Be Happy

237 18 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






"Lo jangan keliatan kek orang ilang deh Ren".
Sadam yang berjalan di depan Naren berusaha menasehati remaja itu.

"Gue cariin katanya ke toilet, eh nyasar sampe area vip. Mau ngapain Lo?"
Sadam berhenti. Laki-laki itu menatap Naren yang sejak tadi diam saja.

"Ren".
Sadam meninggikan suaranya. Dia kesal sekali dengan Naren.

"Gimana mas?"
Panggilan itu membuat Sadam bergidik ngeri. Laki-laki berjalan mendekati Naren dan memegang kedua pundak remaja itu.

"Ren, please. Gue takut didenger orang. Bisa ngga Lo panggil gue kakak aja?"
Sadam bernegosiasi. Bayangkan Lo sesama cowok dan temen Lo ini memanggil dengan sebutan halus itu.

"Saya ngga bias-.."

"Biasain njir. Gue ngga mau dikira gay".
Balas Sadam cepat.

"Baik Kak. Gitu mas?"
Sadam menghela nafas lelah. Kenapa ada cowok sebaik Naren. Ingin rasanya dia membuat Naren jadi sedikit nakal.

"Tetep panggil kak. Jangan sampe gue denger kata mas itu lagi".
Sadam kembali berjalan diikuti Naren di belakangnya. Padahal Naren masih memikirkan kejadian tadi.

Dia memang awalnya ingin pergi ke toilet. Setelah selesai dengan urusannya di toilet, Naren sedikit lupa jalan dan akhirnya dia berada di area vip. Persis seperti perkataan Kak Sadam.

Awalnya dia ingin langsung pergi, tetapi suara Shakila membuat Naren penasaran. Ruangan yang pintunya sedikit terbuka itu membuat Naren mampu mendengarkan percakapan orang-orang di dalam sana.

Naren tidak menyangka bahwa Shakila akan melakukan pertunangan dengan laki-laki yang Naren ketahui bernama Jeff. Dia memang mengira keduanya memiliki hubungan, tapi tetap saja Naren sedikit tidak terima dengan kenyataan itu.

Hal lain yang tidak Naren duga, ternyata Shakila menolak keras rencana itu. Hingga akhir Naren mendengarkan dan dia melihat Shakila keluar ruangan dengan keadaan yang menyedihkan.

"Sekali lagi gue liat Lo bengong, gue lempar Lo dari lantai 3 ini".
Naren segera tersadar mendengar suara Sadam.

Kakak terakhir Shakila ini seharusnya berada di ruangan tadi bukan? Jika masalah keluarga, mengapa Sadam malah mengajaknya ke sini.

"Lo udah persiapin semuanya kan?"
Tanya Sadam di depan pintu yang terlihat besar itu.

"Saya menyiapkan yang terbaik kak. Terimakasih sudah mau menolong saya".
Naren menatap laki-laki yang banyak berjasa untuk dirinya. Meskipun mereka belum lama kenal, Sadam adalah orang yang akan membantu siapapun dalam susah.

Keduanya memasuki ruangan yang terlihat besar itu. Terdapat sepasang sofa yang terlihat mengkilap dengan meja kayu yang terukir membuat penampakannya tampak elegan.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now