Walaupun sering melakukan hubungan seks, namun malam pertama menjadi malam yang di tunggu-tunggu. Aura malam pertama mungkin akan sedikit lebih mengesankan dan berbeda.Perjalanan mereka menunju rumah elit Massimo sebentar lagi akan sampai. Jantung Maria seakan mau copot saat itu juga. Jantungnya berdetak sangat kencang, dirinya gugup. Lagipula untuk apa gugup? Dia sering melakukannya.
Mobil mereka meluncur di jalan raya kota. Melewati gedung-gedung pencakar langit, hotel, restorant dan tempat-tempat Indah lainya.
Bukankah ini mimpi?
Mereka sampai di halaman rumah besar bernuasa semua hitam itu. Setelah mesin benar-benar mati. Sopir membukakan pintu untuk Massimo dan juga Maria.
Gadis itu memandangi rumah semua hitam tersebut. Melihat sekeliling rumah yang dominan warna hitam, sungguh tidak ada warna lain selain hitam dan emas. Suasananya begitu mencekam, sepi dan hanya ada beberapa orang di sana, itupun hanya bodyguard dan para maid. Di tambah lagi letak rumah hitam itu jauh dari pemukiman kota, di dalam hutan Pinus yang menurutnya penuh misteri.
"Kau suka sayang?"
"Ya" jawapnya singkat.
"Namun kenapa begitu sepi,Massimo?" Tanya Maria selanjutnya.
"Hanya ada kita di sini sayang, aku tidak mau di ganggu saat berdua dengan mu"
_
Maria semakin gugup saat melangkah memasuki kamar mereka.
Tangan Massimo berkeringat kala ia masi menggenggamnya erat, menuntunnya masuk ke dalam.Massimo memutar kenop pintu sehingga pintu tersebut terbuka.
Dan kamar mewah serta luas itu terlihat.Taburan bunga mawar menutupi ranjang yang terbalut sprei berwarna putih. Botol whiskey yang tertata rapi di atas nakas beserta gelas minimalis sudah lengkap di sana.
Menambah kemewahan rumah hitam itu.
"Aku akan mandi. kamu mau ikut, istriku?"
"A--aku akan mandi setelah mu, Massimo"
Tangan pria itu mengelus lembut pipi gadisnya, mengecup sekilas di atas puncak kepalanya. Maria melihat belakang suaminya yang hilang dari pandanganya.
Ia melihat sekeliling kamar. melihat pemandangan dari balik kaca, mata akan bertatapan langsung ke hutan Pinus. Maria akui rumah ini begitu megah dan mewah, namun mengapa harus berwarna hitam dan harus di dalam hutan?.
Mata telanjangnya menatap seorang pria di dalam hutan, rasa penasaran gadis itu mulai memicu. Siapa laki-laki itu? Bukankah Massimo berkata hanya kita berdua? Lalu siapa pria itu?.
"Kamu melihat apa, sayang?" Massimo keluar dengan menggunakan kimono putih yang menutupi tubuh atletisnya.
"A--aku melihat"
YOU ARE READING
VENESIA (SELESAI)
Teen FictionVENESIA (21++) (gaAKAN DI REVISI) Vote sebelum baca. Follow dulu yang belum follow 🥰 "Bukankah semua akan menjadi gila saat jatuh cinta, Maria?" "Lidah atau jari?" "mine!" "Milikku!" "Hanya milikku!"