1

921 32 1
                                    

"ACELLL!" teriakan yang cukup menggelegar itu membuat Aciel atau kerap di sapa Acel mendengus lalu memutar bola matanya malas. Ia sudah hapal sekali dengan suara teriakan itu, sudah pasti Jemi.

"Anjing lo ninggalin gue sendirian di kantin?!" marah Jemi dengan menggebu.

"Gue kagak ninggalin lo sendiri ya njir. Jeko nggak lo anggep hah?"

Jemi berdecih lalu menatap malas sahabatnya ini.

"Sejak kapan gue nganggep tuh setan ada di hidup gue?"

Yang di katakan Jemi itu benar. Jeko yang di maksud Aciel adalah setan. Benar-benar hantu yang sudah bersama Jemi selama kurang lebih 10 tahun.

"Wah parah lo! Kalau nggak ada Jeko, lo kemarin udah di perkaos sama preman. Kalau nggak ada Jeko, lo juga kemarin nggak bisa tuh ngerjain ulangan harian dadakan!" sungut Aciel tak terima.

Jemi berdecak lalu menoleh ke arah kanan. Jeko ada di sebelahnya dengan senyum kemenangan.

Jeko itu hantu cowok yang umurnya sekitar 23 tahun. Lebih tua 6 tahun dari Jemi maupun Aciel. Jeko tidak bisa kembali ke asalnya karena ia tidak mendapatkan apa yang ia mau. Yaitu, telinga kanannya.

Jeko ketika memperlihatkan wajah aslinya sangat tampan dan juga gagah. Tapi ketika hantu cowok itu memperlihatkan bagaimana bentuk wajah dan badannya ketika kecelakaan, Jemi tidak akan berani melihat walaupun sudah sering sekali Jemi melihat wujud seperti itu.

"Senyum-senyum lagi lo setan anjing!" kesal Jemi hendak melayangkan tinjuan ke bahu Jeko namun menembus.

Jeko tertawa terbahak-bahak melihat Jemi yang sudah sangat kesal. Hantu cowok itu menjulurkan lidahnya mengejek membuat Jemi tak terima.

"Awas aja lo hantu! Nggak akan gue bukain pintu rumah!"

"Walaupun pintu lo kunci rapat pun gue tetep bisa masuk Jemima."

Jemi kesal, sangat. Aciel hanya tertawa melihat mereka padahal cowok manis itu tidak bisa sama sekali melihat Jeko. Hanya karena Jemi kesal dan marah-marah, Aciel tahu jika sahabatnya itu tengah kesal pada Jeko.

"Udah-udah jangan pada ribut. Lo udah kayak orang gila tahu nggak marah-marah sendiri." lerai Aciel menggelengkan kepalanya.

Akhirnya pertengkaran antara Jemi dan si hantu-Jeko itu selesai juga. Walaupun masih ada kedongkolan di dalam lubuk hati Jemi. Jeko itu hantu paling jahil dan hantu paling pengertian sebenarnya. Jemi mengakui. Tapi hantu pengertian itu selalu memperlihatkan sisi menyebalkan membuat Jemi menutup mata.

Tapi ya sudah, Jeko akan tetap selalu berada di samping Jemi di mana pun dan kapanpun.

"Ayo dah masuk, habis ini gue pelajaran Ekonomi."

***

Akhirnya bel pulang sekolah bunyi juga. Para murid bersorak senang dan langsung bergegas merapikan alat tulis mereka yang berserakan di meja.

Aciel, cowok manis itu melihat arloji di tangan kirinya. Jam masih menunjukkan pukul 15.15 WIB yang artinya masih ada waktu sekitar 45 menit untuk ke kantin mengisi perut sebelum latihan dance di ruang tari.

Beberapa minggu lagi, sekolah akan mengadakan pentas yang akan di hadiri banyak orang penting. Aciel tidak tahu pasti acaranya apa, tapi ia dan beberapa teman ekstra dancenya di tunjuk ikut jadi perwakilan ekstrakulikuler dance untuk tampil di hari-h. Tentu saja Aciel tidak akan pernah menolak, ia sangat menyukai dance dan menyanyi. Keduanya adalah hobi dan juga cita-cita Aciel menjadi penyanyi kalau tidak ya dancer.

Bahu cowok manis itu di tepuk dari belakang. Ternyata Voka, teman satu ekstra dancenya.

"Eh Voka? Kenapa?" tanya Aciel.

"Lo mau langsung ke ruang tari atau mau kemana dulu?"

"Gue mau ke warung depan sih kalau nanti kantin rame. Soalnya udah laper banget pengen cepet-cepet makan." jawab Aciel menyengir kuda.

Kepala cewek itu mengangguk dan pamit kepada Aciel untuk ke ruang tari lebih dulu. Aciel pun mengiyakan dan Voka langsung pergi dari hadapannya.

Aciel keluar kelas dan mendapati Jemi sudah menunggu di depan kelasnya dengan duduk di kursi yang memang telah tersedia di depan kelas masing-masing. Sahabatnya itu tengah asik bermain ponsel.

"Jem." panggilnya.

Jemi mendongak lalu berdiri. "Dah selesai? Yok pulang!" ajaknya.

Aciel menggeleng. "Gue mau latihan dance dulu. Lo kalau mau pulang, pulang dulu aja."

Raut muka Jemi berubah menjadi lesu. Bahunya juga turun. "Yahhh, padahal gue mau ngajak lo ke gramedia dulu beli novel." ucapnya lesu.

Aciel menggaruk tengkuknya tak enak pada Jemi. "Ya gimana, gue benar-benar nggak bisa kalau hari ini. Besok deh besok. Gue janji!"

"Beneran ya?" binar Jemi semangat.

"Iya elah, sana pulang lu. Nanti mama lu nyariin lagi."

"Wokeee. Gue duluan Celll!"

Aciel berjalan menuju luar sekolah. Ia ingin cepat-cepat makan karena memang perutnya sudah benar-benar kosong dan lapar. Saat istirahat kedua tadi Aciel hanya makan 1 roti bungkus 2000an yang bahkan tidak mengenyangkan. Jadi, ia berjalan sedikit berlari agar cepat sampai.

Bruk...

Sial. Kakinya malah tersandung pergelangan kaki seseorang yang tengah selonjoran di kursi depan kelas. Tubuh Aciel jatuh ke depan dengan gaya tengkurap.

"Anjing!" umpat Aciel kaget. Ia bangkit dari jatuhnya lalu mengusap lutut yang tampak memerah karena dentuman keras.

Aciel rasanya ingin menangis saja. Lukanya sih tidak seberapa tapi malunya. Aciel benar-benar ingin menghilang.

"Eh, anjir!" suara yang tak kalah kaget melihat orang terjatuh karena tersandung kakinya itu bangkit. Mendekat Aciel dengan wajah panik.

"Sorry-sorry banget! Gue nggak tahu kalau lo jalan di koridor!" orang itu mencoba untuk meminta maaf.

Namun, Aciel sudah kepalang malu. Ia ingin segera pergi dari koridor dan meninggalkan orang yang membuatnya jatuh.

Cowok manis itu langsung mendorong bahu orang tersebut dan langsung berlari, mengabaikan rasa perih pada lututnya. Harga diri lebih penting dari pada rasa sakit di lututnya!

Hendak memanggil, namun Aciel sudah tidak terlihat karena berbelok. Orang itu menghela napas pelan lalu kembali duduk. Sebenarnya, ia tadi juga melamun dan tidak melihat sekitar ada orang atau tidak. Tersadar dari lamunannya juga karena ada Aciel yang terjatuh karena tersandung kakinya tadi.









Tebak, dalam pikiranku siapa visual mereka😂

Salah KamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang