Melepas Sepenuhnya

131 17 0
                                    

"Udah lama banget ya kak,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah lama banget ya kak,"

"Hm?"

"Kita, udah lama banget nggak ketemu."

Lia menatap Hema yang kini sedang memainkan kakinya yang menggantung, nyaris mengenai air laut yang terlihat memantulkan cahaya dari lampu-lampu di sepanjang dermaga. Cowok itu sedari tadi tampak berusaha sibuk, seperti sengaja tidak ingin bertatapan lama-lama dengan Lia. Padahal, Hema sendiri yang mengajak Lia ke sini. Ke dermaga di Pantai Ancol yang ternyata tidak terlalu banyak perubahan dari semenjak terakhir dia ke tempat ini dua tahun lalu, saat Lia sudah benar-benar merelakan cinta pertamanya yang pergi setelah empat tahun dia menunggu dengan perasaan hampa.

Dan sekarang, setelah enam tahun berlalu, Hema akhirnya kembali. Mendatangi Lia yang tentu sangat membuatnya senang sekaligus lega.

Mereka pergi ke dermaga ini dengan mengendarai vespa matic merah yang dulu selalu Hema banggakan kepada Lia karena motor itu didapat dari hasil uang tabungannya sendiri. Meninggalkan Juan yang ternyata cukup pengertian dan mengijinkan Lia untuk pergi bersama Hema.

Setelah enam tahun, ternyata tidak banyak yang berubah dari cowok itu. Hema masih tampan, dengan tubuh proposional yang mungkin terlihat sedikit berotot. Juga wajahnya yang menunjukkan gurat kedewasaan yang begitu tercetak jelas. Senyumnya masih sama, dan hangat tatapannya juga masih sehangat dulu.

Yah walaupun, kini lelaki itu masih saja menunduk walaupun Lia sedari tadi menunggu agar dia menoleh dan balas menatapnya.

"Kak Hema, sini liat aku."

Lia memberanikan diri menyentuh wajah Hema, membawanya untuk mendongak dan balas menatap mata teduhnya.

"Aku nggak akan nanya selama enam tahun ini Kak Hema hilang kemana, atau alasan kenapa Kak Hema pergi dari hidup aku, kalo itu menjadi alasan kenapa kakak nggak mau menatap aku sekarang."

"Lia,"

"Kak, aku kangen."

Runtuh sudah pertahanan Hema.

Matanya yang sedari tadi sudah memerah karena menahan tangis, kini dia biarkan air itu mengalir bersamaan dengan Lia yang menubruk tubuhnya. Memeluknya dengan erat disertai isakan yang sangat menyakitkan untuk Hema dengar.

Lagi dan lagi, Lia menangis karena Hema.

"Gue juga, Lia. Selama bertahun-tahun, nggak pernah sehari pun gue nggak kangen sama lo."

Lia makin sesegukan, dan semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Hema. Merasakan elusan tangan cowok itu di kepalanya yang begitu lembut, seakan sedang menyalurkan kasih sayangnya yang begitu besar untuk Lia.

"Kak,"

Lia mengurai pelukannya saat merasa sudah lega, kembali menatap Hema dengan mata sembabnya. Mata cowok itu juga terlihat sembab, membuat Lia perlahan mengangkat tangannya untuk menghapus sisa jejak air mata di pipi Hema.

1 to 14 (Completed)Where stories live. Discover now