5. Calon Istri

38.8K 4.9K 3.3K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

****

Satu jam berlalu, Athallah dan Raja kini telah berada di sebuah restoran yang jaraknya tak jauh dari Mall yang mereka datangi tadi. Entah ada apa dengan perempuan itu sampai memintanya untuk pura-pura menjadi calon suami. Raja pun ikut bingung, kenapa Athallah mau saja diajak oleh perempuan itu, hingga dirinya pun mau tak mau harus ikut bersama mereka. Untuk menjaga Athallah. Ternyata setelah mereka sampai, terdapat mamanya si perempuan yang sedang bersama dengan ketiga wanita yakni mungkin teman arisannya.

"Nai, kamu bawa siapa?" bisik mamanya pada si perempuan yang membawa Athallah dan juga Raja yang masih berdiri tak jauh dari meja mereka.

"Menantu Mama."

Kedua mata wanita itu berbinar setelah mendengar jawaban anaknya, "Kok bisa? Bukannya kamu udah putus? Yang mana pacar barumu lagi, Naisa?" tanyanya, karena terdapat dua orang laki-laki.

Perempuan yang bernamakan Naisa itu, langsung menatap ke arah Athallah yang sudah berdiri di hadapan mereka. "Sayang, ayo sini!"

Kedua mata Raja membulat kaget, apakah dirinya tak salah dengar? Spontan Raja langsung menoleh ke sampingnya, terlihat Athallah hanya memasang raut wajah datar saja tanpa menunjukkan reaksi apapun. Aneh sekali. Tak dengarkah dia apa yang diucapkan oleh Naisa barusan?

"Bie. Mending kita pergi dari sini."

Athallah tak memberi respon sedikit pun pada bisikan pelan dari Raja. Namun, di beberapa detik kemudian, helaan napas terdengar lantas Athallah memberikan sebuah tepukan meyakinkan di bahu Raja. Membuat Raja terheran saat Athallah melangkah mendekat ke mereka.

"Assalamualaikum." Athallah memberikan salam pada mereka, yang membuat ketiga wanita teman mamanya langsung terkejut dan mulai berbisik-bisik.

"Waalaikumussalam," jawab mereka dibeberapa detik kemudian. Hingga semua pasang mata langsung tersorot menatap Athallah dari atas sampai bawah. Di mana Athallah saat ini hanya mengenakan celana panjang dan kemeja berwarna hitam polos. Tak lupa pula, tampak mushaf Al-Qur'an saku berada di kantong kemejanya, dan peci di saku celananya.

Hingga hal itu membuat salah satu teman mamanya pun bertanya pada Naisa. "Nai, dia siapa kamu?"

"Calon suami saya, Tan." Naisa menjawab tanpa pikir panjang. Membuat Athallah hanya menundukkan kepala karena tak tahu harus merespon apa.

Wanita itu mengangguk paham. "Oh, jadi karena dia, Nai? Kamu berubah jadi pakai pakaian syar'i kayak gini? Dulu, kan, kamu kalau pakai hijab gak pernah nutup dada kayak gitu. Selalu pakai pashmina, tapi gak sampai nutup dada jilbab panjang gitu."

"Ah, iya. Setelah putus dari pacar kamu itu, sekarang gantinya yang saleh, ya? Bisa jadi ustazah kamu, Nai. Sekarang aja udah jadi 'alim, ya... rajin salat, nggak pernah ditinggal."

Mendengar itu, Athallah langsung mengernyit bingung. Ustazah? Athallah mengaamiinkan. Namun, jika kata 'alim dikatakan untuk orang yang rajin salat saja, sedikit membuat Athallah merasa aneh sendiri. Bagaimana bisa seorang perempuan yang memang wajib menutup aurat dengan sempurna, sekaligus melaksanakan salat lima waktu untuk menandakan bahwa Islam adalah agamanya, dianggap sebagai orang yang 'alim?

ATHALLAH AL-HABIBIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang