Bab 33 : Bahagia

3.8K 426 43
                                    

🍟🍟🍟

"Anak-anak, ini bukan ulah kalian, kan?" selidik Ruby dengan suara dalam. Wanita itu menatap keduanya intens seraya menunjukkan layar ponsel yang menampilkan pembatalan tiketnya.

Keduanya buru-buru menggeleng. Meski itulah rencana mereka sebenarnya, tapi baik Violet ataupun Becky jujur jika barusan itu bukan ulah mereka. Tadi mereka tak sempat mengatur apa pun karena aplikasinya menggunakan Bahasa Inggris instruktif. "Bukan kami."

Ruby memicingkan mata seraya menarik kembali ponselnya. "Serius?"

"Iya. Suwer!" Becky mengangguk mantap dengan jari membentuk V.

Ruby setelahnya mengusap wajahnya dan menghela napas lelah. Dia kembali mengutak-atik aplikasi dengan raut yang masam.

"Tidak apa." Jason mendekat. "Bisa kita pesan tiketnya lagi?"

"Sudah habis." Ruby menggeleng pelan.

"Kalau begitu pesan tiket malam saja." Onyx menyarankan, tapi Ruby langsung berbalik badan dan beringsut. Menjauhkan diri secara perlahan. "Ak-aku ke toilet sebentar."

"Bi," panggil Jason seraya menyusul mantan istrinya. Onyx yang baru saja hendak mengejar, lagi-lagi harus menahan diri.

"Baiklah, kali ini siapa yang berbuat ulah?" Onyx mengeraskan rahang menatap keduanya tajam.

Becky dan Violet menelan ludah, tak tahu harus merespon apa kecuali gelengan samar.

Onyx berdecak kecil dan memalingkan wajah sejenak. "Anak-anak, entah ulah siapa kali ini, tapi aku senang kepulangannya tertunda."

"Benar, kan?!" Becky bersorak. "Kami pun berpikir begitu!"

"Aha, jadi ini idemu, Hanna?"

Becky otomatis mengatupkan mulut. Matanya melebar dan sekali lagi dia menggeleng pelan. "Bukan Ayah."

"Ah sudahlah."

"Serius!" Violet menimpali. "Becky memang berencana membatalkan tiket pesawat, tapi tidak sempat karena alarm tadi."

Onyx mengernyit lama, menilik wajah mereka bergantian lamat-lamat. "Baiklah, aku tidak tahu harus memercayai siapa." Lagipula menghukum mereka lagi tidak akan ada gunanya. Toh, mereka juga tidak pernah jera.

Di satu sisi, Jason sudah dapat menebak jika Ruby tidak menepi di toilet. Gadis itu berbelok di lorong kecil tempat pintu menuju tangga darurat berada. Ruangan yang amat sangat jarang diisi orang-orang kecuali staf yang berkepentingan.

"Hei, kenapa?" tanya Jason lembut, melihat kecemasan yang tergambar samar di raut wajah wanita itu.

Ruby mengerucutkan bibir ke samping dan menggeleng ragu-ragu. Wajahnya sedikit menunduk dan matanya mengerling ke arah berlawanan. "Ti-tidak ada."

"Kesal karena tiket? Tidak apa, tak masalah jika kita lebih lama di sini satu hari."

"Benarkah?" Ruby menatap Jason tak yakin. "Sebenarnya aku yang membatalkan tiket pesanannya."

"Apa?" Jason mengernyit bimbang, meski ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan Ruby.

"I-iya. Ada yang perlu kuselesaikan dengan mereka."

"Anak-anak?"

Ruby mengepalkan tangan. "Onyx."

Bahu Jason menegang. Dia berdiri lebih tegap menghadap Ruby. "Ada apa dengan Jason?"

Ruby berdecak dengan bibir yang masih mengerucut. "Terjadi sesuatu yang cukup intens."

Jason menelan ludah, tahu maksudnya apa.

We Start With The End [TAMAT]Where stories live. Discover now