalu mereka bertiga salaman kepada orang tua Danar.

"Iya Tante. Maaf ya Tan kita bikin berisik pagi-pagi gini," Jerry meminta maaf mewakili lainnya karena membuat kebisingan.

"Iya gak papa kok, engga masalah."

"Jadi lo semua mau ngapain pagi-pagi kesini?" Danar menanyakan maksud kedatangan mereka ke rumahnya.

"Kita mau silahturahmi aja kok, Nar. Kan udah lama kita gak kesini ya kan tante?" ujar Agi.

"Udah lama apanya, baru juga kemarin lo ke rumah gue. Pasti lo pada mau numpang makan kan di rumah gue?"

Iwan menggelengkan kepala. "Si Danar kalo ngomong... Suka bener!!" celetuk Iwan menyengir.

"Danar, kamu gak boleh ngomong gitu, gak masalah kok kalau mereka mau makan di sini mamah malah senang. Jadi, rumah tambah ramai. Tapi maaf ya semua tante belum mulai masak." Seketika wajah Agi dan Iwan berubah cemberut mendengarnya.

***

"Jadi, kita mau beli sarapan apa nih?" tanya Jerry sembari jalan.

Mereka semua berjalan membeli sarapan pagi. karena Bu Laras belum memasak apa pun sehingga mereka harus membeli makan di luar.

"Hm... Niat hati mau sarapan enak di rumah lo, Nar. Tapi, sayang nyokap lo belum masak. Padahal, gue udah ngebayangin makan masakan nyokap lo yang lezat itu," kata Iwan mengeluh sembari membayangkan dirinya makan masakan dari Ibunya Danar. Masakan dari Ibunya Danar memang sangat enak tak ada bandingnya.

Pelangi Dan LangitnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang