3. Tumbuh dengan uang

1.1K 92 13
                                    

Jenan dan Jean kini telah sampai dirumah. Setelah berkendara sekitar 20 menit, akhirnya mereka sampai dirumah. Waktu kini menunjukkan pukul 22.45, Jenan dengan pelan menggendong Jean dan menidurkannya dikamar milik Jean. Sebelum tidur ia berniat untuk packing keperluan camping supaya jika ada sesuatu yang kurang ia bisa langsung membelinya besok.

Dengan bantuan artikel dari internet ia telah selesai menyiapkan keperluan milik Jean. Dan kini ia tengah menyiapkan keperluan miliknya. Barang bawaan milik Jean ternyata lebih banyak dari milik Jenan. Setelah selesai packing, Jenan merebahkan dirinya di kasur miliknya, menatap langit-langit kamar yang putih bersih.

Tak lama terdengar pintu depan yang dibuka. Jenan penasaran, Papa pergi lagi atau mama yang pulang?, gumamnya seraya melangkah keluar kamar. Dari atas ia melihat mamanya yang pulang, dengan buru-buru ia kemudian menghampiri mamanya. Berniat mengobrol mengenai ucapan Jean tadi pagi.

"Ma.. Mama pulang? Jenan bikinin minum ya ma? Bent...."ucapan Jenan terpotong.

"Jenan, mama sama papa mau pisah, kalian ikut papa ya? Mama ga...", tiba-tiba suara berat muncul memotong ucapan mamanya.

"Gak!! Mereka ikut kamu, setelah pisah dari kamu aku akan menikahi wanita itu dan keluar dari rumah ini. Jadi kamu yang mengurus mereka", ya, suara berat itu adalah milik papa Jenan.

"Mana bisa!! Aku harus ke Luar Negeri karna kontrak kerjaku. Aku gabisa bawa mereka", balas mamanya dengan nada tinggi.

"Kerja? Atau kabur dengan laki-laki itu? Pokoknya mereka ikut kamu, aku gabisa bawa mereka karna aku akan punya keluarga baru!"

"Udah cukup ya kamu nuduh aku selingkuh terus, padahal kenyataannya kamu yang selingkuh"

"Itu karna kamu duluan yang mulai, kamu dekat dengan laki-laki lain dibelakangku!!"

Mereka terus berdebat, mengabaikan Jenan yang dari berada diantara mereka. Jenan jengah, lantas ia membuka suara, berniat melerai keduanya.

"Ma.. Pa.. Udahhh!!!", ucapnya dengan sedikit keras. Kemudian ia menunduk menahan tangis. Bukan ini yang ia inginkan. Bukan perpisahan yang ia inginkan.

"Emang ga bisa ya kalo kalian balik kaya dulu lagi? Kenapa harus pisah? Kalian ga sayang sama kita ya? Kalian ga kasian sama kita? Jean masih kecil ma.. pa.. Masih butuh kaliann!!", nafas Jenan memburu, kemudian sepasang tangan yang lentik memegang kedua bahunya dengan lembut. Tangan ini tangan yang selama ini ia rindukan. Tangan yang ia harap selalu ada saat-saat ia kesusahan.

"Jenan bukan gitu, tentu mama sayang sama kalian. Tapi maaf mama sama papa ga bisa sama-sama lagi. Hubungan kita udah ga kaya dulu lagi. Gabaik kalo dipaksakan untuk bersama terus", ucap mamanya sambil memegang kedua bahu Jenan. Sedangkan papanya hanya diam.

"Kalo sayang kenapa kalian ga berusaha buat bikin hubungan kalian baik lagi? Tolong maa.. paa.. pertahanin hubungan kalian. Demi Jenan dan Jean...", Jenan memohon dengan melas, berharap keduanya berubah pikiran.

"Maaf Jenan tapi kita gabisa lagi bersama. Dan juga pekerjaan ini juga sudah menjadi impian mama sejak dulu, jadi kalian ikut papa ya? Nanti soal keuangan, kamu sama Jean gausah khawatir. Mama akan selalu kirim"

"Udah dibilang aku ga bisa. Aku akan punya keluarga baru!!", papanya kembali menimpali ucapan mamanya.

"Udahlah mas tolong ngalah, aku kesini cuma mau ambil barang-barangku. Aku akan flight besok pagi", setelah mengatakan itu mamanya lantas pergi ke kamar mengambil barang yang ternyata sudah ia packing jauh-jauh hari. Terlihat ia keluar dengan membawa dua koper besar, ia kemudian menghampiri Jenan yang masih berada ditempat yang sama. Sedangkan papa Jenan sudah masuk ke kamarnya.

Our Emergency Calls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang