Awake

59 8 1
                                    

Jimin yang telah selesai dengan acara makan malamnya sudah bersiap untuk pergi pergi "Ayah, bunda, nuna jaga Jimin dari sana ya. Jimin tidak takut tapi jaga Jimin"

Menatap langit-langit kamar asramanya Jimin tak henti melirik kanan kirinya. Entah kenapa malam ini terasa sangat horor baginya, biasanya juga di rumah dirinya selalu tidur sendirian.

Bahkan telinganya sampai berfungsi untuk menangkap suara-suara terkecil yang ada di sekitarnya.

"shit! Kenapa suananya jadi horor gini sih!"

"Apa gue minta Jin hyung jemput aja"

"Tidak tidak tidak Jin hyung pasti akan menertawakan ku jika sudah ingin pulang sekarang, tapi.."

"ahh atau gue minta si alien aja?"

"Tidak tidak tidak mama Sena bisa bisa makin gak suka sama gue"

"Terus gue- anjir setan!!" Jimin terjengkit kaget karena tiba-tiba jendelanya seperti diketuk.

"Suara paan sih itu anjirr bikin takut gue aja"

"Periksa gak ya"

"Tapi gue takut"

"Periksa ajalah dari pada penasaran"

Dengan perlahan Jimin turun dari ranjangnya dan entah dari mana dirinya mendapatkan wajan ditangannya. Dirinya memang sangat takut namun rasa penasarannya lebih besar dari rasa takutnya "jantung gue udah kayak diskotik aja" dengan rapat-rapat matanya terpejam untuk menyingkap korden jendelanya. Satu matanya terbuka sedikit untuk mengintip yang terus mengetuk jendelanya.

"Aaaaaaaaa.....!!" Jimin berlari keluar dari kamarnya "gue takut gue takut gue takut..!" Tanpa melihat siapa pun Jimin hanya asal memeluk orang saja. Bahkan pelukannya sangat erat.

Yoongi yang baru ingin masuk ke dalam kamarnya hampir terhuyung ke belakang karena seseorang yang tiba-tiba membuka pintu dan langsung memeluknya erat, untung saja dirinya bisa menahan tubuhnya agar bokongnya tidak sampai mencium lantai yang dingin.

"Gue takut.. gue mau pulang!" Yoongi mengerjit, jika dia ingin, pulang saja kenapa memeluknya erat dan harus memberi taunya.

"Lepas" Yoongi berucap dingin karena laki-laki itu memeluknya "gak gue gak mau! Gue takut" pelukannya malah semakin erat dari sebelumnya "bukan urusan gue" Yoongi melepas paksa tangan yang terus melingkar pada tubuhnya dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamarnya.

Yoongi menoleh menatap tangan mungil yang menarik ujung bajunya "hiks.." Yoongi hampir saja mengumpat ketika melihat wajah itu "gue takut gue pengen pulang tapi gue juga gak mau pulang" Yoongi berbalik membuka pintunya tidak menanggapi "izinin gue tinggal bareng lo malam ini aja, gue bayar juga gapapa" Yoongi melotot, dirinya belum bilang apa-apa tapi lihatlah laki-laki pendek itu sudah berlari masuk duluan ke dalam kamarnya.

"Keluar" dengan penuh penekanan Yoongi berucap saat dengan santainya laki-laki itu langsung merebahkan tubuhnya "tidak mau tidak mau" tidak punya pilihan lain Yoongi menarik paksa dan menyeretnya untuk bangun "hueeee.. gue takut! Lo ngerti gak sih! Gue cuma mau numpang tidur sampai pagi doang setelahnya gue bakal langsung balik ke kamar"

"Awww kaki gue, kaki gue sakit keknya gak bisa di gerakin"

"Gue nginep ya, ya ya ya gue mohon.."

"Baik lo boleh tidur di sini tapi tidur di sofa"

"Uhh? Baiklah asal gue gak balik ke kamar dulu malam ini"

Jimin melihat sesuatu yang menggantung di depan jendelanya, itulah mengapa dirinya berteriak dan berlari keluar dari kamarnya dan untung saja dia bertemu pemilik kamar sebelahnya.

"Um gue Jimin"

Krik krik krik

Jangkrik. Sunyi banget, membuat Jimin malas berbicara namun dirinya juga bosan jika tidak bicara sebentar "nama lo siapa" Jimin menoleh menatap manusia yang memejamkan matanya itu "huh gue dari tadi ngomong sama orang tidur??"

"Gelap amat ni kamar" meraih ponselnya Jimin menyalakan flash lightnya "gini kan enak gak gelap-gelap banget" Jimin yang ingin kembali ke sofa setelah menyalakan lampu tidurnya berhenti melangkah "hueee ini yang matiin siapa!!"

"Berisik"

"Kaget anjirr" Jimin mengerjap karena tubuhnya yang terbanting ke atas ranjang, untung saja ranjangnya empuk jika tidak tubuhnya mungkin sudah remuk karena terbanting cukup keras.

"Umm.." Jimin menoel-noel pipi orang yang belum dirinya ketahui namanya itu. Tapi persetan siapun dia Jimin tidak peduli yang penting saat ini "gue mau pipis toilet dimana?"

Jimin berlari ke arah toilet yang ada di kamar itu, kamarnya yang seperti rumah minimalis membuatnya harus menanyakan kamar mandi dimana. Tidak seperti di kamarnya, walaupun kamarnya luas namun langsung bisa menemukan kamar mandi setelah masuk ke dalam kamarnya.

Setelah selesai dengan urusannya Jimin naik ke atas tempat tidur, namun saat ingin tidur perutnya berbunyi "uhh kita makan besok saja ya perut" Jimin mengusap perutnya yang tiba-tiba lapar, padahal dirinya baru selesai makan makanan yang Seokjin buatkan untuknya.

Jimin mencoba memejamkan matanya berharap rasa laparnya akan hilang, namun sia-sia saja dirinya tidak akan bisa tidur jika dirinya merasa lapar "um kakak baik hati, yang ganteng dan dermawan. Nchim laper ada makanan tidak? Roti atau buah juga gapapa"

"Gak ada ya??"

"Ngerepotin banget sih lo"

Jimin mengerjap beberapa kali dan mengikuti laki-laki itu dari belakang, Yoongi pemilik kamar yang Jimin tumpangi itu memaksa tubuh malasnya untuk berjalan ke dapur mengambil beberapa makanan dan menghangatkannya di microwave sebentar.

"Terimakasih kakak baik hati" Jimin dengan senang hati untuk memakan makanan yang Yoongi berikan padanya.

"Gue yakin Jimin gak bakal berani tidur sendirian malam ini" Taehyung yang sudah siap untuk pergi tidur tiba-tiba teringat dengan Jimin yang akan tidur sendirian di asramanya. Hal itu membuatnya tertawa nista dengan nasib Jimin malam ini.

Ciri-ciri teman laknat memang..

Setelah mengantar Taehyung tadi, Seokjin memutar arah untuk mampir sebentar ke kantornya mengambil beberapa berkas untuk meeting nya besok bersama Namjoon rekan bisnisnya.

Pukul 10 lewat dirinya baru pulang, dirinya yang hendak membuka pintu kamar Jimin terurungkan karena ingat adiknya sekarang tinggal di asrama sekolahnya "hah apa bocah itu bisa tidur malam ini, apalagi dirinya yang belum terlalu beradaptasi di sana. Ku harap teman disebelah nya bukan orang sembarangan" Seokjin berjalan ke arah kamarnya.

"Aku akan menghubunginya setelah mandi" Seokjin yang merasa sangat lengket karena seharian hampir bergerak dari membantu Jimin pindahan sampai mampir sebentar ke kantornya dan baru kembali ke rumahnya hampir tengah malam.

Setelah selesai membersihkan badannya, Seokjin menyambar ponselnya yang tergeletak di atas ranjang dan mendial nomor adiknya. Tak butuh waktu lama panggilannya terhubung

"Halo, hyung?"

"Em, kamu belum tidur, gak bisa tidur hm?" Seokjin berucap lembut ketika mendengar suara adiknya "belum hyung. Nchim lagi makan dulu baru tidur" Seokjin mengerjit "kamu baru makan sekarang? Kenapa tidak dari tadi, ini sudah lewat jam makan malam mu"

"Huh hyung jangan marah-marah dulu, Jimin udah makan sebelumnya tapi laper lagi makanya makan lagi hehehe"

"Dasar kamu ini ya. Baiklah makanlah dan setelahnya cepat pergi tidur, hyung tutup dulu. Jalja"

"Em jalja hyung" panggilan terputus setelahnya, Seokjin juga bersiap untuk tidur mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.

'jalja'

"........."

.



.



.


TBC
Thank you support kalian (⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠♥

Destiny Bond [YoonMin]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant