𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 7.𝟶

168 26 2
                                    

Your Highness, before reading this legend. I hope you give me the award of a star or comment to encourage me to continue it.
.

.

.

.


Kepala Sekolah Dalian, Tuan Abevan mendentingkan gelas pertanda bahwa dia akan berbicara. Para pemain musik berhenti dan fokus semua orang mulai ke arah sang Kepala Sekolah yang terlihat masih muda.

"Apakah Kepala Sekolah kita memang masih muda? Ini berbeda dengan yang kudengar sebelumnya." Tanya Giselle pada Karin.

Karin menoleh dan menoel hidung Giselle, "Kamu tahu apa memangnya? Hanya tahu main-main saja dan tidak mau belajar. Sekali ingin mendapatkan informasi malah salah semua. Perhatikan lagi informasi-informasi yang akan datang kelak!" nasehat Karin.

"Kak Giselle sepertinya tidak mendengarkan sampai akhir saat Alexa memberitahunya." Sahut Nina.

"Memangnya kau mendengar sampai akhir?"

"Tentu saja mendengar sampai akhir, tidak seperti kakak yang mendengar setengah lalu pergi begitu saat mencium aroma kue yang baru matang." Jawab Nina.

"Kepala Sekolah kita, Tuan Abevan adalah anak dari kepala skeolah sebelumnya yang meninggal karena keracunan. Nah, karena jabatan kepala sekolah ini turun temurun, otomatis dia sebagai penerus akan menjadi kepala sekolah selanjutnya." Jelas Wendy dan Giselle mengangguk tanda mengerti sembari mulutnya sibuk mengunyah kue kering.

"Terima kasih telah datang ke dalam Akademik Dalian. Saya, selaku kepala sekolah ini mengucapkan selamat datang kepada generasi muda. Jika, sudah masuk ke dalam akademi ini. Status kalian tidak akan berlaku. Semua akan sama di mata para guru dan staff yang ada. Jika, ada yang melanggar peraturan, tak peduli berasal darimana, akan dihukum sesuai aturan yang telah ditetapkan semenjak Akademik Dalian di dirikan. Saya harap kalian mengingat dengan baik. Pesta penyambutan, resmi saya buka!"

Kalimat terakhir membuat semua orang bersemangat dan musik mulai diputar kembali. Tidak menyukai suasana yang terlalu ramai.Giselle memutuskan untuk pergi keluar dari ruangan pesta dansa.

Dia memutuskan untuk menghirup udara segar di balkon. Pada, malam itu bulan bersinar dengan lembut. Menghiasi langit malam bersama jutaan bintang di angkasa. Udara nya cukup dingin karena ini memasuki musim gugur.

Giselle menghela nafas karena menyesal tidak mendengarkan apa kata ibu nya untuk membawa lebih banyak coat. Ya, Giselle tidak mengira kalau Dalian akan sedingin ini ketika musim gugur. Nah, kalau musim gugur saja sudah dingin, bagaimana nanti kalau musim dingin tiba?

"Apa mungkin karena dekat Axinella jadi terpengaruh?" tanya Giselle pada dirinya sendiri.

Angin malam yang semilir menerpa nya hingga rambut hitam nya berkibar. Aroma buah Kesemek yang matang bisa Giselle cium dengan jelas. Dia menelusuri aroma tersebut dan berasal dari pepohonan di depannya.

ѕσηg σƒ тнє мσση | nctWhere stories live. Discover now