𝐁𝐚𝐛 𝟑

1.3K 155 14
                                    

A Romantic Story About Kinnporsche

Porsche melirik Kinn agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya ke areal hotel berbintang lima. Lelaki itu sama sekali tak mengajaknya bicara. Dia menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan marah. Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan kemarahannya?

Tadi siang dia sudah menghina lelaki itu dan dia menyadari bahwa ego seorang lelaki sangat mudah terluka. Dia ketakutan kalau Kinn akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar, dia tidak pernah disentuh lelaki sebelumnya selain ciuman dan pelukan dari Mew yang tidak pernah melebihi batas. Apakah dia harus memberitahu Kinn kalau dia belum pernah berhubungan seks dengan seseorang?

Lelaki itu dari awal sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika.. Porsche terlonjak ketika pintu terbuka,
ternyata Kinn sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang. Lelaki itu mengernyit ketika melihat wajah Porsche yang pucat pasi, "Ayo," gumamnya kaku, dan meraih tangan Porsche untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah Kinn menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir, mereka berjalan bersisian
memasuki lobby hotel yang sangat mewah. Resepsionist hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih Kinn. Bahkan di dalam liftpun mereka lewati dengan keheningan. Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Porsche terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya.

Kinn hanya berdiri di sana menatapnya, "Kau pasti belum makan, aku akan memesan makan malam di kamar," lalu lelaki itu melirik Porsche dengan sinis, "sementara itu, kupersilahkan kau mandi duluan, badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat."

"Ta... tapi, saya tidak membawa baju..."

Kinn sengaja menatap Porsche dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens sehingga wajah Porsche merah padam. "Aku akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan kemari. Bajumu yang basah letakkan ditempat yang disediakan di kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk
di laundry, sementara itu...." Kinn sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti, "malam ini kau tak perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya."

Kalau wajah Porsche bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata vulgar Kinn. Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Prosche setengah berlari menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Porsche merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal. Dia takut pada Kinn, lelaki itu seperti seekor singa yang menemukan domba lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.

Porsche melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan kedinginan karena
kehujanan dengan shower air panas. Setelah selesai mencuci rambutnya, Prosche menyandarkan kepalanya
di tembok dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat. Dia takut menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Mew, air matanya menetes, mengalir bersama siraman shower.

Maafkan aku Mew, setelah ini mungkin aku akan menjadi lelaki kotor dan tak pantas untukmu, tapi hatiku tetap milikmu.

Ketika selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Porsche memandang bayangan dirinya di cermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak pucat lagi, sudah ada rona merah disana setelah mandi air hangat.

Ketukan di pintu hampir membuat tubuh Porsche melonjak, "Kau lama sekali, apa kau baik-baik saja disana?" tanya Kinn tak sabar.

"Yyaa.. sebentar lagi saya selesai," Porsche menjawab sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Apakah aku harus keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang??
Matanya menatap tumpukan baju kotornya memikirkan kemungkinan mengenakan bajunya lagi, dan membayangkan mengenakan baju yang hampir basah kuyup itu membuatnya begidik. Senyumnya muncul ketika menemukan tumpukan handuk berwarna biru tua di lemari samping wastafel, dan dia beruntung, bukan hanya handuk, tapi dia menemukan sepasang jubah mandi dengan warna yang sama.

𝐀 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐭𝐢𝐜 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 || 𝐊𝐢𝐧𝐧𝐩𝐨𝐫𝐬𝐜𝐡𝐞 [𝐄𝐍𝐃]Where stories live. Discover now