Bab 8

109 9 0
                                    

19-11-2019. Arshaka sengaja memilih tanggal 19 di bulan November agar hari pernikahan bersama Kyra mempunyai arti tersendiri. Arshaka sadar kalau tidak ada cinta di antara keduanya. Namun, paling tidak ada kesan dan hidayah yang bisa mereka petik.

Pernikahan Arshaka dan Kyra diselenggarakan begitu sederhana. Pernikahan tersebut hanya dihadiri para tetangga dan keluarga terdekat saja. Tak ada satu pun teman kedua mempelai yang diundang, Arshaka dan Kyra merasa itu tidak perlu.

Selain itu, tak ada resepsi ataupun dekorasi sederhana seperti kebanyakan pengantin di luar sana. Kyra hanya mengenakan kebaya putih yang diberikan Arshaka pada malam harinya. Beruntung Bu Dina bisa merias wajah keponakannya hingga Kyra terlihat pangling.

Para tamu (tetangga dan keluarga) pun sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Di kediaman Pak Gunawan hanya tinggal beberapa orang saja. Itu juga sebentar lagi mereka sedang berpamitan untuk pulang.

"Alhamdulillah, ya, Dina, Gunawan, ternyata jodoh Kyra itu bukan orang jauh."

Pak Gunawan tersenyum lepas. Tidak dipungkiri kalau hatinya bahagia dan lega karena Kyra dan Arshaka bisa menikah. Namun, Pak Gunawan juga cemas, dia takut kalau Arshaka akan memegang ucapannya yang mengatakan kalau mereka akan cerai setelah bayi Kyra terlahir.

"Iya alhamdulillah, Mbak." Bu Dina pun tersenyum bahagia.

"Shaka, bagaimana rasanya jagain jodoh sendiri selama bertahun-tahun bareng?" tanya salah satu keponakan Pak Gunawan yang baru saja mengantongi ponselnya.

"Ya, tidak gimana-gimana." Arshaka bersikap sewajarnya, meskipun dia merasa salah tingkah akan pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan itu.

Dua pasang orang tua itu pun tertawa mendengar kelakar pemuda berpakaian batik itu. Siapa pun pasti akan menebak seperti itu. Awalnya mereka tak percaya akan pernikahan Kyra dan Arshaka. Bagaimana tidak, seminggu yang lalu, Pak Gunawan mengabari keluarga dan tetangga kalau dia akan menikahkan putra angkatnya dengan keponakannya sendiri.

"Tapi beneran loh, Dina, Gunawan, pas kamu kasih kabar baik ini sama kami, kami kira kamu becanda. Masalahnya Kyra dan Arshaka kan tidak pernah terlihat dekat."

Pak Gunawan dan Bu Dina saling tatap. Di kursi lain, salah satu tetangga yang kedatangannya tidak disadari tuan rumah itu ikut duduk setelah mengambil ponselnya yang tertinggal.

"Tapi kagak ada ape-ape, kan, sama elu bedua?" tanyanya karena sedari tadi mendengar topik pembicaraan keluarga mempelai.

"Maksud Ibu itu apa, ya?" tanya kakak Pak Gunawan.

"Maaf-maaf ye, kan anak muda zaman sekarang enih banyak bener yang suka tekdung duluan. Maksudnye aye pertanyaan aye kagak tertuju buat si Kyra aje. Tapi kebanyakannye."

Melihat Bu Dina hendak menjawab dengan bantahan, Pak Gunawan langsung menggenggam tangannya. Bu Dina gemas bukan main. Jelas-jelas kata-kata yang diucap tetangga bermulut pedas itu ditunjukkan untuk Khanza. Namun, sekarang malah berakhir membantah.

Arshaka juga tak tinggal diam. Dia langsung berdeham dan memberi isyarat pada orang tuanya untuk menjawab pertanyaan pedas tetangga.

"Saya sama Kyra memang sepakat menyembunyikan hubungan kami, Bu. Dari kecil saya sudah menyayangi dia melebihi diri saya sendiri. Saking sayangnya saya, saya tidak mau kalau sampai Kyra menikah dengan lelaki yang salah. Jadi, tidak ada yang kami sembunyikan."

Di tempat lain, Kyra yang sedang sibuk selfi bersama adik sepupu perempuannya mendadak terdiam. Meskipun hati kecilnya menginginkan Ardhan sebagai mempelai laki-lakinya, tapi tak bisa Kyra pungkiri bahwa ada rasa hangat di dadanya saat mendengar jawaban Arshaka.

Nikah tanpa CintaWhere stories live. Discover now