AVSP - 22

508 34 0
                                    

Ryden menarik rambut Granada. Gadis itu meringis kesakitan. Pria itu tidak peduli dan terus menyeretnya. Granada menggantungkan tubuhnya membuat Ryden oleng dan hampir jatuh. Granada tidak menyianyiakan kesempatan itu. Dia mengait leher Ryden dengan kakinya hingga mereka terjatuh. Granada menindih tubuh Ryden kemudian memukul wajah Ryden dengan cukup keras beberapa kali.

"Sial!" Ryden mendorong Granada dan gantian menindihnya. Pria itu mencekik leher Granada.

Tangan Granada menggapai-gapai ke sampingnya. Ada batu di sana. Dia mengambilnya kemudian menghantam kepala Ryden dengan batu itu. Ryden tersungkur sambil meringis kesakitan.

Granada kabur lagi. Dia berlari secepat yang dia bisa.

Dor! Dor!

Granada tersungkur jatuh saat peluru kedua berhasil bersarang di pahanya. Ryden mendengus kesal. Dia memegang kepalanya yang berdarah kemudian berjalan sempoyongan menghampiri Granada yang masih berusaha berdiri dan kabur.

Ryden menarik bagian belakang baju gadis itu. Dia menyeretnya dan membawanya kembali ke rumah.

Terdengar suara sirine ambulans dikejauhan.

Ryden menghempaskan tubuh Granada ke meja operasi. Pria itu menyibakkan rambut ke belakang kemudian menatap Granada.

"Aku tidak tahu assassin bisa ketakutan dan kabur seperti tadi. Kau membuat gairahku sebagai psikopat kembali bangkit setelah sekian lamanya aku tidak mengejar orang-orang. Jantungku rasanya berdegup kencang," kata Ryden sambil meletakkan tiga buah toples ke meja. Dia juga mengambil pisau dan meletakkannya di depan pada Granada.

Granada tidak terlihat takut sama sekali. Dia hanya diam dengan napas yang masih terengah.

"Hei, seharusnya kau menangis ketakutan dan memohon untuk dilepaskan. Kenapa kau memasang ekspresi pasrah seperti itu? Aku jadi tidak bernapsu," protes Ryden.

Granada tidak merespon.

"Bagaimana rasanya hidup dengan satu ginjal?" Tanya Ryden.

Granada tampak terkejut. Dia menatap Ryden. "Kau membuka bajuku?"

Ryden menyeringai. "Aku tidak bernapsu melihat tubuhmu."

Tiba-tiba Ryden menusuk lengan Granada. Gadis itu berteriak kesakitan. Ryden tersenyum senang.

"Itulah yang aku mau. Kau tampak begitu cantik saat meringis kesakitan dan berteriak seperti itu," ucap Ryden sambil mencoba menusuk bagian lain tubuh Granada.

Namun, Granada menahan pisau itu dengan tangannya. Darah mengalir dari luka di tangannya yang berusaha menahan pisau itu. Ryden cukup terkejut.

"Psikopat, kau pikir kau hebat dengan membunuh seorang gadis?" Tanya Granada.

Ryden menautkan alisnya. "Jangan membuatku marah."

Kudengar psikopat akan kesal jika sedang tersinggung. Apalagi kalau yang dibicarakan mengenai kemampuan membunuhnya, batin Granada.

"Kau membunuh wanita karena kau lemah. Iya, kan? Jika kau kuat, seharusnya kau berkelahi dengan pria," kata Granada.

"Aku juga membunuh pria! Aku membunuh polisi! Aku membunuh security tadi, kau melihatnya, kan?!" Ryden tampak kesal.

"Lalu kenapa kau tidak berani membunuh Hardiawan? Kau tidak berani, kan? Kau menyuruhku untuk membunuhnya. Aku lebih baik darimu. Kau tidak ada apa-apanya." Granada menendang dada Ryden.

"Kau." Ryden mengepalkan tangannya.

"Kau tersinggung? Memangnya aku salah bicara? Kau suka menyewa gadis-gadis untuk menemanimu, tapi setelah itu kau membunuh mereka. Apa itu sebuah keberanian?" Granada sengaja memancing amarah Ryden.

Ryden mengeratkan tangannya yang memegang pisau. Dia berdiri kemudian mengayunkan pisaunya ingin menusuk Granada, tapi gadis itu memukul kepala Ryden dengan tongkat besi hingga pria itu benar-benar pingsan.

Granada menghela napas lega. Dengan berjalan tertatih, Granada keluar dari ruangan itu. Dia melihat kunci mobil di atas nakas. Dia mengambilnya kemudian mengendarai mobil Ryden menuju ke rumah sakit. Beruntung kaki kiri yang terkena tembakan. Dia masih bisa menggunakan kaki kanan untuk menginjak gas dan rem.

⚔️⚔️⚔️

16.35 | 30 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

VENORA : Assassin VS PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang