36. Tak Terlihat?

1.2K 106 24
                                    

Kendaraan beroda empat berhenti di depan rumah megah yang dibangun begitu indah, Marley lebih dahulu keluar dan tergesa memasuki rumah yang pagar menjulang lupa untuk dikunci; memudahkan mereka untuk masuk.

Ketiganya sudah berada di depan rumah yang mereka harap jika tidak salah alamat, Naura kembali membaca alamat yang diberikan oleh temannya, dan memang benar, bahwa yang ada di depannya ini sungguhan rumah laki-laki yang Naura malas sekali kembali berurusan.

Sialnya, pintu tersebut sengaja dikunci membuat mereka sama-sama membuang nafas yang entah sejak kapan bernafas begitu susah untuk dilakukan.

Marley dengan sekuat tenaga menendang pintu tersebut, yang tak merubah apapun. Pintu itu masih terkunci dengan rapat, hingga lagi, Marley menendangnya bak kesetanan.

Lagi-lagi tak ada perubahan, malah semakin membuat nafas Marley tersengal-sengal. Naura menyuruh Marley untuk berhenti, mau seberapa kali pun, banyaknya tenaga yang dikeluarkan, tak akan membuat pintu yang gagah itu terbuka begitu saja.

Marley menopang kedua tangan pada pinggangnya, ia ambil nafas tergesa-gesa, sedangkan Stephen dan Naura tengah memikirkan caranya untuk dapat membuka pintu tersebut.

Hingga tanpa pikir panjang ada sebuah batu besar yang entah sejak kapan Marley temukan, dan melemparkan dengan kencang ke arah jendela besar. Suara nyaring juga percikan kaca berjatuhan membuat sepasang kekasih itu terkejut bukan main.

PRANG!!

Karena ulah Marley, pasangan itu takut akan ada yang mengiranya sebagai maling, namun Marley tak memperdulikan, pemuda itu bahkan sudah masuk ke dalam jendela yang kacanya sudah pecah tak beraturan.

Setelahnya diikuti oleh Stephen, sedangkan Naura menelpon nomor polisi yang dirinya punya, dan memberitahu bahwa ada kejahatan di sini.

Mereka tak berupaya untuk berpikir positif, apa yang sudah dikatakan atau diceritakan oleh Naura, bagi Marley sudah mendapati sebuah jawaban, bahwa Hadsa sedang dalam bahaya.

Naura sudah ikut serta, kekasihnya dan teman barunya itu sedang mengecek satu persatu yang banyaknya pintu di dalam ruangan ini.

Sudah lima pintu didobrak, namun tak menemukan keberadaan pemuda yang Marley sedari tadi menaruh khawatir.

Hingga suara tangisan dan kata memohon menggema di dalam ruangan, Marley lebih dahulu berlari melewati anak tangga, diikuti dua orang yang ikut serta di belakang.

Ada satu pintu yang jadi fokusnya, Marley raih kenop pintu itu dan terkunci, beberapa kali dicoba tak mendapatkan hasil, hingga membuat seseorang di dalam merasa terusik.

Tangan yang tak tinggal diam itu dan hendak bersuara tinggi, namun lebih dahulu dihentikan oleh Naura mengisyaratkan telunjuk di depan bibir; untuk sebaiknya Marley diam saja.

Naura menunjuk pada benda yang bisa membuka kamar pintu, sebuah kunci atas kebodohan Adrian yang melemparnya tanpa sadar pada bolongan bawah pintu.

Namun ditahan oleh Naura yang mendapati kemarahan dari Marley, "Dari tadi lo selalu nahan, Hadsa udah dalam bahaya, Ra!" Demikian lengan itu ditepis olehnya.

Suara Marley yang meninggi itu terdengar sampai ke dalam kamar, membuat Hadsa berteriak memanggil namanya dengan kata tolong diakhir kalimat.

Sebuah kunci sudah berada di genggaman, tangan gemetar Marley membuka pintu tersebut dengan cepat, bahkan hampir membuat kunci terjatuh dalam genggamannya.

Kini, seperti dalam sinetron atau layar kaca, pintu dengan kencang terbuka oleh tendangan dari Marley, suara pintu bertabrakan dengan tembok menggema di rumah itu.

°°°

Adrian lagi-lagi terkekeh, tubuh Hadsa sudah tidak berdaya di bawahnya, namun tangisan dan pemberontak sering kali dilakukan oleh pemuda itu.

"Gak sabar gue cobain lo," ujar Adrian, yang jemarinya menyusuri paha dengan gerakan sensual hingga akan menyentuh milik Hadsa.

Bibir Hadsa sudah membengkak, tubuhnya pun sudah terdapat banyaknya kemerahan yang dari hasil gigitan pemuda yang kini sudah menciumi pahanya, bahkan memainkan lidahnya di sana.

Teriakan Hadsa kembali bersuara, berharap akan ada seseorang yang menolongnya, namun atas perlakuannya itu membuat Adrian semakin menyusuri hingga lebih dalam.

Beberapa menit setelahnya Hadsa sungguhan sangat mengenali suara bentakan dari luar kamar, Marley Wilangga membuka pintu dengan tendangan begitu keras, hingga mengejutkan Adrian yang sedang bermain dengan alat kelaminnya.

Entah karena dibutakan hawa nafsu, Adrian menghiraukan suara-suara itu, hingga sebuah pukulan melayang pada wajahnya.

BUGH! BUGH! BUGH!

Pukulan Marley membabi buta, tak ingin melepaskan pemuda yang sudah melakukan hal kurang ajar kepada sosok yang Marley sadari telah menaruh rasa sayang begitu dalam.

"Mar! Mar! Sadar!" Teriak Naura yang tak didengarkan oleh Marley.

Adrian menutupi wajahnya agar tak mendapatkan lebih banyak pukulan, karena hal itu Marley menendang alat kelamin tersebut dan mendapatkan teriakan nyaring dari si pemiliknya.

Tak sampai di situ, Marley menginjaknya dengan tenaga dalam, hingga ditarik kencang oleh Stephen dan mengamankan amarah pemuda yang ingin sekali membunuh Adrian.

Marley terdiam, ia melupakan keadaan Hadsa, hingga dia berbalik arah dan menghampiri Hadsa yang tubuhnya sudah diselimuti oleh Naura.

Marley menaiki ranjang kasur dan memeluk raga yang sialnya menghindari rengkuhan yang akan diberikan olehnya.

Dari gelagatnya kentara sekali takutnya, maka Marley bisikkan sesuatu agar dapat membuat Hadsa merasa tenang. "Hadsa, ini Marley."

Kalimat itu semakin mendapat penolakan, gumaman lirih dari tubuh yang gemetar itu melontarkan nama yang membuat Marley tercabik sekali hatinya. "Je..ng..gala.."

Mau tak mau Marley berucap demikian, "Iya, Hadsa, ini Jenggala, kamu aman sekarang." Dan, tubuh Hadsa berbalik ke arahnya yang tadinya memunggungi, Hadsa membenamkan kepalanya pada dada Marley dan dengan segera dipeluk olehnya begitu erat.

Rasa sakit yang terasa begitu ada yang mencabik-cabik, Marley tidak apa-apa, asal Hadsa-nya merasa tenang dari sebuah mimpi buruk yang terjalin hari ini.

Hadsa, Marley sudah datang, namun mengapa raganya tidak dikenali, tidak ada kepercayaan sehingga tak melihat jika ialah yang kini tengah merengkuh tubuh yang masih gemetar hebat, bukan sosok yang keberadaannya tak diketahui banyak orang.

°°°

(a/n)

maaf banget kalo part kali ini kebanyakan narasinya, 97% wkwk....

sebenarnya takut gak kerasa banget feel-nya, soalnya aku gak bisa menumpahkannya TT

Dan, maaf banget kalau alurnya gak jelas yaa..



Destiny [ MARKHYUCK ]Where stories live. Discover now