Sunflower - Prolog

432 20 3
                                    

Happy reading







"Ayahh...."

Seorang bocah berusia 5 tahun menangis histeris sembari memanggil Ayahnya, berharap ia bangun kembali.
Sang Ibu terus memeluk anaknya, ia berusaha menenangkan anak semata wayangnya itu.

"Sudah Thorn, Ayahmu gak bakal bangun. Dia udah tenang, kita harus mendoakan Ayahmu. Jangan menangis lagi" Ibu Thorn
mengecup dahi kecilnya. Para pelayat yang ada disana pun merasa iba dan mencoba menenangkan bocah kecil itu.

"Thorn, Ayah Thorn kan orang baik. Pasti dia bakal dijaga dan disayangi Allah, jadi Thorn jangan nangis ya"
Ucap Bu Lia yang mengusap-usap punggung Thorn.

Bu Lia adalah tetangga depan rumah Thorn, dia sangat baik. Terkadang sering memberikan keluarganya makanan disaat Ayahnya tidak ada pekerjaan.
Ayah Thorn bekerja sebagai kuli bangunan, terkadang Ayahnya juga menjadi abang *Maxom  untuk menambah-nambah uang untuk makan dan ditabung. Sedangkan Ibunya menjadi pelayan di sebuah restoran yang lumayan mewah Ibunya hanya mengambil sift pagi jadi gajinya hanya separuh dari gaji utuh. Jika ia sedang bekerja maka ia meminta tolong Bu Lia untuk mengasuh Thorn.




Setelah proses pemakaman selesai Thorn tertidur dengan mata yang membengkak merah akibat menangis.
Tahlilan malamnya pun Ibu Thorn harus mengeluarkan sebagian uang tabungannya untuk menyediakan kue dan nasi kota yang akan dibagikan kepada pelayat yang ada.

Setelah beberapa bulan kemudian Thorn sering ditinggal sendirian di rumah. Thorn tidak ingin merepotkan Bu Lia terus, jadi ia memilih bermain di depan rumahnya jika lelah ia akan ke rumah Bu Lia.

Bu Lia dan suaminya belum memiliki anak di usia pernikahannya yang ke 6 tahun, maka dari itu Thorn sudah dianggap seperti anaknya sendiri.

Satu tahun telah dilewati oleh Thorn yang kesehariannya lebih sering ia jalani bersama pasangan suami istri yang ia anggap seperti keluarga sendiri dibandingkan dengan Ibu kandungannya. Sampai suatu hari pasangan suami istri itu harus pindah ke luar kota karena suaminya yang di mutasi kesana, Bu Lia pun tidak bisa menolak ia sekarang sedang hamil, usia kandungannya sudah 5 bulan.

Thorn yang sendirian di rumah itu hanya bisa bermain di depan terasnya sendirian, karena tidak ada anak kecil lain selain dirinya.


"Hhmm bosan"


Krruuukk.....

"Duh lapar, Thorn pengen makan"
Oceh Thorm yang kelaparan.
Ia lalu pergi ke sebuah warung yang ada di dekat rumahnya.



"Buukk... Jajan"

Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang menggunakan daster dengan lilitan kain sarung itu keluar. Cuaca sekarang memang dingin, ditambah lagi sering hujan di malam hari.
"Oh Tom, mau beli apa Tom"

Ucap Ibu itu, jika ada yang heran mengapa Ibu itu memanggilnya Tom karena ia kesulitan menyebutkan Thorn, kadang-kadang ia memanggilnya Trom ataupun Tor.

"Mau beli itu"
Thorn menunjuk tawar dalam bungkusan besar berwarna biru.
Ibuk itu mengambilkannya untuk Thorn.

"Ini"
Thorn mengambil uang berwarna biru yang diberikan oleh Bu Lia kepadanya sebelum ia pergi.

Ibu itu  sedikit kaget lalu tersenyum ia tau pasti Lia yang memberikannya uang. Mengingat Thorn yang sering ditinggal sendirian oleh Ibunya itu membuatnya ia ingin memberikannya saja kepada Thorn, ia tidak bisa membantu Thorn lebih karena ia jg sering sakit-sakitan, jadi mungkin ia bisa membantunya dengan memberikan Thorn makanan supaya bocah itu tidak kelaparan.

"Tidak usah, anggap saja itu Ibuk kasih sebagai hadiah karena Trom udah mandiri"

Thorn yang pikirannya agak lelet itu terdiam sebentar lalu berterima kasih dan pulang ke rumahnya walaupun ia tidak tau apa maksudnya.


Thorn menikmati rotinya di teras rumah. Saat ia tengah menyelupkan rotinya ke air putih yang ada di gelasnya ia melihat ada sebuah mobil yang membawa banyak barang berhenti di depan rumahnya, ralat di depan rumah yang ada di seberangnya.

Tak lama setelah itu sebuah mobil sedan putih menyusul di belakang. Saat itu juga Thorn melihat sebuah keluarga yang bahagia turun dari mobil itu. Mereka saling mengobrol dan anak perempuan itu tertawa bahagia.
Ada satu hal yang menarik perhatian Thorn.


Sepeda, barang yang rela membuat Thorn menunggu Ibunya pulang demi meminta dibelikan sepeda namun hanya amarah karena kelelahan yang ia dapatkan.

Tanpa sadar ia sudah ada di dekat mobil yang mengangkut barang-barang itu.

"Sepeda, Thorn mau sepeda"




Tbc

Next chap 1?

kumpulan cerita BoYaWhere stories live. Discover now